Episode. 5. Perundung

Jajak demi jejak hilang termakan waktu, kejadian demi kejadian hilang terbawa arus tanpa ampas. Peristiwa 2 hari yang lalu masih saja terngiang di benak Olive. Entah setan apa yang membuatnya merindukan sahabat brengsek itu. 

“Sial!” umpat Olive duduk di meja kantin sendirian. Semenjak kejadian itu olive jarang berkumpul bersama Jj, Aj, dan Win. Bukan karena benci, tapi canggung dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. 

Sosok demi sosok berlalu lalang mencari tempat ternyaman menyimpan nampan. Semenjak kejadian itu pula orang orang diam nyaman dalam makanannya seakan Olive sang Bad Girl School tidak ada. 

“Gak, gak, gak! G-gue Akhhhh ... Sialan!”

Olive berteriak kencang seakan hanya ia yang berada di dalam ruangan persegi panjang itu. Semua orang tak berani menatap Olive yang terlihat stress. 

Satu hal! Olive lebih terlihat temperamental kepada siapapun yang mengganggunya saat ini. Di pojok pintu masuk kantin terlihat Aj, Jj, dan Win menatap iba pada Olive. Jj menepak bahu sahabatnya, Win.

“Pengaruh lo lumayan juga, Win.” Jeje Menepuk pelan pundak Win. 

Win sendiri diam menatap Olive bersalah. Seharusnya ia bisa mengontrol gairahnya saat itu. Jika wanita lain mungkin Win akan cuek, tapi jika itu Olive? Dia bingung dengan dirinya sendiri. 

“Apa gue samperin yah?” tanya Win memastikan menatap kedua sahabatnya. 

“Gak! Lo mau mati diterkam garpu hah?” cegah Aj was-was. 

“Yang dikatakan Aj bener, Win! Untuk saat ini biarkan Olive sendiri dulu. Kayaknya, kalau lo sekarang minta maaf, bukannya dikasih maaf malah muka mulus lo yang bonyok,” tambah Jj. Aj mengangguk. Win menunduk sendu. 

“Tapi kapan? Gue rindu kita berempat bareng bareng lagi.” Win menunduk lesu. Aj dan Jeje memeluk Win dari arah samping yang berbeda. 

“Sabar bro, ngadepin cewek yang lagi marah harus pake strategi bukan cuma soal hati doang,” saran Jj. 

Win menatap rindu pada Olive yang terus mengomel sendiri di tengah ramainya kantin. 

“Gue Rindu lo, Liv.” Win tersenyum sendu. 

***

Kring! Kring! Kring! ….

Suara bunyi bel di mana semua siswa dan guru dipulangkan pada waktunya. Olive tanpa basa basi langsung berdiri dan berjalan bebas keluar kelas tanpa menghiraukan guru dan murid lain.

“Songong amat sih tu orang, mentang-mentang banyak yang suka,” komentar beberapa murid.

“Shut! Kedengeran orangnya marah lho,” bisik murid yang lain mulai mengolok.

Di lorong koridor kantor tampak ramai siswa maupun siswi yang berdesakan untuk pulang. 

‘Bruukk!’

“Anjing lo–”

“Eh, sorry! Sorry! ... Gue gak sengaja,” seorang pria tanpa nama pergi menghiraukan Olive yang terduduk jatuh di lantai. 

“Lo gak papa, Liv?” Bantu Win memegang pundak Olive, namun nyatanya bantuan itu segera ditepis segera olehnya. 

“Gak perlu! Pergi lo sono! Ganggu penglihatan gue aja.” Olive menusuk. 

Win menjauh setelahnya dan masih berada di posisi yang sama. Olive tak memandang Win dan pergi begitu saja untuk pulang. Perasaan sakit dan perih jujur dirasakan Win saat ini, karena sikapnya juga gadis yang ia cintai menghindar.

“Apa segitu bencinya lo sama gue, Liv?” Win sendu. 

Area Parkir ….

“Sepeda gue mana yah? Perasaan gue taruh sini.” Olive kebingungan. Ia celengak celinguk ke sana kemari hanya sekedar mencari keberadaan sepeda kesayangannya.

“Woy! Nyari sepeda lo yah?” tanya seseorang di balik punggung Olive. Dia menoleh dan kaget saat melihat sepedanya sudah tak berbentuk lagi di tangan anak-anak siswa bandel itu. 

“SEPEDA GUEE!!” teriak Olive terkejut. 

‘Brak!’

“Noh sepeda lo udah kita renovasi jadi lebih cantik. Jadi lo harus berterimakasih sama kita semua, paham lo!” ucap Salah seorang dari mereka bertubuh tinggi tegap. Sepertinya dilihat dari penampilan, ia lah pemimpin anak-anak tersebut. 

Olive segera meraba sepedanya lagi yang sudah hancur terpotong-potong menjadi 3 bagian. 

“Anjing! Lo apain sepeda gue hah?” tanya Olive marah menatap mereka semua bergantian. 

“Gue kan udah bilang, kita sudah renovasi sepeda lo,” jawab seseorang bertubuh kecil, kurus. 

“Ini namanya bukan renovasi, tapi ngerusak bego!” sarkas Olive. Lengannya mengepal kuat, kuku memutih dan kulit yang putih kontras dengan warna merah. 

“Santai dong sis, harusnya lo berterima kasih, tahu! Karena kita, lo gak perlu capek-capek gayuh sepeda butut lo itu ke sekolah,” jawab seseorang bertubuh tinggi, kerempeng. Mereka semua tertawa melihat keadaan Olive yang tak berbuat bisa apa-apa. 

“Ha ha ha! ... Dasar anak haram lo!”

“GUE BUKAN ANAK HARAM!”

“Terus apa? Anak pungut?” tanya si gempal. 

“Gue ... G-gue punya orang tua!”

“Kasian banget si hidup lo, padahal cantik, apa lo salah masuk sekolah yah?” Si kurus bertanya antusias. 

Olive bingung. “Maksud lo apa hah?”

“Harusnya kan lo diem di panti asuhan, bukan sekolah di sekolah elit kayak gini, orang kayak lo itu cuman jadi beban buat negara.”

“Tahu apa lo tentang hidup gue?”

“Intinya lo anak haram!” tunjuk Seseorang laki-laki pendek berkulit hitam menunjuk wajah Olive yang merah padam. Nyalinya seperti sudah tidak ada, berani menguak kekesalan di depan gadis yang berbahaya.

“Ha ha … anak haram.”

“Dasar anak haram lo!”

“Anak haram harusnya ngamen bukan sekolah.”

Olive menutup telinga, ia jenuh dengan semua perkataan menusuk itu. Ia ingin pergi tapi kaki enggan melangkah. Semua orang hanya menatap iba padanya. 

Gerombolan anak nakal itu pergi melewati Olive yang menunduk, entah apa yang terjadi padanya. Seseorang dari mereka sengaja menabrak kasar bahu kanan Olive hingga terjatuh. 

“Lo itu sekarang cuman sampah. Lo bukan anggota dari 4I lagi. Jadi jangan sok jago apalagi sok cantik!” bisik seseorang sambil melewatinya. Selepas itu mereka semua pergi, meninggalkan Olive yang terduduk lesu menatap sepeda yang tak utuh lagi. 

Semua orang yang biasanya menghormati dan menyanjungnya hanya diam dan menatap iba padanya tanpa berkeinginan menolong. 

Air mata nya mengalir tetes demi tetes. Untuk pertama kalinya ia menangis di depan publik. bukan karena dibully atau pun dihujat di depan umum, tapi ia harus mencari uang banyak untuk memperbaiki sepeda kesayangannya yang telah menemani ia sebelum jatuh dalam kehidupan fana ini. 

“Kenapa? Kenapa mereka gak ada niatan buat nolong gue hiks ….”

Olive pulang dengan menenteng bagian-bagian sepedanya yang sudah dirusak, pandangan kosong. Tepian jalanan perkotaan membuat orang-orang yang mengenal atau pernah sekedar melihatnya penuh tanda tanya. 

“Nak! Hey,” sapa seorang pengemudi bus sebelumnya yang sering melihat Olive bersepeda ke sekolah.

Olive mengabaikannya, berjalan lurus ke rumahnya. Supir bus itu keheranan melihat mood anak sekolah itu. “Ada apa dengan anak itu? Tidak biasanya,” gumam supir truk, khawatir.

Di tempat lain 3 orang laki-laki berseragam putih hitam menatap orang-orang dengan keadaan lemah dan babak belur. Darah tergenang di mana-mana. Mereka adalah orang yang sudah merundung Olive beberapa waktu lalu.

Dengan cepat informasi itu terdengar ke pendengaran Win dan kawan-kawannya. Sepertinya mereka lupa, bukankah sudah dikatakan jika Olive adalah gadis yang berbahaya? Lihatlah, rasakan akibatnya.

“Tolonghh …” ucap salah satu orang bertubuh tinggi tegap, namun terlihat lunglai dengan darah yang merembes di lutut. Tampak 4 paku payung menancap dalam di mata kaki orang itu.

“Apa? Coba ngomong sekali lagi!”

“Tolonghhhhh–”

“Ha ha ha! ... Bodoh! Siapa suruh kalian berani menyakiti sahabat kami? Hah?” tangan lelaki berseragam berlumur darah itu mengetuk lutut yang tertancap paku lain. Bisa dibayangkan betapa linu jika dirimu sendiri yang merasakan. 

“Ma-afhh ….”

“Cih!”

“Maaf aja gak cukup buat ngembaliin semangat sahabat gue, bego!”

“Akhhhhhkhh!!” Laki-laki itu memeluk kesakitan saat kepalanya dibenturkan di aspal. 

“Win! Cukup. Musnahkan saja langsung.” Jeje memberi saran, Aj mengangguk setuju.

“Gue khawatir ada saksi mata nanti, cepetan!” tambah Aj. Win mendelik tak suka. Menurutnya ini momen menyenangkan untuk bermain. 

“Iya lo, lama amat ngabisin orang tolol doang,” sahut Jeje.

“Sabar, elah. Berisik banget lo pada, bentar.”

Jeje berdecak diikuti delikan mata dari saudaranya, melihat itu Win pun jadi malas dan memutuskan untuk mengakhiri permainannya. “Ya sudahlah …” Win menggantung kalimat dengan menatap lawan di bawah kakinya. 

‘Blesssh!’

‘Wurrhrrrrr’

Win tanpa aba-aba mendaratkan pisau dagingnya di perut lawan. Semua isi perut laki-laki itu berhamburan keluar dengan darah yang menciprat. Teman-temannya si pembully melototkan mata dengan apa yang mereka lihat. Mereka tidak bisa kabur, bahkan menggerakan kaki pun rasanya sulit. Hanya ada ketakutan dan harapan terbebas, tapi siapapun tahu itu harapan yang mustahil di sini. 

Jeje dan Aj muntah tiba-tiba. Ia tak menyangka Win akan melakukan hal berbau psikopat. 

“Gue … in-nghinh muntah–huek …" Cairan padat bercampur liur keluar dari mulutnya di baju seragam milik Aj. 

“Sial! Jijik Ai Sat!! Baju gue bau muntahan lo goblok! Arghh!” umpat Aj frustasi. Ia juga mual tapi ia bisa menahan perutnya. Lagi pula, ini bukan hal pertama kalinya melihat darah bukan?

Win merogoh saku mencari benda pipih dan menelpon seseorang. Tatapan sudah berganti, teman-temannya menyadari.

“Hallo! ... Datang ke jalan xxx ada mayat yang harus lo buang, dan satu hal lagi … habisi sisanya.” Win tersenyum smirk.

‘Klik’

Ucapan dingin itu keluar dari mulut Win digantikan dengan wajah ceria saat memandang kedua sahabatnya. Dua orang yang dipandang merasa merinding dengan perubahan Win. 

“Jangan ngeliatin gue kayak gitu, bodoh!” peringat Jeje lemas bersandar di bahu Aj. 

Win hanya memberikan senyuman khas kelincinya dan pergi ke mobil untuk segera pulang dan membersihkan diri. Jeje & Aj mengikuti dari belakang dengan keadaan masih setengah panik. Sisanya? Hanya menunggu giliran maut dibarengi kehabisan darah.

Terpopuler

Comments

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™

mau juga kelinci

2022-08-22

0

Jabbar Jabir

Jabbar Jabir

lanjut

2022-08-08

0

Jenny Eldina

Jenny Eldina

Kapan ada lagi? Pengen baca 🗿 Win Jj Aj kayak nama pemeran thailand gak si? Gue ngebayangin mereka jadi visual

2022-08-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!