Alif yang baru saja selesai mandi dan hanya menggunakan handuk yang dililit dipinggangnya, langsung saja membuka pintu rumahnya ketika mendengar suara ketukan pintu.
Ketika pintu dibuka, betapa sangat terkejutnya Alif melihat siapa yang baru saja mengetuk pintu rumahnya.
Astagaaaa, perempuan ini...kenapa terus menghantui aku. Readers.....tolong tenggelamkan aku di Palung laut Mariana. Histeris Alif dalam hatinya.
Jika Alif histeris dengan kedatangan Bulan dirumahnya, lain dengan Bulan yang sedang menatap tak berkedip kesempurnaan didepan matanya, mulutnya ternganga.
Sumprit, demi apa coba. Karuniamu pagi ini Tuhan, sungguh menyegarkan otak, tapi tidak sehat untuk jantungku. Keluh Bulan dalam hati.
Pagi ini, Bulan sengaja datang kerumah Alif dengan membawa sarapan. Ia ingin sarapan bersama Alif, namun siapa sangka sampai disana ia disuguhkan pemandangan yang membuat dunia Bulan terbalik, jantungnya marathon estafet.
Sadar badannya ditatap begitu intens oleh Bulan, Alif menyentil kening Bulan reflek gadis itu menggosok keningnya membuat kesadaran pulih kembali.
"Napa disentil, mas?"
"Mau apa kamu pagi-pagi udah nangkring kerumah saya? dari mana kamu tau saya tinggal disini?" cecar Alif beruntun, tidak mengubris pertanyaan yang diajukan Bulan.
"Engga penting darimana aku tau." Kata Bulan sambil menerobos masuk kedalam rumah tapi ditahan Alif, membuat Bulan kembali berdiri ditempat semula.
Dan waktu Alif ingin menutup pintu rumahnya, Bulan langsung menahan pintu alhasil tangan Bulan terjepit.
"Masss..." Teriak Bulan meringis, menahan sakit dijari tangan kanannya. Alif melihat tangan Bulan disisi pintu menarik pintu hingga terbuka lebar.
"Bulan, kamu ngga pa-pa?" Alif panik melihat jari lentik Bulan berdarah.
"Sakit, mas!" lirih Bulan, air matanya sudah menetes.
Tanpa pikir apapun, Alif merangkul bahu Bulan membawanya masuk kedalam rumah. Mendudukkan Bulan di sofa yang ada diruang tamu, lalu bergegas menuju kamarnya mengambil kotak P3K di dalam laci nakas. Tak lupa Alif memakai bajunya terlebih dahulu, kemudian kembali lagi keruang tamu.
Alif duduk disamping Bulan yang terisak, meraih tangan Bulan yang terluka. Dengan telaten Alif membersihkan darah pada jari tangan Bulan.
"Perih?" tanya Alif melihat Bulan meringis saat ia menuangkan alkohol diatas jari itu sambil sesekali meniupnya. Bulan hanya menjawab dengan sebuah anggukan, Bulan juga menggigit bibirnya untuk menahan rasa perih disertai air mata yang menetes.
Alif membereskan kotak P3K setelah selesai memperban jari tangan Bulan. Posisi duduk mereka yang tidak berjarak, membuat Alif bisa melihat wajah Bulan dengan begitu dekat.
"Maaf, gara-gara saya kamu jadi terluka." Ucap Alif merasa bersalah telah membuat jari lentik gadis itu cedera seraya menyeka air mata Bulan dengan kedua tangannya
Bulan menggeleng cepat, "Engga mas, Bulan aja yang ceroboh." Ucap Bulan tersenyum manis.
Senyumnya sangat manis, bukan hanya darah tinggi bisa-bisa juga diabetes aku kalau dekat dia terus. Kata hati Alif.
*****
Bulan harus segera kekantor karena hampir pukul delapan pagi. Sarapan bersama yang diinginkan Bulan gagal total, kecewa? tentu tidak, sebagai permintaan maaf Alif membuatkan sarapan untuk Bulan karena sarapan yang dibawa oleh Bulan tadi jatuh dan tumpah saat jari tangan Bulan terjepit.
Bulan semakin senang karena ia pergi kekantor diantar oleh pangeran hatinya dengan bekal sarapan diatas pangkuannya. Alif terpaksa mengantar Bulan, dengan tangan yang diperban pasti akan membuat Bulan kesulitan untuk menyetir. Betapa bahagianya Bulan, jari terluka perhatian Alif ia dapat.
"Mas, makasih ya. Udah dibuatin sarapan, diantar lagi kekantor." Ucap Bulan tulus pada lelaki yang sedang fokus menyetir disampingnya.
"Hm,,,"
Kembali mode kutup utaranya. Hati Bulan berdecak sebal.
Bulan tidak lagi mengeluarkan suaranya, ia memilih diam menatap kejalanan, tanpa diketahui Bulan sang pangerannya tersenyum tipis melihat wajah Bulan yang cemberut.
"Mas bawa aja mobilnya." Ucap Bulan saat mobilnya memasuki area parkiran kantor.
"Tidak usah, saya bisa pulang sendiri." Sahut Alif datar.
Setelah memarkirkan mobil, Alif membantu Bulan melepaskan Seatbelt kemudian keluar dari mobil. Bulan yang menenteng tas dan bekal ditangan kirinya berjalan menghampiri Alif yang berada disisi kanan mobil.
"Makasih," Ucapnya, dengan gerakan cepat Bulan mengecup bibir Alif.
Cup
"Jangan lakukan itu lagi, jual mahal sedikit jangan terlalu murah." Bulan berkedip dengan cepat kalimat yang ucapkan Alif terdengar ambigu ditelinganya.
Setelah mengatakan itu, Alif segera meninggalkan Bulan keluar dari area kantor itu kembali kerumahnya.
"Jual mahal sedikit jangan terlalu murah!" Ulang Bulan.
"Apa maksudnya, dikira barang kali ya? dasar menyebalkan, tapi gue cinta."
Bulan membawa kedua kakinya masuk kedalam kantor menuju ruangannya dengan hati yang berbunga-bunga, biarpun Alif suka menjungkir balikan perasaan Bulan tapi ia tidak peduli.
"Bego... tangan lu kenapa?" teriak Nura saat Bulan masuk kedalam ruangan.
"Cuma luka kecil."
"Cuma, lu bilang! eh bego, kalau cuma luka kecil engga sampai diperban gini!" omel Nura seraya menjitak kepala Bulan dengan tangannya.
"Lu napa suka banget sih, jitak pala gue?" Sewot Bulan.
"Biar lu cerdas." Sahut Nura santai tanpa merasa bersalah.
Bulan mendengus kasar, "Gue udah cerdas kali, buktinya masih muda gue udah jadi pengacara handal." Kata Bulan dengan pongahnya.
Nura memutar bola matanya dengan malas, bestienya yang satu ini tingkat kepedeannya melebihi gunung everst. Nura mengakui, Bulan emang sangat cerdas. Banyak klien yang puas saat kasus mereka dipegang oleh Bulan.
Bahkan ada berani membayar sangat tinggi agar Bulan mau jadi pengacara mereka. Tentu saja Bulan tidak sembarangan menerima kasus yang akan ditangannya.
"Tumben lu, bawa sarapan?" tanya Nura melihat Bulan membuka kotak bekal disela ia membereskan file yang akan dibawanya saat bertemu kliennya nanti.
"Dari pangeran Hermes gue." Jawab Bulan, lalu memasukan suapan pertama nasi goreng omelet kedalam mulutnya.
"Serius lu?" Nura mencampakkan file yang dipegangnya tadi begitu saja mendekati meja Bulan.
Bulan mangut-mangut, "Ewnack." Bulan berucap tak jelas karena mulut penuh dengan nasi goreng yang dibuat oleh Alif.
Bulan memberi satu suapan pada bestienya, Nura membelalakan matanya begitu merasakan betapa enaknya nasi goreng itu.
"Gila enaknya banget, ngga cuma tampan. Tapi, jago masak juga. Fix, suami idaman ini." Cicit Nura.
Bulan menabok kuat lengan Nura, mendelikkan matanya. "Punya gue itu!" seru Bulan.
"Sebelum janur kuning melengkung, masih milik bersama. Kalau sudah melengkung bisa ditikung disepertiga malam." Nura menaik turunkan alisnya sambil lari keluar ruangan.
"Dasar bestie JAHARA lu....!" Murka Bulan melempar botol air mineral yang sudah diteguknya setengah.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Bestie..... sesuai janji ya udah Up😌 LUNAS 👌
Udah guling-guling ampe kembang kempis hidung, kuciwa hati kakak Jingga.
Padahal baru juga dapet perhatian Babam Alif, mode kutub dinginnya aktif lagi🙈
Apalah dayaku, hanya sebatas remahan rempeyek. kudu berjuang ampe terseok-seok untuk melelehkan hati Babam🤧
Makan pisang aja dulu, biar kuat hati😎
🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bundanya Robby
cuma 1 jahat banget 🙄🙄🙄🙄🙄
2022-08-10
0