Episode. 4. First Kiss

Malam ini seperti yang dikatakan temannya bahwa olive akan pergi ke club, tempat itu memang tidak terlalu jauh dari rumahnya, tapi kini Olive sepertinya ingin naik taxi saja ke sana. 

Sekarang masih pukul 7.30 PM. Dia berbaring Santai di kasur sempit rumahnya. Semenjak kakak dan orangtuanya melupakannya, dia benar benar hidup sendirian. Hanya ada suara gemercik air sisa ia mandi barusan dan si Terang, kucingnya. 

“Hey! Kenapa kucing manis ini manja sekali hemm?” Sejak pulang sekolah kucing abu-abunya itu terus mendusel pada majikannya. 

“Meong.”

“Apa kau lapar?”

“Meong.”

“Tapi kan kau baru saja makan, masa lapar lagi?”

Olive terkekeh melihat kucing kesayangannya manja. Hanya kepada Terang lah dia sangat terbuka. Mencerahkan kesedihan, tertawa, bahkan tidur sambil memeluk kucingnya. Beruntung sekali bukan si Terang itu? 

Tapi, Olive tak pernah tahu ada keajaiban di balik bulu lembut itu. Si terang hanya terus mendusel dan bermanja di pangkuannya. Tidak ada yang tahu jika kucing abu-abu itu adalah kucing yang Olive pungut saat sepulang bekerja dari pekerjaan lamanya sebagai office girl di klinik hewan. 

Makanan di tempatnya sudah habis diberikan kepada si Terang. Sedangkan uangnya hanya cukup untuk pergi ke club. Ia harus menahan laparnya sampai di club. Setidaknya, ia tidak dianggap merepotkan oleh teman-temannya karena makan gratis. 

Terang yang melihat majikannya terpejam merasakan lapar, tiba-tiba melepas diri dari pelukan hangat sang majikan dan pergi berlari keluar kamar. Olive sempat kaget melihat si terang menjauh darinya. Ia mengikuti kucing itu sampai dapur. 

“Kau sedang apa, Terang?” tanya Olive heran. Terang berbalik melihat majikannya dan naik keatas meja makan. Seakan kucing itu tahu apa yang dicari perut majikannya. Olive membuka tudung saji itu dan sedetik kemudian ia terperangah. 

“Kenapa banyak sekali makanan?” pikirnya. 

“Atau mungkin Bibi si tetangga lama yang menyimpannya? Eh, sudahlah yang penting perut kenyang,” Olive tak peduli lagi, yang penting bisa mengisi perut kosong.

Tanpa basa-basi ia memakan makanan lezat itu dengan lahap. Terang yang melihat itu secara tiba tiba tersenyum hewan yang manis. 

Singkat waktu, jam sudah menunjukan pukul 07.55 PM. Ia sudah bersiap-siap pergi ke club. 

“Mae pergi dulu ya terang, jaga rumah jangan sampai ada maling. He he he …” ucap Olive mengecup wajah Terang yang ada di gendongannya. 

“Meong,” balas kucing itu. 

Kucing itu terus menatap kepergian majikannya sampai pintu itu tertutup sempurna. Kucing cerdas itu langsung berjalan di depan pintu rumah dan tiduran di sana, menunggu majikannya pulang dengan selamat dan tentunya membawa whiskas.

“Meong meong …” ucapnya tersenyum sederhana menatap pintu putih tempat terakhir kali ia melihat majikannya. 

Di tempat lain … Jj, Aj, Bee, dan Win sudah bosan menunggu kedatangan ice girl mereka. “Kemana sih itu bocah, perasaan udah jam segini belum dateng-dateng juga,” kesal Aj melihat pintu masuk club itu terus-menerus.

“Sabar, kali aja macet!” ucap Febee.

“Eh, btw lo kenapa bisa tahu kita ada di sini?” tanya Aj karena saat awal dia kesini, dia sudah melihat Win dan gadis asing ada bersama mereka.

Bee melirik Win yang sedari tadi menyimak. “Namanya Febee. Temennya si Olive yang tadi siang gue gosipin,” jawab Win.

“Gue disuruh Win buat gabung, gapapa kan?” jawab Bee. 

Aj dan Jj hanya ber Oh ria. Win mengangguk. “Iya gak papa, santai aja.” Jj menjawab singkat, tapi kemudian. “Kalau boleh tahu, lo beneran temennya Olive?” tanya Jj memastikan. 

Bee sekali lagi menjawab dengan mengangguk. 

Seketika keadaan menjadi riuh dengan teriakan teriakan histeris, “Ngapain sih dandan cantik-cantik? Biasa aja,” ucap Win saat tahu siapa yang datang sembari berjalan menghampiri mereka.

Orang itu Olive dengan penampilan casual khas remaja namun masih terlihat elegan. Uhhhh jikalau ada di dunia nyata, meluluh dedek phi.

“Shit!” batin Win yang sebenarnya tak rela kecantikan gadis idamannya terbagi banyak.

Olive duduk di antara salah satu kursi panjang berada dekat dengan teman-temannya. Penampilan Olive sangat berbeda dari biasa, rambut sebahu digerai cantik dengan make up tipis. Gaun tipis berwarna hitam sepenuhnya memperlihatkan kaki jenjang serta leher putih mulus miliknya. 

“Gue heran sama lo, Liv! Sejak kapan lo bisa feminim?” tanya Aj terkekeh. Win masih diam dan tersadar saat bersamaan dengan deheman kecil milik Jj. 

“Sekarang,” singkat, namun terdengar jelas oleh mereka dalam kebisingan musik. 

“Kalo gini caranya, fans lo makin tambah lah,” sahut Win malas. Jj mendecih. 

“Apa hubungannya sama lo, Udin? Gak ada yang ngurus,” sambung Jj. Bee dan Aj Mengangguk. 

“Eh, gue lupa ada anaconda terasingkan,” sahut Aj. Bee memalingkan muka tak suka. Olive melihat itu. 

“Baru nyadar lo, hah?” sentak Bee. 

“Ya maap,” sahut Aj seakan mereka sudah kenal lama, padahal sok kenal sok dekat.

Olive mengerutkan kening bingung, untuk apa gadis itu ada disini? “Ngapain lo disini Febe? Kalian saling kenal?” tanya Olive pada mereka.

“Kagak, gak tahu nih si Win ngajak nih cewek asing ke sini. Mana sok akrab lagi,” sahut Jeje.

“Gak boleh gitu bego,” tegur Aj kembarannya.

Jj adalah singkatan nama dari Jerilio Jerald. Sedangkan Aj adalah panggilan nama dari Ajelio Jerald. Dibaca Jeje dan Aje. Kelima orang itu bercanda gurau sesekali minum minuman beralkohol tinggi, kecuali Olive dan Bee. 

“Gapapa lah, sekalian kita dekat juga. Pokoknya kalau ada orang deket sama lo, dia juga harus deket sama kita,” ujar Win.

“Ya, terserah lo aja deh,” sahut Jeje.

“Si paling keras kepala,” timpal AJ.

‘Itu 4I? Kok berlima? Biasanya 4-an terus kayak twinky.’

‘Nggak! Nggak, gak mungkinkan gue pindah haluan?’

‘Cool banget sih tu cewek, jadi membeku dedek.’

‘Bebeb aku–sejak kapan feminim?’

‘Iya nih, gue aja calon suaminya bobrok gini.’

‘Kamu makin cantik dek …’

Dari sekian banyak teriakan teriakan histeris, hanya ada satu yang mampu menarik perhatian seorang Olive. Kalimat terakhir itu, ia mengenalnya, dan suara itu Olive sangat merindukannya. Tapi, mana mungkin? Segera Olive tepis semua bayangan yang sempat terlintas itu. 

Di tengah keheningan pikirannya yang bercampur lampu jedag jedug dan musik yang keras, Olive berusaha tenang dan tak terbawa perasaan atas hal yang ia rasakan baru saja. 

Tapi tiba-tiba saja Olive yang masih sibuk melirik kiri kanan shock merasakan tangan seseorang menarik tengkuknya. Olive melotot tidak percaya bibirnya dipungut seseorang secara tiba-tiba.

Parahnya, saat Olive melihat siapa yang menciumnya, ada wajah win yang sedang memejamkan mata menikmati bibir ranumnya. 

Hening ….

Satu kata itulah yang kini pantas ia deskripsikan. Semua orang yang tadinya bising dengan musik dugem seketika terdiam, bersamaan dengan musik yang tiba-tiba mati.

Semua pusat tertuju pada dua sejoli yang saling menempelkan bibir. Tidak! Tapi Win yang secara tidak sadar mencari masalah dengan orang yang salah. 

Teman-temannya memang mabuk. Tapi, mereka masih sadar apa yang Win lakukan. 

Dari baunya Olive sadar jika Win sedang mabuk berat. Karena tidak ada perlawanan dari lawan mainnya, Win memperdalam ciumannya dengan menelusupkan lidah ke dalam mulut lawannya, Ia menarik tengkuk itu semakin dalam. Saliva keluar mengalir dari dalam mulut keduanya. 

Hening, hanya ada suara degup jantung dan gemercik saliva dari dua sejoli itu. Perlahan merayap dengan tangannya mengelus pinggang ramping Olive. Olive masih diam sambil mencerna apa yang terjadi. 

Seketika tersadar, olive mendorong tubuh besar itu. 

Plakk!

Olive mengusap kasar bibirnya, satu tamparan keras mengenai pipi si empu. Air matanya mengalir deras tanpa suara. Win belum sadar, ia terduduk di lantai dengan mata terpejam sesekali terbuka, terjungkal setelah Olive dengan sengaja mendorongnya kuat dan keras.

Bee yang mengetahui hal itu langsung menenangkan Olive dengan mengusap punggungnya. Bee pun sama terkejutnya, gadis itu hanya bisa menenangkan Olive seadanya karena kesadarannya masih melayang di beberapa detik yang lalu.

Wajah Olive memerah di bawah lampu disko, matanya tak henti-henti mengeluarkan bulir bening, bibirnya bengkak akibat ulah kelinci bongsor. 

“OLIVE!” teriak Bee. 

Jeje yang masih punya kesadaran berdiri dan mencengkram kerah kemeja Win, dan ….

BUGH!

Satu pukulan keras mengenai pipi laki-laki itu, Win sampai tersungkur di lantai untuk kedua kalinya. Aj yang melihat kelakuan adiknya segera melerai mereka, walaupun kekuatannya juga cukup dipengaruhi alkohol.

Olive berlari dari club dengan derai air mata. Hawa dingin menusuk menjamah kulit, Olive mendekap tubuh sambil berjalan menyusuri jalan kecil kerumahnya. Taman kota ternyata lebih dapat menenangkan hati Olive yang sedang kalut. 

Gemerlap lampu berbagai warna menghiasi tiap titik sudut di TSG ini. Tak banyak pengunjung, karena malam semakin larut. Hanya ada sebagian insan yang sedang menghabiskan waktu bersama pasangan. Seseorang menyadari isak tangis di area taman itu. Olive duduk di kursi taman sendirian, menunduk dengan air mata yang tertutup rambut poni.

“Hey!! Kamu nangis? Are you ok?” tanya seorang lelaki berperawakan tinggi. 

Olive menengadah melihat siapa yang mengusiknya. Tampan! Laki-laki itu memiliki wajah yang terbilang tampan, dengan kulit putih terpapar cahaya bulan. 

Olive mengangguk kecil, sedikit tersenyum lalu menunduk kembali. Laki laki itu membalas senyuman dan duduk di samping Olive yang baru ia temui. 

“Patah hati?” tanya laki laki itu, lembut. 

Olive menggeleng. “Bahkan lebih dari itu,” ucapnya lirih. 

Sekarang Olive bangkit berdiri, dan pamit pada seseorang yang sudah menemaninya walau hanya beberapa detik.

“Maap, aku harus pulang.” Olive hendak pergi. Namun, dicegah tangan orang itu.

“Ada apa?” Olive menoleh dan terpaku, sekarang ia mengingat laki laki itu adalah orang yang sama menabraknya di lorong sekolah. 

“Tum. Namaku Tum. Sepertinya kita akan bertemu kembali,” ungkapnya menatap Olive menengadah. Olive melepas tautan tangan itu dan tersenyum manis. 

“Olive.” balas Olive, lalu melenggang pergi. Tum terpaku di tempat melihat sekelebat senyum tulus seseorang yang baru saja ia tahu namanya.

Gadis itu pergi dengan mengusap pipinya yang basah, sedangkan laki-laki bernama Tum itu tengah sibuk menatap lekat kepergian Olive sampai jalanan memakannya. 

Tum merogoh ponsel di saku, mengetik nama seseorang dan tak lama call pun masuk. 

“Selamat malam Tuan, ada yang bisa saya bantu?”

Suara seseorang dengan vokal bass terdengar dari seberang telephone. “Cari tahu siapa gadis bernama Olive di sekolah yang saya urus saat ini. Besok pagi, data lengkapnya harus sudah ada terkirim di email saya,” ucapnya.

“Akan saya usahakan, Tuan.”

Panggilan pun ditutup oleh Tum. Lelaki itu tersenyum sederhana mengingat-ingat senyuman tulus gadis bernama Olive.

“Kita lihat, siapa yang sudah membuatmu menangis, cantik.”

Terpopuler

Comments

Pemenang YAWW 9 😴🤕

Pemenang YAWW 9 😴🤕

visual dong Thor....😂🤣🤣🤣😬😬😬

2022-08-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!