eps 2

Di desa, di rumah Andra.

”Kamu kapan kembali ke kota, Nak? Apa orang tuamu tidak mencari mu?” tanya Sumi, ibu Andra pada Viona.

”Nanti Bu, sama-sama dengan Andra pergi ke kota. Orang tuaku tidak akan khawatir dan mencari ku. Kan, aku sudah izin pada mereka kalau aku akan berlibur di desanya teman ku.” jawab Viona, berbohong. Tangannya terus bekerja memotong sayur.

Biarkan saja mereka mencari ku dan khawatir padaku. Siapa suruh menjodohkan aku dengan orang yang tidak aku sukai. *Papa dan kakak pasti sedang sibuk mengutus anak buahnya untuk mencari ku.

Mama juga pasti akan khawatir. Aku kaburnya tidak membawa baju ataupun uang di tangan ku. Bersyukur, bertemu dengan Andra, pria yang baik hati, yang bersedia membantu ku kabur dan membiayai ku, selama di desa*. benak Viona.

”Oh, begitu... sudah berapa lama kamu berteman dengan anakku?”

Viona terdiam. Belum lama sih, baru dua mingguan, benaknya.

”Sudah hampir tiga bulan, Bu,” jawabnya berbohong.

Ibu Sumi tersenyum. ”Kamu tahu Nak, ini pertama kalinya anakku membawa seorang perempuan di rumah. Mana cantik, rajin, baik lagi,” ungkapnya sembari memuji Viona.

Viona tersenyum. ”Ibu terlalu memuji ku,” sahutnya.

Ibu tidak tahu, kan? Demi mengikuti Andra ke sini, aku harus merubah sikap. Aku di rumah tidak pernah kerja seperti ini. Tapi...demi kabur jauh-jauh dari kota. Aku menuruti perkataan pria yang baru ku temui itu. benak Viona.

”Kamu benar cantik, Nak. Oh ya Nak, semenjak kamu tinggal di sini, barulah kamu yang terlalu dekat dengan Andra. Dan baru di kamu, Andra berani memegang tangan mu.” ungkap Sumi lagi.

Viona terkejut. Hah! Aku...aku perempuan yang pertama kali di pegang tangannya oleh Andra? Apakah dia benar-benar se-polos itu? Pantas saja dia gemetar saat aku mendekatinya dan menggodanya. benak Viona.

Dia mengingat kembali saat bertemu dengan Andra di halte bus. Andra memang menjaga diri dari wanita. Biar ada wanita yang memperkenalkan diri padanya, ia memang mengenalkan diri tetapi, sedikitpun tidak bersentuhan fisik dengan lawan bicaranya.

Bahkan saat naik bus, Andra membiarkan para wanita naik duluan, baru dia naik ke dalam bus. Viona berkenalan dengan Andra saat itu terbilang cukup sulit. Bahkan sampai sekarang kalau Viona dekat-dekat dengan Andra, Andra akan gugup dan gemetar.

”Memangnya...selama ini Andra tidak punya teman perempuan atau pacar, gitu?” tanya Viona penasaran.

”Ada, pernah satu orang. Tapi...Andra tetap menjaga jarak dengan wanita itu. Andra juga tidak pernah membawanya ke rumah. Mereka hanya bertemu di sekolah dan di berbagai kegiatan desa saja. Saat orang tua perempuan tahu Andra dekat dengan putrinya, mereka datang ke rumah mencari Andra. Orang tua perempuan itu menyuruh Andra menjauhi putrinya.” wajah ibu Sumi berubah sedih menceritakan masa lalu Andra pada Viona

Viona menyadari itu.

”Siapa yang suka melihat anak perempuannya berteman dengan anakku, Andra yang mempunyai serba kekurangan ini? Andra pun menjauhi wanita itu. Setelah Andra lulus SMA, ia pergi ke kota mencari pekerjaan,” lanjutnya bercerita.

Viona terdiam. Tangannya masih lanjut memotong sayur membantu ibu Sumi.

Andra dan ibunya memang bukan orang yang terpandang. Sumber kehidupannya dari hasil kebun yang luasnya cuma lima kali enam meter, sebelum Andra mencari kerja ke kota.

Setelah Andra mendapatkan pekerjaan di kota dengan penghasilan gajinya yang lumayan besar, dua juta lima ratus perbulan, Andra memberikan satu juta lima ratus untuk ibunya di desa. Sementara untuk Andra sendiri, ia mengambil satu juta. Sudah ada lebihnya untuk kehidupan mereka.

Andra maupun ibunya sama-sama mensyukuri kehidupan mereka yang seperti ini. Mereka tidak akan sakit hati maupun kecewa dengan penilaian orang-orang kepada kehidupan mereka. Mereka orang yang padai bersyukur dan sabar.

Rumah mereka terbilang yang paling sederhana di banding rumah-rumah yang lainnya, di desa ini.

Luas dapur hanya berukuran dua kali tiga meter. Luas kamar juga sama, dua kali tiga meter. Dalam rumah itu terdapat dua buah kamar, satu untuk ibu Sumi dan satunya lagi untuk Andra. Selama Viona tinggal di rumah mereka, dia tidur bersama ibu Sumi.

Viona tersenyum, namun bukan benar-benar tersenyum. Ada rasa iba, kagum yang di rasakan saat ini atas kehidupan Andra dengan ibunya.

Tok tok tok! ”Viona....Vi....” terdengar suara ketukan dan sapaan dari depan pintu rumah.

Viona dan ibu Sumi saling pandang.

Viona menghela nafas. ”Pasti dia lagi,” gumamnya, wajahnya cemberut dan kesal.

”Biasa kalau ada gadis cantik di desa akan selalu di ganggu oleh anak-anak muda, di desa ini,” jelasnya. Bibirnya mengukirkan senyuman melihat wajah Viona yang kesal.

”Aku tidak begitu cantik, Bu. Apa bapaknya tidak melarang dia untuk tidak mengganggu orang, Bu?” Viona penasaran.

Ibu Sumi menggeleng. ”Tidak, sebenarnya bukan hanya anaknya kepala desa saja yang mengganggu wanita-wanita cantik di desa ini. Tetapi, semua anak muda di desa ini boleh kok menganggu juga. Mereka bersaing secara sehat untuk mendapatkan perhatian dari wanita tersebut. Itu sudah menjadi tradisi di desa ini. Asal, mereka tidak berlebihan mengganggu si wanita,” ungkapnya.

Kening Viona mengerut, ”Tapi...selama beberapa Minggu Viona tinggal di sini, hanya dia saja yang datang mengganggu ku. Sedangkan anak muda lainnya, tidak ada yang berani datang mengganggu Viona.”

”Itu... itu karena yang datang mengganggu mu adalah anak kepala desa. Kalau anak kepala desa yang datang pertama mengganggu, anak muda yang lainnya tidak akan berani datang untuk mengganggu si wanita tersebut. Di larang langsung dari kepala desa.” ungkap ibu Sumi.

”Lah, kenapa begitu, Bu?” Viona penasaran.

Tok tok tok! ”Viona...abang mu datang nih...” terdengar lagi suara ketukan dan sapaan dari depan pintu.

Viona terlihat malas, matanya terputar ke atas, rasanya dia ingin membuka pintu saja dan memukul pria itu sampai mati.

Ibu Sumi kembali tersenyum. ”Lebih baik kamu segera buka pintu rumah lalu temui dia. Ibu tidak mau pintu rumah Ibu rusak karena ketukannya,” ucapnya.

”Ibu saja deh yang bukain pintunya. Bilang saja padanya kalau Viona lagi pergi ke kebun bersama Andra.”

”Eh__”

”Please! Ibu pergilah, Viona akan bersembunyi di balik dinding itu.” pangkas Viona. Dia berdiri, bersembunyi di dinding dapur.

Ibu Sumi mengalah. Dia beranjak dari dapur melangkah ke depan.

Tok tok tok! ”Viona...”

”Iya, sebentar...” sahut ibu dari dalam rumah. Ibu membuka pintu, ”Eh, Dion? Ada apa?” tanyanya.

Dion tersenyum, ”Ibu, aku kesini mencari Viona...” matanya melihat di dalam rumah mencari sosok Viona.

”Oh, Viona? Viona nya lagi pergi ke kebun bersama Andra.” ucap ibu Sumi.

”Ibu bohong, ya?” tebak Dion. Ibu Sumi terkejut.

Dion menunjuk sendal Viona, ”Itu...ada sendalnya Viona. Viona di dalam kan, Bu?”

Ibu Sumi menghela nafas. Aku kira dia sudah melihat Viona yang bersembunyi. Ternyata hanya melihat sendal Viona, benaknya.

”Viona lagi ke kebun bersama Andra, Nak Dion. Dia pergi menggunakan sepatunya Andra,” ucapnya kemudian.

”Beneran ke kebun Bu?” wajah Dion terlihat sedih. Ibu Sumi merasa bersalah.

”Iya.”

”Ya udah deh kalau begitu, Dion balik dulu. Kalau Viona pulang, sampaikan salam Dion padanya ya, Bu.”

”Iya.”

”Dion permisi, Assalamu 'alaikum!” pamit Dion.

”Wa 'alaikum salam!” sahut ibu Sumi.

Dion pergi dari rumah Andra dengan wajah sedih. Ibu Sumi menutup pintu sambil menghela nafas dan geleng kepala. ”Kasihan juga sama dia,” gumamnya.

Ibu Sumi kembali ke dapur. Dia melihat Viona sudah duduk kembali di kursinya.

Ibu Sumi menarik kursi dan duduk. Dia menghela nafas. ”Kamu ini...nyuruh Ibu untuk berbohong. Ibu terpaksa membohonginya demi kamu,” ngomelnya, wajahnya cemberut.

Viona tersenyum lebar, memamerkan gigi putihnya yang rapi. ”Terima kasih, Ibu. Viona malas bertemu dengannya.”

”Kan tinggal kamu usir dia saja seperti sebelumnya.”

”Lalu, membuat orang tuanya datang ke rumah dan menghakimi Ibu dan Andra lagi seperti sebelumnya, Begitu?”

Ibu Sumi terdiam melihat Viona.

”Viona ingin menghajar pria itu biar dia kapok datang ke sini. Tapi...Vivi sudah janji pada Andra untuk tidak membuat onar.” jelas Viona.

Viona begitu penurut dengan Andra. Bolehkah aku berharap, Viona adalah kekasih Andra, calon menantu ku. benak ibu Sumi.

”Kamu sudah beberapa Minggu tinggal di sini. Tapi Ibu belum tahu tentang keluargamu dan kehidupan mu. Ibu ingin mendengar cerita tentang mu, boleh?” tanya ibu Sumi.

Viona terdiam melihat ibu Sumi. Apa yang harus dia ceritakan? Menceritakan kekayaan dirinya? Menceritakan dirinya yang selalu merawat diri, berbelanja, bersolek setiap hari dan kumpul-kumpul dengan teman di kafe, di club, selama dia tinggal di kota?

”Viona punya seorang kakak laki-laki namanya Lirjan. Ayah ku, seorang pekerja keras sama seperti kakak ku, pekerja keras juga. Mereka berdua bekerja di satu perusahaan. Ibu ku, seorang ibu rumah tangga yang baik. Aku, seorang mahasiswi semester akhir. Tinggal beberapa bulan lagi untuk kuliah dan akan lulus.” Viona bercerita seadanya.

”Sepertinya kalian adalah keluarga yang harmonis.” tebak ibu Sumi.

”Hum, ya... bisa di bilang begitu, Bu. Kami hidup dengan sangat harmonis...”

Keluarga Viona memang di bilang harmonis. Tetapi, yang tidak bisa di terima oleh Viona adalah perjodohan.

Tok tok tok! ”Assalamu 'alaikum!” terdengar suara ketukan pintu dari luar.

Viona tersenyum gembira mendengar suara si pengetuk pintu. Dia bergegas berdiri, berlari membukakan pintu rumah.

Viona tersenyum melihat Andari. ”Andra, akhirnya kamu pulang,” ucapnya senang. Dia menarik tangan Andra membawanya masuk ke dalam rumah.

Kening Andra mengerut dan wajahnya bingung akan kelakuan Viona. Ia mengikuti begitu saja tarikan tangan dan langkah kaki Viona, tanpa mengeluh. Ibu Sumi tersenyum melihat interaksi kedua remaja tersebut.

Viona menarik kursi dan mendudukkan Andra di kursi. Ia sendiri kembali duduk di kursinya.

”Ada apa? Tumben?” tanya Andra penasaran. Dia melihat Viona dengan serius.

”Gak ada apa-apa, emang gak boleh?” suara Viona terdengar ketus, wajahnya juga cemberut.

”Loh, aku kan cuma bertanya, salah?”

”Sudah...sudah... ini sudah hampir masuk malam. Andra, kamu mandi sana! Viona, bantu Ibu masak.” titah ibu Sumi. Dia sengaja memisahkan dua remaja itu. Jika tidak, perang mulut di antara keduanya akan terus berlangsung.

”Iya, Bu.” jawab Andra dan Viona.

Andra berdiri dan melangkah pergi ke kamarnya. Viona membantu ibu Sumi memasak di dapur.

Terpopuler

Comments

TK

TK

kebiasaan yang aneh

2022-09-19

0

TK

TK

rasa syukur itu yang mencukupkan

2022-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!