Pak Satpam, Marry Me...!!!
"Awwh..." Teriak seorang gadis saat dirinya baru keluar dari toilet, tiba-tiba kakinya tergelincir membuat sang gadis terjerembab.
Grep
Kok engga sakit? apa gue udah meninggoy? seharusnya kepala gue udah kebentur, bokong gue udah nyium lantai. Ini kenapa, engga berasa apa-apa ya? gumam gadis itu dalam hati.
"Nona, anda tidak apa-apa?" sebuah suara bariton mengembalikan jiwa gadis itu ke alam nyata.
Gadis itu membuka matanya pelan, saat matanya terbuka sempurna betapa terkejutnya dia. Wajah seorang pria tepat didepan mata, sedang menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Ya Tuhan... Aku udah disurga ternyata, sangat tampan malaikat didepanku." Ucap gadis itu pelan tapi masih terdengar ditelinga sang pria yang masih menompang tubuh gadis itu.
Pria itu mengerutkan keningnya mendengar ucapan sang gadis, sementara gadis itu masih saja terpesona dengan pria didepannya. Tanpa ada sedikitpun niat untuk mengalihkan pandangannya, ia masih terlalu nyaman berada dalam posisi seperti itu.
"Badan anda berat sekali, nona. Bisakah anda berdiri, tangan saya lelah menompang badan anda!!" ujar pria itu dengan nada dingin. Seketika keadaan menjadi beku aura dingin menyeruak disekitar.
"Hah, ah iya.. maaf. Maaf, saya sudah menyusahkan, Mas!" ucap gadis itu sekuat tenaga ia menahan rasa gugup. Jantungnya apalagi, sedang bermain drum didalam sana.
Tanpa sepatah kata pun, pria itu berlalu begitu saja. Meninggalkan gadis itu yang masih membeku di tempatnya sebelum kemudian tersadar dan mengejar sang pria yang sudah menjauh darinya.
"Heiii, mas. Tunggu!" Panggil gadis itu sambil berlari mengejar pria yang menolongnya.
"Mas... mas satpam, tunggu. Itu cowok kagak punya telinga apa ya! di panggil bukannya berhenti, maaaass....!!!" teriaknya lagi, dan berhasil membuat pria berseragam satpam itu berhenti dan membalikkan badannya kebelakang dimana gadis yang ditolongnya sedang berlari kearahnya.
"Aku mau ucapin terima kasih, mas nya main kabur aja." Sewot gadis itu dengan nafas terengah-engah karena harus berlari mengejar pak satpam itu.
"Sudah, itu saja kan?"
"Bulan, namaku Bulan." Gadis yang bernama Bulan itu menyodorkan tangannya memperkenalkan diri. Namun sayangnya, pria itu hanya melirik tangan Bulan lalu pergi begitu saja meninggalkan Bulan yang melongo melihat sikap pria itu.
"Ganteng sih ganteng. Tapi... dingin banget, jabat tangan aja engga mau. Tangan gue yang selembut sutera ini di anggurin, kagak tau dia di luar sana pria-pria pada berebutan pengen genggam tangan seorang Bulan. Kasiannya kamu tangan!" Bulan menatap nanar tangannya yang mengantung di udara tidak tersambut oleh satpam dingin itu.
"Hmm... Aku suka laki-laki seperti ini." lanjut Bulan tersenyum penuh arti.
Bulan menangkup kedua pipinya, matanya berkedip pelan. Wajah pria itu tersimpan indah dimemori kepalanya. Bibir merah itu tersenyum merekah, hatinya sedang berbunga-bunga.
"Ya ampun, tampan banget. Beneran manusia bukan sih? eh.. tapi dia pakai seragam satpam, berarti doi kerja disini. Ya ampun kesadaran gue timbul tenggelam gini sih, Fix ini mah, JODOH!" Bulan mengepal kedua tangannya memukul-mukul udara sambil jingkrak-jingkrak.
"Babang tampan, tunggu Bulan. Aku akan mendapatkanmu dan menjadi cahaya untuk malammu." Imbuhnya kembali seraya berjalan meninggalkan toilet yang menjadi saksi keromantisan awal pertemuan mereka.
Bulan kembali bergabung bersama sahabatnya dengan wajah berbinar-binar, senyum tak lepas dari bibirnya. Persis seperti orang sawan, senyum-senyum engga jelas.
"Eh, bego. Lu ngapain aja ditoilet, semedi?" Cecar Nura.
"Tau tuh, kita udah jamuran nungguin lu buat makan!" sambung Alin.
Yang ditanya malah asik dengan dunianya sendiri, kedua sahabatnya saling pandang. Alin yang ditatap Nura hanya mengedikan bahu, tidak tau apa yang terjadi dengan Bulan.
"Iss,,, dasar bego. Ditanyain malah mesam mesem sendiri." Ketus Nura. Mengeplak kepala Bulan dengan buku menu cafe itu.
"Napa lu, geplak pala gue. Papa gue tiap tahun fitrahin ini kepala, seenak udel lu geplak-geplak! " Kesal Bulan menggosok kepalanya yang sakit dengan cemberut, bibirnya panjang lima centi.
"Lagian, lu ditanyain kagak jawab." Sungut Nura kesal.
"Apaan!!" Ketus Bulan.
"Lu, napa lama ditoilet?" tanya Nura kembali.
"Gue abis ketemu malaikat, beuuuhhh gantengnya kayak Hermes." Wajahnya kembali berbinar.
"Maksud lu, Hermes brand ternama itu?" tanya Alin polos. Harap maklum ya, Alin ini agar lola. Kudu extra sabar hadapinnya, kalau ngegas makin parah lolanya.
"Haisss,,, makanya lu waktu pelajaran Sejarah jangan tidur. Itu loh Dewa Yunani yang terkenal akan ketampanannya." Jelas Bulan.
"Emang di Sejarah ada ya, pembahasan tentang Dewa Yunani?" Alin berpikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya.
"Nura, lu nemu dimana teman model gini?" tanya Bulan dengan mengetatkan giginya, saking geram dengan sahabatnya yang satu itu.
"Udah, anggap aja dia makhluk tak kasat mata. Apa tadi maksud lu malaikat ganteng?"
Bulan pun menceritakan dengan semangat mengebu-gebu pertemuannya dengan lelaki yang menolongnya ditoilet. Keduanya menyimak dengan serius, mereka sesekali mangut-mangut.
"Dibajunya ada nama, napa engga lu liat?"
"Nah itu dia, masalahnya. Mata gue yang cantik indah ini, tak bisa berpaling menatap wajahnya. Mana teringat gue liat namanya, gue seperti terhipnotis saat berhadapan dengannya." Jelas Bulan, mengingat betapa begonya dia tadi. Seharusnya dia dengan mudah bisa mengetahui nama pria itu, jelas-jelas dibajunya ada nama.
"Aaakkhh... bego banget sih gue." Rutuk Bulan menyesali kebodohannya seraya mengacak rambut sendiri.
"Hati-hati lu, siapa tau jelmaan genderuwo. Mana ada di dunia nyata gini, lelaki tampan seperti Dewa Hermes itu." Ucap Nura.
"Makanya halu lu jangan ketinggian, kagak bisa lagi bedain mana yang nyata sama ilusi." lanjut Nura kembali.
"Masa sih, gue halu liat tu cowok? tapi dia sempat nahan badan gue biar engga jatuh? berarti dia nyata ra, lu jangan takut-takutin gue." Cicit Bulan pada Nura, ia tidak terima pria itu dikatain jelmaan atau ilusi.
"Buktinya, dia engga jabat tangan lu kan? karena dia tau tangannya kagak bisa sentuh lu."
"Kakinya nginjak lantai engga?"
"Engga tau, gue cuma fokus wajahnya aja."
Nura tepok jidat liat, kelakuan sahabatnya itu. Ia menghela nafas pelan lalu menggeleng pelan.
Bulan kembali sibuk dengan pikirannya sendiri, ia menjadi ragu dengan pria yang ditemuinya tadi. Tapi disisi lain, ia bisa rasakan tangan pria itu saat menompang tubuhnya.
Siapa Pria itu?
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Haiii,,, selamat datang di novel baru kak Jingga,, 😘
Maafkan kak Jingga ya, Halunya sangat banyak dan tinggi, dari pada mubazir kebuang. Mending di obok-obok menjadi sebuah tulisan...
Semoga suka ya, dengan kisah Bulan dan pak Satpam 😎
Semoga aja itu bukan jelmaan ya, serem juga kalau beneran🤭
Jangan lupa tinggalkan jejak jempol ya cinta-cinta LIKE, KOMEN DAN VOTE
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Nanih Pemil
mampir kk thor 😂😂
2023-01-30
0
Tita Puspita Dewi
hadiroh!!! suka ni kayaknya kocak dan merakyat.
2022-11-19
0
Tita Puspita Dewi
😅😅😅
2022-11-19
0