Keringat yang berjatuhan di pelipis serta di dagu lancip seorang gadis, siapa lagi kalau bukan Olive merupakan tontonan live gratis yang tak bisa dilewatkan di kelasnya, tentu itu terjadi setiap pagi. Menurut mereka hal seperti itu sangatlah menawan dan lihatlah baru juga sampai di kelasnya ia sudah disoraki histeris oleh para penggemarnya.
Ada yang berkata, “Princess come back.”
“Cantik.”
“Manis.”
“Perfect.”
“Sempurna.”
“Act Cool.”
“Kyaaa, mata gue kelilipan.”
“Oh, My Gosh.”
“It's Really Hot.”
“Oliveee!”
“Andai emak gue kayak dia.”
“Maap abang khilaf.” dan lain lain.
Sebenarnya, Olive sendiri sempat heran. Dia bahkan tidak memiliki sesuatu yang istimewa. Tajir melintir? Tidak! Orang tuanya lah yang kaya raya, dan bukan dirinya.
Cantik? Errrr, entahlah dia dibilang gadis cantik sekaligus tampan di pandangan semua orang. Semua berawal dari dia memberanikan diri bertanya pada teman sekelasnya dulu saat Semester 1 SMA.
“....”
***
“Marin!!”
Semua pasang mata tertuju pada dua sejoli yang sedang mengadu sendok makan siang di kantin. Ia adalah Olive yang kaku sedang memanggil nama teman makan siangnya.
Yang ditanya hanya menampilkan wajah terkejut. Sebab, nama itu adalah awal pertama olive memanggil seseorang di semester awalnya.
“I-iya?”
“Gue boleh nanya?” Jujur saat itu ia tidak bisa berpikir harus bertanya kepada siapa lagi selain bertanya langsung.
“T-tentu saja boleh, lo mau nanya apa Liv?”
“Lo suka sama gue?”
“Say what!”
“....”
***
Sejak saat itu banyak kabar beredar bahwa dirinya seorang bisex atau diartikan penyuka laki laki dan suka perempuan. Ia kira akan banyak gunjingan setelah itu, tapi ternyata “No, Big No.” Tidak ada yang memaki, menghina, ataupun menghujatnya. Justru di situlah ketenarannya dimulai. Ia menjadi incaran semua kaum, baik adam ataupun hawa.
“Cih! Lama-lama telinga gue sakit. Gak punya kerjaan lain apa mereka?” kesal Olive dalam Hati setelah duduk risih di kursinya.
Brakkk!!
Suara tamparan meja keras diketuk seseorang yang menyebalkan, siapa lagi dia? Bahkan satu kelas pun tahu siapa dia.
“Astagfirullah …” Nyebut Aje. Siswa tampan yang mempunyai kembaran bernama Jeje. Mereka sangatlah populer di sekolah tersebut, tapi beruntungnya berkawan baik dengan gadis dingin itu.
Dan ya, Olive tidak terlalu banyak teman melainkan rekan yang baik hati tapi bermuka dua.
Namun, dari semua milyaran orang di dunia hanya 4 orang saja yang mampu meluluhkan hati olive. Siapa mereka? Febee. Jeje. AJ dan Win. Selain Bee yang lumayan dekat dengan Olive. Mereka bertiga JJ. AJ dan Win sudah saling mengenal dari bayi brojol, istilahnya dulu mereka 1 klinik saat melahirkan, ibu mereka saling berkenalan dan berteman baik sampai mereka dewasa. Jadi pantas kalau mereka tahu gelagat Olive selama ini.
“Kenapa lo?” tanya Jeje menatap datar dengan sabar pada si biang kerok.
Siapa lagi kalau bukan Winer, biang rusuh di antara 4 serangkai. Nama geng mereka, di baca EF AY. Dia juga yang barusan membuat rusuh dengan menggebrak meja seenaknya. Kalian tahu, bahwa Olive satu satunya perempuan di lingkar persahabatan ini.
“Ngagetin tahu lo, monyet!” AJ menoyor kepala Win keras.
“Asssh! ... Sorry, gue cuman usil dikit doang padahal sama temen kita,” alasan Win menatap lurus pada Olive. Yang ditatap hanya acuh.
“Temen cewek kita yang mana?” tanya Aj bodoh.
Sekarang giliran Jeje yang menoyor keras kepala kembarannya. Yang dijitak justru senyum-senyum sendiri. Semua kompak bergidik ngeri. Bahasa sundanya, “Ai siya kunaon?”
“Gila lo? Di jitak bukannya sakit malah nyengir,” heran Jeje segera menjauh.
“Eh, kenapa jadi lo berdua yang ribut?” lerai Win. “Sekarang gue mau nanya deh sama lo, Liv,” sambung Win duduk di hadapan gadis itu.
“Ya ... tinggal tanya aja susah,” sekarang Jeje yang banyak bicara.
“Apa?”
Setiap obrolan yang mengandung unsur kata “Olive” dipastikan semua pasang mata akan menunduk, tapi telinga dipasang baik-baik untuk sesi menguping.
Buat apa? Bahan gosip satu sekolah, seperti sekarang ini. Banyak orang yang sengaja berlalu lalang hanya untuk menguping pembicaraan mereka. Sepertinya, mereka sudah pantas jadi artis yang setiap detiknya tersorot kamera.
“Lo lagi deket sama cewek sekolah tetangga yah?” tanya Win antusias namun dengan nada hati-hati.
“What!! Who? Are you crazy man? Masa si Olive nempel sama cewek, gak mungkin banget. Si Olive normal woi!”
Sudah dibilang sekarang Jeje yang banyak bicara. Dan kembarannya Aj? Tidak henti-hentinya cengengesan dari tadi. Maybe ... Ada otak di balik kelapa? Wajib dipertanyakan, tapi biarlah.
“Ap-apa sih? Nggak lah!” Olive mengelak dengan pipi bersemu merah.
Mereka bertiga sudah tahu Olive sejak lama. Olive tidak akan berkomentar kalau tuduhan itu salah. Karena menurutnya tidak penting untuk dibicarakan. Itu artinya tuduhan yang Win lemparkan ada benarnya, walau sebenarnya Win punya bukti.
“Halah … Ngaku aja lo, gue gak akan bocor kok,” dasar bodoh. Dia seperti kelinci yang bisa berlari cepat dan melihat jernih, tapi tuli sekaligus dongo karena kurang gizi tomat.
“Enggak, lagian gue nyari batangan bukan lemper,” sahut Olive dengan tenang.
Ekspresinya, selalu meyakinkan siapapun. Sangat pandai berbohong di keadaan sulit sekalipun, Win patut apresiasi.
“Are you sure? Gue punya bukti untuk omongan gue.” Win tersenyum tak tertebak. Melihat lengkungan setan itu membuat Olive menebaknya, ia sudah tahu jika kelinci bongsor itu akan melakukan sesuatu di luar nalar manusia biasa.
Ngomong-ngomong, mereka anggaplah memakai bahasa china aksen. Karena sebenarnya, mereka tinggal di daratan Timur. Sangat beruntung orang-orang itu bersekolah di tempat elit tersebut. Apalagi Olive. Karena kecerdasannya, ia mampu bersekolah di sekolah yang sangat membantunya dan bisa berkumpul dengan ketiga teman dekatnya itu.
“Bukti apaan bro? Spill cepetan,” ujar Aj diangguki Jeje.
“Ada lah, gue gak akan ngasih tahu kalian. Kalau lo semua mau pada tahu, tanya dulu ke si Olive,” jawab Win menyombongkan diri.
“Ah gak seru lo, spill cepetan!” sahut Jeje ikut nimbrung.
“Tahu nih, pake acara rahasia segala. Tapi … Kalau misal iya pun lo gaet cewek, kita gak ngelarang sih Liv. Secara kan, yang demen sama lo bukan kita, tapi si bontot. Iya gak Win?” usut Jeje memanasi Win.
Benar saja, Win berubah kikuk dan tak percaya diri. Olive selalu melihat interaksi mereka, ia hanya cukup menyimak dan tahu segalanya. Ia juga sebenarnya sudah tahu jika temannya itu menyukainya, hanya saja ia tak mau ambil resiko saja yang mengakibatkan pertemanan mereka akan hancur.
“A-apaan sih lo pada? Mana ada!” elak Win menyangkal kalimat yang dilontarkan Jeje padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Park Kyung Na
👍👍
2022-10-15
0
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™
author multi talenta nih...
salam dari pesona perawan mampir 🤭👍✌️
2022-08-08
0
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Jadi si olive ini sejenis cewek perkasa lah ya 😂
2022-08-07
0