eps 3

Malam hari di rumah Andra.

Ibu Sumi mengerut melihat pintu kamar Andra. Andra sudah lama berada di kamarnya dari sebelum masuk Maghrib sampai sekarang adzan Maghrib sudah selesai berkumandang, Andra belum juga keluar.

”... Andra...sudah selesai mandi dan berganti belum, Nak?” teriak ibu Sumi dari arah dapur.

”Iya, Bu. Sudah selesai kok.” jawab Andra. Pintu kamar Andra terbuka, ia pergi ke dapur. Dia melirik Viona yang menunduk. Dia menarik kursi dan duduk di samping kursi ibunya.

”Kamu...tumben berganti pakaian saja lama. Coba lihat Viona, duluan kamu yang mandi dan berganti, loh! Tapi...kok malah Viona yang siap duluan?”

”Ya ya maaf, Andra sudah selesai berganti kok, Bu. Andra baru saja selesai mengerjakan shalat Maghrib sekaligus melipat pakaian makanya agak lama.” jawab Andra.

Padahal, ia berdiri dalam waktu lama di depan cermin untuk mengganti pakaian yang di kenakan nya. Ia ingin Viona terpukau dengan penampilannya saat ini.

”Vi, ambilkan piring itu dong.” titah Andra, menunjuk piring di samping piring makan Viona.

”Yang ini?” Viona sengaja menunjuk piring makanannya sendiri yang sudah terisi nasi serta lauk pauk.

”Kalau kamu mau berikan makanan mu untukku, aku juga tidak akan menolak.” ucap Andra tersenyum menggoda Viona. ”Tapi...itu piring makanan mu, ambilkan aku piring yang di samping mu itu, ”ucapnya lagi.

Viona mengambilkan piring untuk Andra dengan wajah kesal.

Tok tok tok! ”Assalamu 'alaikum!” terdengar ketukan di luar pintu.

Ibu Sumi, Andra, dan Viona terdiam, mereka saling pandang mendengar suara orang yang sedang datang bertamu.

”Kenapa dia datang lagi untuk bertamu?” gumam Ibu Sumi. Dia berdiri sambil melihat Andra dan Viona. ”Ibu pergi lihat di depan dulu, mau lihat tamu yang datang,” ucapnya.

”Iya, Bu.” jawab Andra dan Viona.

Ibu Sumi pergi ke depan.

Andra melihat Viona dengan pandangan tidak suka.

”Kenapa melihat ku begitu?” tanya Viona dengan ketus.

”Itu pasti orang yang ngefans sama kamu. Saat aku ke kebun dia datang, kan? Sekarang dia datang lagi, menyebalkan!” ketus Andra, wajahnya terlihat kesal dan cemberut juga cemburu.

”Kenapa kalau dia yang datang? Cemburu?”

Andra terdiam. Iya, aku cemburu. Kenapa? Tidak boleh? benaknya.

”Kenapa diam?” tanya Viona lagi. Viona menyendok makanan di piring Andra bersama lauknya, lalu, menaruhnya di hadapan Andra.

Wajah Andra masih terlihat cemberut dan tidak senang.

”Andra, Viona, Dion datang mencari kalian berdua.” suara ibu Sumi terdengar dari pintu dapur.

Andra dan Viona melihat Ibu Sumi yang melangkah maju ke meja makan, di belakangnya ada Dion yang mengikuti.

”Kenapa Ibu membawa dia masuk ke dalam?” gumam mereka berdua dengan pelan. Sesaat, mereka berdua saling pandang. Wajah Andra selalu menampilkan rasa cemburu.

Ngapain sih mengejar-ngejar Viona terus. Bukan kah Viona sudah menolaknya, sering malah! Gak malu apa dia. benak Andra.

Kenapa dia lagi yang datang sih! Mana ibu nyuruh dia masuk lagi, bawa ke belakang lagi. Aduh... ibu... benak Viona. Wajahnya terlihat kesal.

”Ayo duduk, Nak Dion. Ikutlah makan bersama kami.” ucap ibu Sumi. Ibu Sumi sendiri telah duduk kembali di bangkunya.

Dion menarik kursi. ”Iya, Bu. Terima kasih,” sahutnya. Ia duduk di kursi samping kanan Viona. Dion tersenyum ramah melihat Andra dan Viona. ”Hai, Andra, Viona,” sapa nya.

Andra dan Viona tidak menyahuti dengan suara. Mereka berdua hanya memberikan senyum singkat untuk Dion, untuk menyahuti sapaannya.

”Dia datang untuk bertemu dengan mu, Viona, Andra. Kalian kenapa kayak canggung begitu.” ucap ibu Sumi. Ibu Sumi mengambil piring kosong dan memberikannya pada Dion. ”Nak Dion, jangan sungkan-sungkan! Ayo, ambil makanan mu... ini piring mu,” titahnya. Ibu Sumi sendiri telah mengambil makanannya.

Dion mengambil piringnya. ”Iya, Bu.” Ia mengambil makanan sedikit untuk menghargai ibu Sumi. Ia telah makan di rumahnya sebelum datang bertamu.

Mereka pun makan dalam diam.

*

*

*

Di kota, kediaman Kevin.

Maria benar-benar merindukan kehadiran Viona di rumahnya. Kemana perginya anak gadisnya itu? Dia sering bertanya-tanya dalam diamnya.

Wajahnya terlihat begitu sedih, matanya berkaca-kaca, memikirkan, apakah anaknya makan dengan baik? Tidur dengan baik atau tidak selama kepergiannya?

Maria mengaduk-aduk nasi yang ada di hadapannya, wajahnya begitu murung. Keningnya selalu berkerut. Kadang-kadang ia menghela nafas berat.

”Ma, kok tidak di makan nasinya malah di aduk-aduk saja.” tegur Kevin, suaranya lembut.

”Pa, Mama tidak berselera makan lagi. Sudah beberapa malam kita makan tanpa ada Vivi. Biasanya, meja makan ini selalu rame dengan ocehannya.” ucap Maria dengan sedih.

”Mama, makanlah saja... tidak usah membuat lakon drama di meja makan. Lirjan sudah pusing memikirkan kemana perginya adikku. Mama jangan menambah pikiran Lirjan, dengan kata-kata Mama yang membuat Lirjan kepikiran akan kesehatan Mama.” sahut Lirjan.

”Lirjan...jaga sikap mu! Dia Ibu mu, jangan berkata seperti itu pada Ibumu.” tegur Kevin.

”Iya, Pa.” sahut Lirjan. ”Lirjan minta maaf, Ma,” ucapnya menyesal.

Maria menghela nafas. Ucapan Lirjan benar adanya. Mereka sedang di hadapkan dengan makanan. Tidak seharusnya ia mengeluh ataupun murung di hadapan rezeki Allah.

”Kamu benar! Seharusnya, di saat makan Mama tidak boleh bersedih ataupun mengeluh di depan makanan. Mama yang salah, Mama minta maaf. Ayo, makanlah lagi.” ucap Maria. Ia pun memakan makanannya dengan enggan.

Kevin dan Lirjan lanjut memakan makanannya.

*

*

*

Di desa Andra.

Makan malam telah selesai. Andra, ibu Sumi dan Dion sedang berbincang di teras rumah.

Viona sedang mencuci piring kotor. Setelah selesai, ia pergi ke kamar untuk beristirahat.

”Ibu, kok Viona gak muncul ke sini ya, Bu. Padahal saya ingin bicara dengan dia.” ucap Dion, matanya melirik ke dalam rumah, dari pintu rumah yang terbuka.

”Mungkin masih mencuci piring, Nak.” sahut si ibu. ”Dra, coba lihat Viona sudah selesai belum mencuci piringnya. Kalau sudah suruh kemari,” titahnya pada Andra.

”Ya, Bu.” Andra berdiri. melangkah masuk ke dalam rumah dia terus berjalan sampai ke dapur. Dia tidak Viona di dapur.

”Apa Viona ada di dalam kamarnya,” gumamnya. Ia berbalik dari dapur. Pergi ke kamar mamanya.

Andra membuka pintu kamar dengan pelan. Ia melihat Viona sedang berbaring tengkurap sambil melihat layar hapenya.

Siapa yang dia lihat? Apakah foto pacarnya? benak Andra.

Dia melangkah masuk ke dalam. Pintu kamar kembali dia tutup dengan pelan. Dia mendekati Viona tanpa bersuara, bahkan suara langkah kaki tidak terdengar.

Andra melihat foto seorang wanita yang tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua di layar hape Viona. Yang jelasnya wanita di foto itu nampak seperti ibu-ibu.

Apakah itu foto ibunya? Dia merindukan ibunya. benak Andra.

”Kamu merindukan ibu mu?” tanya Andra lembut. Ia duduk di sisi ranjang, di samping Viona yang berbaring.

Viona terkejut. Ia mematikan hapenya dan bergegas bangun. ”Andra, sejak kapan kamu masuk? Kok, aku gak dengar suara langkah kaki mu,” ucapnya, sedikit ketus.

”Baru saja masuk. Kamu terlalu fokus melihat layar hape sehingga gak dengar suara langkah kaki ku, bahkan suara pintu kamar yang terbuka... kamu gak dengar juga, kan?” tanya Andra lembut.

Viona mengangguk, membenarkan.

”Apa foto tadi...foto ibumu?” tanya Andra lagi.

”Iya, itu foto ibuku...”

”Masih terlihat agak mudah. Masih cantik!” puji Andra, ”Kamu merindukan ibumu. Kamu sudah ingin pergi ke kota?” tanyanya.

Viona tersenyum. ”Iya. Ibuku masih terlihat muda dan cantik. Aku merindukannya... tentu saja aku rindu. Tapi...aku masih kesal dengan papa ku. Aku akan ke kota, ketika kamu pergi ke kota,” jawabnya.

”Vi...”

”Hum...”

”Dion menunggumu di teras. Ada yang mau dia bicarakan dengan mu...”

”Kok, aku gak enak ya dengar bicara mu yang ini, meski suaramu pelan dan lembut.” sahut Viona, sedikit ketus.

”Pergilah! Tidak usah mengajak ku berdebat.” usir Andra.

”Hais...mau bicara apa dia sama aku.” gumam Viona. Ia beranjak dari kasur, melangkah pergi keluar dari kamar, meninggalkan Andra di kamar tersebut.

Andra melihat hape Viona. Ia mengambil dan menghidupkannya. Ia hanya melihat foto Viona sebagai wallpaper di layar tersebut. Namun, ia tidak dapat membuka ataupun menggeser layarnya. Viona menggunakan kata sandi pada hapenya.

Padahal, seandainya bisa di buka, dia ingin melihat chatting Viona. Apakah Viona sudah memiliki kekasih? Viona memang kabur dari rumah untuk menghindari perjodohan. Tapi, Viona tidak pernah menceritakan alasan ia menolak perjodohannya. Mungkinkah karena Viona sudah punya kekasih, makanya menolak perjodohannya itu?

Andra menghela nafas. Ia keluar dari kamar. Andra berdiri di jendela, ia melihat Dion, Viona dan ibunya yang berbicara di teras rumah.

”Kalau kamu ragu bicara karena ada Ibu di sini, Ibu akan masuk ke dalam. Supaya kamu leluasa berbicara dengan Viona.” ucap ibu Sumi. Ia berdiri.

”Iya, Bu.” sahut Dion.

Viona menahan tangan ibu Sumi yang hendak melangkah. ”Tidak boleh! Ibu di sini saja temani Viona,” cegahnya.

Ibu Sumi melihat Dion. Wajah pria itu tampak datar. Ibu Sumi tahu Dion ingin berbicara berdua dengan Viona.

Ibu Sumi melepas tangan Viona. Dia tersenyum. ”Vi, Ibu masuk ke dalam dulu. Ibu ingin pergi ke toilet,” ucapnya, berbohong.

Viona tahu jika ibu Sumi hanya beralasan ke toilet untuk meninggalkan dia dan Dion. Tetapi, ia juga tidak bisa menahan ibu Sumi lagi. Siapa tahu saja itu benar.

Viona mengangguk.

Ibu Sumi masuk ke dalam. Ia terkejut melihat Andra yang berdiri di jendela dan melihat keluar. Lebih tepatnya, mengintip juga mencuri dengar pembicaraan orang yang ada di luar sana.

”A__”

”Sstsstt! Jangan berisik, Bu!” bisik Andra pada telinga ibunya. Tangannya membekap mulut sang ibu. Sang ibu mengangguk. Andra melepas tangannya dari mulut ibunya.

Ibu Sumi mengerti mengapa anaknya mengintip di luar dari jendela. Ia pun membiarkan anaknya itu, ia pergi ke kamar.

”Apa yang ingin kamu bicarakan dengan ku? Bukankah sudah ku bilang sama kamu, aku tidak menyukai mu dan jangan datang lagi mencari ku.” ucap Viona.

”Ketus amat! Aku juga sudah bilang kan, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan kamu? Mengapa kita tidak mencoba untuk saling mengenal dan saling dekat? Mengapa kamu langsung menolak ku? Lagi...lagi...dan lagi, kenapa?” tanya Dion penasaran.

”Menurut mu... apa tujuan aku datang kesini bersama Andra?” Viona bertanya balik.

”Andra mengatakan padaku, kamu dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa, selain berteman. Ibu Sumi juga bilang begitu padaku. Apa kamu ingin bilang kalau ibu Sumi dan Andra berbohong padaku?”

”Andra dan ibu berkata benar! Aku dan Andra memang hanya berteman saja. Tapi...aku menyukai Andra. Aku kesini untuk mengejar Andra. Andra tidak tahu perasaan ku. Dan aku... tidak mungkin aku akan mengatakan perasaan ku duluan padanya. Aku menunggu Andra yang mengungkapkan perasaannya padaku.” jelas Viona.

Andra sedikit terkejut mendengar alibi Viona menolak Dion. Namun, ia tidak lantas berbangga dan bahagia atas ucapan Viona. Ia tahu, itu hanya alibi Viona saja, biar Dion berhenti mengejarnya.

”Jadi... menurutmu aku sudah tidak bisa berjuang lagi untuk mendapatkan mu?” tanya Dion.

Viona mengangguk, mengiyakan.

”Kalau aku bilang...aku tidak akan menyerah?”

”Itu adalah urusan mu. Ini sudah malam, aku ingin istirahat.” Viona berdiri. ”Aku masuk dulu,” pamitnya.

Andra bergegas pergi dari jendela.

”Vi__”

”Maaf Dion, aku tidak menyukai mu.” Viona bergegas masuk ke dalam rumah.

Dion menghela nafas. Ia pun pergi dari rumah Andra dengan wajah kecewa.

Terpopuler

Comments

StrawCakes🍰

StrawCakes🍰

Andra makin berbunga-bunga aja denger Viona bilang begitu. semoga aja beneran suka hihi

2022-11-04

0

TK

TK

nanti lagi
🌷✍️✍️

2022-09-19

0

TK

TK

mencuri

2022-09-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!