eps 5

Keesokan paginya.

”Andra... bangun, Nak!” Ibu Sumi membangunkan Andra.

Andra terbangun dan duduk. Ia terkejut melihat ibunya yang membangunkannya. Biasanya, dia bangun pagi dengan tepat waktu, tanpa di bangunin. ”Ibu? Maaf, Andra tidak tahu waktu,” ucapnya.

”Kamu bukan hanya tidak tahu waktu, tapi... kamu juga tidak tahu tempat! Lihatlah, di mana kamu tidur. Apakah ini kamar mu? Apa yang kamu pikirkan sampai-sampai tidur pun di ruang keluarga? Dan jam berapa kamu tidur semalam? Hum?” omel ibu Sumi.

Andra menghela nafas sambil melihat sekeliling, kepalanya ia sandarkan pada sandaran kursi. ”Maaf Ibu, Andra tidak akan ulangi lagi. Apa Ibu sudah memasak sarapan? Perut Andra lapar. Di mana Viona, Bu?” Ia sengaja mengalihkan pembicaraan.

”Ibu dan Viona sudah selesai memasak sarapan. Viona lagi mandi sekarang. Kamu, pergilah mandi di kali dan cepat pulang untuk sarapan. Kamar mandi mu, Ibu yang pakai.” titah ibu Sumi pada Andra.

”Andra malas mandi di kali Bu. Andra tunggu Viona habis mandi atau Ibu, baru Andra masuk mandi.”

Ibu Sumi menghela nafas. ”Tapi...Viona baru saja masuk mandi anakku, sayang,” bicaranya terdengar lembut, namun kesannya ada marah di dalamnya. Apalagi di tambah dengan tatapan mata lebar dari sang ibu.

”Iya, Bu. Iya, Andra akan mandi di kali.” ucap Andra, mengalah.

”Bagus! Bergegaslah!” titah ibu Sumi.

Andra beranjak pergi ke kamarnya. Ia mengambil baju ganti dan juga handuk dan peralatan mandinya. Ia pergi ke kali yang jaraknya beberapa meter dari belakang rumahnya.

Ibu Sumi pergi ke kamar Andra dan mandi di sana.

*

*

Di kali.

Andra melihat kali dari atas. ”Ais! Sudah lama gak mandi di kali ini. Tiba-tiba di suruh mandi di sini. Mana sepi lagi, gak ada orang. Biasanya kalau jam-jam begini orang-orang, khususnya para wanita dan ibu-ibu sudah memenuhi batu-batu besar di sini untuk mencuci. Para anak-anak pun ikut mandi-mandi di kali ini. Apa karena semua sudah memiliki kamar mandi masing-masing di rumahnya, makanya air kali ini sepi dari pengunjung?” gumam Andra

Ia turun ke bawah, ke kali. Menyimpan handuk dan pakaian gantinya di atas dahan-dahan pohon yang besar. Ia membuka bajunya.

Andra menginjakkan kaki ke dalam air. ”Airnya sangat dingin,” gumamnya. Ia pergi ke tengah kali, tinggi airnya sampai ke dadanya.

Andra mencelupkan dirinya ke dalam air. Ia berenang hingga ke pinggir kali. Ia memakai sabun dan sampo. Kemudian, ia pergi lagi ke tengah air, membilas dirinya.

Usai mandi, ia menggosok giginya, setelah selesai, dia bergantian. Handuk, ia sematkan ke lehernya.

Andra kembali naik ke atas. Semua perlengkapan mandinya dan pakaian kotornya ia pegang. Ia pun kembali pulang ke rumah.

”Kak Andra...” terdengar suara wanita memanggil Andra.

Andra menghentikan langkahnya, menoleh ke samping kirinya, melihat wanita yang memanggil namanya. ”Nia,” gumamnya pelan. Andra tetap berdiri di tempatnya.

Nia berjalan mendekati Andra, ia berdiri di hadapan Andra. ”Kak Andra, Nia merindukan kakak. Kemana saja kakak perginya selama dua tahun ini?” tanya Nia, matanya berkaca-kaca melihat Andra.

Mata Andra juga berkaca-kaca melihat Nia. Wanita yang ada di hadapannya adalah wanita yang pernah mengisi relung hatinya waktu itu. Mata Andra yang berkaca-kaca bukan karena merindukan wanita itu. Tapi...ia terkenang pada masa lalunya, saat masih berpacaran dengan Nia, yang di tantang oleh orang tua dan keluarga dari Nia. Sementara Nia tidak memperjuangkan dirinya, tidak memperjuangkan cinta mereka.

”Bagaimana kabar mu? Mana suami mu?” tanya Andra pada Nia.

Kening Nia berkerut marah. Andra tidak menjawab pertanyaannya, justru Andra bertanya dengan entengnya, "Mana suami mu?" pada dirinya. Apakah Andra tidak memikirkannya dan merindunya selama ini?

”Kabar ku tidak baik setelah kepergian kakak. Aku tidak menikah dengannya, dia sudah menikah dengan perempuan lain. Aku tidak mencintainya! Hanya kamu yang aku cintai, kak Andra.” ucap Nia sambil menangis.

”Bagaimana bisa kamu bilang kamu tidak baik-baik saja, sementara kamu berdiri dengan baik di hadapan ku, Nia? Aku turut sedih dengan gagalnya pernikahan mu dengan dia. Em...kamu tidak usah menangis seperti itu. Apa yang terjadi di antara kita, semuanya sudah berakhir....”

Nia menggeleng, ”Gak! Aku menunggu kakak selama ini. Hubungan kita belum berakhir. Aku tahu kakak masih mencintai ku, kan?” Nia menatap netra Andra dengan serius. Air mata masih menggenang di pelupuk mata Nia.

Andra sedih melihat Nia yang seperti itu. Andra tahu, dia dan Nia memang saling mencintai saat itu. Tapi... Nia sendiri yang tidak memperjuangkan dirinya di hadapan orang tuanya dan keluarganya. Andra hanya berjuang sendiri, yang berujung sia-sia.

Andra menggeleng pelan, ”Maaf, Nia. Hubungan kita sudah berakhir dua tahun yang lalu. Aku tidak mencintai mu lagi. Jangan harapkan aku... aku, ada seseorang sekarang yang aku cintai...”

Nia menangis, ”Tidak! Aku tidak percaya kakak tidak mencintai ku lagi! Aku tidak percaya!” Nia menggapai tangan Andra.

Andra menghindar, ia mundur dua langkah dari hadapan Nia.

”Kakak masih mencintai Nia, kan? Kakak bohong kakak bilang tidak mencintai Nia, ya kan?” tanya Nia. Nia maju dan kembali menggapai tangan Andra, naas, Nia terpeleset.

Andra terkejut. Perlengkapan mandi dan pakaian kotornya, terlepas dari tangannya dan menggapai pinggang Nia dengan cepat, mencegah Nia untuk jatuh.

Tapi...sialnya...Gedebug...mereka berdua sama-sama terjatuh di atas tanah, dengan Andra berada di atas tubuh Nia.

”Hei! Hei! Coba lihat! Ada orang di sana! Kita lihat, apa yang sedang mereka lakukan!” terdengar suara teriakan orang-orang.

Andra dan Nia terkejut mendengar suara langkah kaki orang yang berlari kearah mereka.

Andra menarik dirinya dari tubuh Nia. Namun, Nia sengaja menahan tubuh Andra agar tetap berada di atasnya, dengan memeluk tubuh Andra.

Andra membulatkan mata, tidak percaya Nia bersikap agresif. ”Lepaskan aku, Nia! Orang-orang akan berpikiran gak baik melihat kita seperti ini...”

Maaf, kak Andra. Biarkan mereka berpikir kita berbuat hal lain. Dengan begini, siapa yang tidak akan merestui hubungan kita? Bahkan kedua orang tua ku pun tidak bisa membantah hal ini. benak Nia.

”Iya, ayo kita lihat! Siapa yang sudah berbuat tidak benar di desa ini...”

”Iya, ayo!”

Suara langkah kaki dan ucapan para warga semakin terdengar dengan jelas di telinga Andra dan Nia.

Andra kembali menarik tubuhnya. Ia berdiri, namun warga sudah menahannya. Nia bangun dan berdiri. Ia menunduk dan masih menangis.

”Hah! Dia kan Andra...anaknya bu Sumi! Wanita ini adalah Nia. Dasar anak muda! Tidak tahu tempat, tidak tahu diri, tidak tahu adat! Perbuatan kalian ini sudah mencoreng muka para tetua- tetua di desa ini!” omel salah satu dari warga yang berkerumun itu. Dia adalah pak RW di desa itu.

”Ah! Tidak, bukan! Pak RW, ini...ini hanya salah paham! Aku...aku tidak berbuat apa-apa pada Nia.” elak Andra.

”Apa? Tidak berbuat apa-apa? Lalu apa artinya kamu berada di atas tubuhnya Nia tadi? Hum? Masih mengelak, sedangkan bukti sudah ada?” tanya pak RW, ia geram melihat Andra.

”Iya! Tidak tahu malu... berani berbuat tidak berani mengakui...”

”Anak muda sekarang ini, menganggap hal itu hanya mainan belaka! Tidak tahu norma adat...”

”Iya, betul-betul! Gak tahu malu! Laki-laki apaan? Berani berbuat tapi tidak mengakuinya...”

Hujat para warga yang di tujukan pada Andra. Mereka juga geram melihat Andra.

”Pak RW, sungguh...aku tidak melakukan hal itu. Tadi...Nia terpeleset dan aku hanya membantu menahan tubuh Nia agar tidak jatuh__”

”Tidak usah mencari alasan, Andra! Semua warga juga melihat kamu berada di atas tubuh Nia. Apa lagi yang akan kamu lakukan kalau bukan untuk menyetubuhi Nia?” pangkas salah satu warga.

”Tidak! Itu tidak benar!” Andra masih membela diri. Ia melihat Nia, ”Nia, bicaralah! Katakan pada mereka, kalau itu hanya salah paham,” ucapnya pada Nia.

”Maaf, Andra! Tapi...kamu__” Nia tidak melanjutkan ucapannya.

Mata Andra kembali membulat sempurna, ia tidak menduga Nia berani berbohong. Untuk apa?

”Nia saja mengakui perbuatan mu, kamu kok malah mengelak terus?” ucap salah satu warga lagi.

”Sudah...sudah! Ayo pergi, bawa mereka berdua ke rumahnya Andra dan panggil pak RT dan orang tuanya Nia untuk datang ke rumahnya Andra.” titah pak RW pada salah satu warga yang berkerumun di sana.

”Iya, ayo! Masalah ini harus segera selesai.” sahut para warga.

Para warga dan pak RW pergi ke rumah Andra dengan membawa Andra dan Nia bersama. Dua warga lainnya pergi ke rumah pak RT dan ke rumah orang tua Nia, memberitahu mereka hal yang terjadi.

Andra terkejut melihat Viona yang berada di balik pohon pisang, melihat dirinya dengan sedih.

Viona? Apa dia juga melihat aku yang berada di atas tubuhnya Nia? Apa dia juga akan mengira aku...aku melakukan dosa bersama Nia? benak Andra.

Andra masih melihat Viona yang bergeming di tempatnya berdiri. Pandangannya terputus, warga mempercepat langkah Andra untuk sampai di rumah Andra.

Wajah Andra terlihat sangat sedih, ia sedih jika Viona menganggap dirinya juga bersalah.

Vi...apa kamu akan percaya aku melakukan hal itu? Aku sangat peduli dengan tanggapan mu. Aku tidak peduli dengan apa yang di katakan orang-orang. Aku hanya peduli dengan tanggapan mu, tanggapan ibuku, padaku. benak Andra lagi.

Mata Andra berkaca-kaca. Debaran hatinya tidak menentu memikirkan pendapat Viona.

Viona pergi ke tempat Andra terjatuh tadi. Ia memungut perlengkapan mandi Andra dan pakaian kotor Andra. Wajahnya sedih melihat pakaian kotor Andra.

Aku kira hanya wanita di kota yang mampu menjebak para pria dengan cara murahan seperti itu. Ternyata, di desa pun begitu juga. Bagaimana cara Andra akan melepaskan diri? benak Viona.

Ia menghela nafas dan kembali pulang ke rumah.

Terpopuler

Comments

TK

TK

kamu bisa membuat alibi yang bisa melepaskan Andra dari masalah

2022-09-20

0

TK

TK

ahhh males nek wes ngene Iki 😤

2022-09-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!