Friendzone

Friendzone

Episode. 1. Olive Life

“Nah … Sekarang seep bagian lo—Malah ngelamun Ini bocah.”

Seorang perempuan berparas cantik dominan manis tak habis pikir dengan temannya ini yang sedari tadi melamun. Dan karena itu pula, lamunan indah bak langit seorang gadis cantik bernama Olive pun buyar. 

“Eh, apa Be?” Sempat terdiam sejenak karena linglung.

“Apa! Apa! … Kerja woi bukan ngelamun,” tegurnya.

“Iya, apa? Gue tadi cuman kepikiran dikit doang.” Olive menyahut.

Be yang tak tega melihat teman unyunya ini marah dengan keadaan dramatis, hanya bisa menghela nafas. “Hey! Lihatlah keadaannya, wajah ditekuk, bibir mengerucut hidung bengir yg merah, pipi chubby yang menggembung mirip sekali dengan boneka powerball,” pikirannya. 

“Lain kali masalah pribadi lu cerita ke gue di luar jam kerja, oke?” Nasihat Be.

“Iya, Be.”

“Eh, anyway beresin meja meja itu, sekarang bagian lo yang beres beres kan?” ucap Bee sambil mengemas barang barang untuk pulang. 

“Hemm.” Olive mengangguk. 

Bee. Teman sama-sama karyawan cafe di tempatnya bekerja. Ia tak berbeda jauh dengannya yg menyempatkan bekerja paruh waktu untuk menyambung hidup, karena itulah Olive mau dekat dengannya.

Sedangkan Olive, dia lah tokoh utama. Gadis yang polos dan cerdas tapi pemalas. Usianya 17 tahun. Gadis cantik dan tegas, memiliki kepedulian tinggi. Campuran Korea-Thailand. Berasal dari keluarga broken home. Namun, memiliki pesona luar biasa.

Olive yang terlampau kaku jarang sekali mendapatkan teman. Bukan karena dia yang menyebalkan tapi orang-orang yang sedikit demi sedikit menjauh setelah perkenalan pertama mereka. 

Ada yang mengatakan bahwa saat pertama kali bertemu, Olive tak pernah sekalipun mengindahkannya. Malah jika ingin berbicara dengannya harus memulai topik pembicaraan terlebih dahulu. Dan Olive tak pernah sekalipun mengindahkan pertanyaan demi pertanyaan itu, tapi anehnya, dia mempunyai banyak penggemar. Aneh bukan? 

Bee terkadang heran kenapa Olive sangat kaku, bahkan seorang introvert pun pasti ada titik lemah. Berbeda dengan Olive, kepada Bee saja dia hanya akan berkata ‘apa’ ‘oh’ ‘hemm’ ‘baiklah’.

Bee pernah bertanya tentang itu padanya. Tapi Olive hanya menjawab, ‘Apa harus jungkir balik buat jawab pertanyaan orang?’ Seperti itulah dia. Tidak suka menggangu dan tidak suka diganggu. 

Selama hidupnya, Olive hanya sekolah dan bekerja. Tidak ada kegiatan lain selain itu. Sudah banyak perempuan maupun laki laki yang terpukau dengan pesonanya. Bahkan di sekolah pun sudah mengadakan fan club untuknya. Dia tidak akan memperdulikan hal hal semacam itu. Masa bodoh dengan orang orang yang mengatakan ‘tidak tahu diri’ Olive bahkan tidak datang di hari pesta ulang tahun kemarin yang dibuat fans clubnya. 

Sedikit disayangkan, gadis itu juga jomblo. 

“Gue pamit ya, titip cafe. Kalau udah ada orang shift malam, lo bisa titip kunci ke dia,” ujar Be. Nama aslinya Febee hanya saja sering disebut Be atau Bee.

“Buru-buru?” tanya Olive.

Febee memutar bola mata malas, apa anak itu buta? Sudah tahu dia sedang berkemas barang miliknya untuk pulang.

“Enggak, gue mau semedi nginep di sini. Ya pulanglah, heran gue punya temen otak kadal kayak lo,” Febee tak habis pikir. “Udah lah, gue pergi ya, bye!” pamitnya lalu benar benar pergi. 

Sedangkan Olive tengah menatap lekat punggung teman satu pekerjaannya itu, gadis itu seakan bahagia dengan hidupnya yang sebenarnya sama-sama menderita seperti dirinya.

“Semoga hidup gue juga bisa secerah lo, Febe,” gumam Olive sambil tersenyum sederhana.

Sepulang bekerja, Olive langsung saja merebahkan diri di kamarnya. Tanpa mandi, makan dan berganti baju. Badannya sakit dan remuk, ia sangat butuh istirahat.

Pagi hari menjelang ….

Di Sebuah komplek, Rumah Kayu coklat bernuansa kuno yang merupakan rumah sewaan dengan harga murah terlihat seorang gadis masih berbaring dalam selimut tebal miliknya. 

Mata lentik itu terbuka, memaksa tubuhnya bangkit dengan kesadaran setengah terjaga, “Hoaammm ….”

Tidak ada yang tahu jika seorang Olive yang dingin mempunyai kebiasaan menyapa uap saat bangun tidur seperti barusan ini. Olive segera melihat jam dinding di kamarnya  07. 30. 

“Ahh baru jam setengah delapan, fyuhh ….”

Lihatlah! Anak sekolah pada umumnya akan kaget bahkan setidaknya menjerit histeris kala mengetahui ia akan terlambat sekolah dan pastinya akan terkena hukum. Tapi, Olive? Ia hanya santai, Olive bersiap-siap dan hanya minum air putih untuk mengganjal perutnya yang lapar di pagi hari. 

Olive hidup sendiri setelah perceraian kedua orangtuanya 5 Tahun lalu. Sang ibu pergi bersama pria lain dan sang ayah juga lebih memilih bersama keluarga barunya. Kedua orang tuanya sibuk dengan keluarga baru mereka masing masing terlebih karir mereka. Sang ayah yang menjadi CEO di perusahaan agrarose dan sang ibu seorang penyanyi yang gemulai. 

Dari latar belakang mereka seharusnya sekarang Olive bahagia karena terlahir dari seorang pengusaha dan aktris. Tapi, tidak! Baginya dunia adalah neraka kecil. 

Pernah sekali Olive mencari tahu keberadaan orang tuanya melalui sosmed, dan hasilnya membuat ia terkejut. Masing-masing dari mereka sangat bahagia seperti tidak memiliki tanggung jawab sekali pada pernikahan mereka sebelumnya. Dari situ ia mulai belajar hidup sendiri atau memang sedari dulu ia sendiri? 

Saudara? Ha ha, Olive hanya bisa tertawa hambar. Dia dulu memiliki Brother. Tapi, dulu! Dulu sekali … semenjak ia tahu jikalau kakak laki-lakinya itu seorang buronan polisi. Sekarang, entah di mana ia berada belum ditemukan. Meski dalam hati, ia masih merutuki jika dia sangat merindukan bajingan sedarah itu.

Back the topic ….

Setelah bersiap siap untuk pergi sekolah ia segera berangkat hanya menggunakan sepeda kesayangan. Di perjalanan yang padat ia mengayuh sepeda, membasuh peluh. Berbeda dengan anak-anak pada umumnya yang diantar jemput oleh kendaraan beroda empat atau pun beroda dua. Tidak lupa kebiasaan Olive, yang selalu memakai earphone di kedua telinganya. 

“TROUBLE” Entah lagu, lirik ataukah deru nadanya yang membuat seorang Olive nyaman terbawa arus alunan musik. Sesekali ia mengayuh sepeda dengan melirihkan bait-bait lagu. Pikirnya, lagu itu tercipta untuk kisah hidupnya yang penuh peluh. 

Banyak kendaraan angkutan umum berlalu lalang sekedar menyapanya, Olive tidak banyak bicara hanya sesekali tersenyum paksa. Ia tidak terlalu percaya dengan apa itu kesetiaan. Selama ia tidak dirugikan ia akan terus terlihat baik baik saja. 

Sesampainya di sekolah ia tak langsung masuk melainkan berhenti di depan gerbang utama. Sejenak ia melihat tulisan yang tertera di atas gapura sekolah itu. 

“HIGH SCHOOL INTERNATIONALITY”

Sekolah yang begitu diidam-idamkan semua anak seusianya dan tentu bayaran yang harus dikocek tidak segampang membeli es krim. Yang paling Olive syukuri ia sejak kecil selalu mendapatkan beasiswa karena memperoleh nilai tertinggi terus di sekolahnya. 

Olive yang sedari tadi berekspresi datar menghentikan lamunan, dan segera memanjat gerbang pembatas yang sudah tertutup rapat. Mudah baginya karena ini bukan yang pertama kali.

Ia berjalan santai di lorong sekolah yang sepi. Karena memang waktu sudah memperlihatkan pukul 08.59. Waktu di mana jam pelajaran dimulai 1 jam yang lalu. Ia masuk tanpa permisi dan duduk di kursi yang paling pojok sebelah kanan belakang.

“Sial, semoga aja pak botak lagi gak ngajar,” do'a nya. Karena ia sedang sangat malas berdiri di depan kelas sambil memegang kuping yang panas terkena omelan maut guru menyebalkan itu.

Terpopuler

Comments

Park Kyung Na

Park Kyung Na

mampir😊

2022-10-11

0

UmiLovi ✨ IG : LaLoviiii

UmiLovi ✨ IG : LaLoviiii

Baru tahu ngeh Kak Kido juga nulis romance 🤭

2022-09-17

1

pensi

pensi

nulis novel romance juga Thor? 🤭 multitalent nih 👍🏻👏🏻

2022-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!