Gubraak! Duarr! Itulah yang dirasakan Bulan saat bertemu dengan pria yang berprofesi sebagai satpam kemarin. Meski baru bertemu sekali, Bulan tidak bisa mengeluarkan bayang laki-laki itu dari pikirannya.
Hati dan pikirannya tumpang tindih, Bulan bertekad hari ini ia akan mencari tau tentang sosok pria itu. Sosok yang membuat ia menderita insomnia, sosok yang membuat jantungnya berdebar-debar seperti kelebihan dosis obat. Sosok yang membuat ia harus secepatnya bertemu dengan Dokter Spesialis Jantung dan Kejiwaan.
Seperti sekarang ini, waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi ia masih betah guling-guling diatas tempat tidur sambil mesam mesem sendiri menatap langit-langit kamarnya. Hingga suara ketukan pintu membuyarkan senyum yang sedari tadi menghiasi wajahnya.
"Siapa sih, ganggu orang aja!" gerutu Bulan.
Ceklek
"Ya ampun Bulan, napa kamu belum mandi, hah? udah jam berapa ini?" Suci sang mama menatap putrinya dari ujung kepala sampai ujung kaki masih mengenakan piyama tidur.
"Iya ma, jangan teriak-teriak." Mama Suci hanya mengeleng melihat kelakuan putrinya.
"Cepetan sana mandi."
Bulan bergegas masuk kedalam kamar mandi, menghidupkan shower dan mengguyur tubuhnya. Hari ini ia mandi begitu cepat, setelah bergelut dengan pikirannya sebuah ide cemerlang muncul dikepalanya.
Setelah berpakaian rapi dan menyemprotkan parfum Bulan segera melangkah keluar kamar turun ke lantai bawah. Saat sampai diruang makan, sang Papa sudah terlebih dahulu duduk disana.
"Papaaa..." Teriak Bulan semangat karena pagi ini ia akan merayu papanya untuk sebuah misi.
"Papa belum budeg, Bulan! kenapa kamu hobi sekali teriak-teriak! kamu pikir kita tinggal dihutan." Sahut Arman sang papa, masih sepagi ini ia sudah di buat sakit kepala oleh putrinya.
Bulan hanya nyengir, memperlihatkan muka tanpa dosa. Kemudian duduk disebelah kiri papa Arman dan menikmati nasi goreng seafood sesuai permintaannya pada sang mama.
"Papa hari ini kehotel?" tanya bulan basa basi disela kunyahannya.
"Engga, papa hari ini mau yasinan!" sahut sang papa santai lalu meminum secangkir kopi.
Bulan melongo, "Yasinan siapa, pah?"
"Kambing Pak Yanto kemarin ketabrak."
"Pah, garing tau engga!" Bulan merengut, bisa-bisanya ia dikibulin papanya.
"Lagian basa basi kamu terlalu basi!"
Bulan tersenyum paksa.
"Pah."
"Hm.."
"Di hotel ada satpam baru ya?"
"Engga tau papa, kenapa?"
"Boss macam apa papa, masak ada karyawan baru engga tau." Cibir Bulan pada papanya.
"Udah ada bagian HRD yang ngurusinnya. Engga semuanya harus papa yang turun tangan, kamu ada masalah dengan satpam hotel? biar papa pecat dia kalau macam-macam dengan putri papa."
Papa salah, putri papa ini yang mau macami babang satpam tampan. Bisik Bulan dalam hatinya.
"Udah-udah, lanjutin sarapannya nanti bisa terlambat kekantor." Sela Suci menengahi.
Tidak ada pembicaraan lagi diantara keduanya, mereka melanjutkan sarapan sampai selesai.
"Bulan pamit pa, ma." Ujarnya mencium kedua pipi orang tuannya.
"Hati-hati, sayang."
*****
Siang hari setelah bertemu klien, Bulan dan Nura menuju hotel milik sang papa. Bulan akan melakukan misinya mencari tau tentang sosok satpam yang telah membuat hatinya jungkir balik.
"Lu penasaran banget sama tu cowok, Lan?" tanya Nura saat dalam perjalanan menuju hotel milik papa Arman.
"Iya, gue harus pastikan dia karyawan papa atau bukan." ujarnya sambil menoleh sebentar ke arah Nura yang duduk dibalik kemudi.
"Gue semalam ngga bisa tidur, setiap kali gue merem wajahnya muncul. Sangat meresahkan!" imbuhnya kembali, memejamkan mata menarik dan membuang nafas dengan kasar.
Kini mereka telah sampai diparkiran hotel, setelah memarkirkan mobil. Keduanya membawa langkah menuju kedalam hotel, mereka disambut ramah oleh satpam yang bertugas saat itu. Siapa yang tidak mengenal putri dari Bapak Arman Ardhana Pemilik Star Moon hotel.
Terlalu asik mengobrol tanpa memperhatikan jalan, Bulan menubruk sesuatu yang keras membuat tubuhnya terhuyung kebelakang tanpa bisa dicegah pan tatnya mencium mesra lantai.
Bukannya marah, mulut Bulan ternganga melihat pria berbadan tegap dengan rahang tegas berdiri didepannya. Dengan wajah datarnya namun masih terlihat tampan.
"Sungguh indah ciptaanmu ya Tuhan. Nikmat mana lagi yang engkau dustakan." Batin Bulan.
"Calon imam nih, JODOH takkan kemana." Gumam Bulan matanya terus menatap takjub pada pria didepannya. Rasa sakit dikeningnya hilang entah kemana.
"Tolong, lain kali jalan pakai mata!" Ucap pria itu datar penuh penekanan setiap kata yang di keluarkan dari mulutnya.
"Dimana-mana itu jalan pakai kaki, mas. Gimana caranya jalan pakai mata!" Ujar Bulan dengan senyum menggoda seraya menaik turunkan alisnya.
Pria itu berlalu meninggalkan Bulan tanpa membalas sepatah katapun.
"Mas, tunggu!" Bulan merentangkan tangannya menghalangi jalan pria itu, mata Bulan melirik name tag diseragam pria itu. Senyum lebar menghiasi wajah Bulan
"Alif.." Gumam Bulan pelan.
Pria yang bernama Alif itu, memijit pelipisnya. Ia sangat pusing dengan gadis didepannya, Bulan mengikis jarak diantara mereka. Membuat Alif mundur kebelakang, alisnya berkerut.
Mau apa gadis aneh ini. Cicitnya dalam hati.
"Mas Alif, kita nikah yuk..??"
Alif sontak membelalakan matanya, menelan salivanya dengan sangat susah mendengar ucapan gadis didepannya. Tubuhnya membeku, melihat tidak ada respon dari lelaki itu Bulan kembali mendekati.
Karena postur tubuhnya yang tinggi, Bulan harus mendongak menatap mahakarya yang sempurna didepannya. Mata mereka bertemu dan saling mengunci.
"Aku mencintaimu, mas Alif."
Cup
Ucap Bulan dengan sedikit menjinjit mencium bibir Alif sekilas, tindakannya itu berhasil mengembalikan kesadaran Alif yang sudah berkelana jauh setelah ditembak oleh kata pamungkas milik Bulan.
"Apa kamu tidak punya malu, mengajak seorang pria yang tidak kamu kenal, menikah? atau memang kamu seorang wanita penggoda! tapi maaf, kamu salah jika berfikir saya akan tergoda dengan rayuan murahan kamu itu!" sarkas Alif dengan sangat dingin. Tatapannya tajam seakan menghunus tepat dijantung bagi yang melihatnya.
Tapi tidak berlaku bagi Bulan, tatapan itu semakin membuat ia tenggelam akan pesona Alif. Cintanya pada satpam itu terus tumbuh dan mekar, semua kata-kata Alif terhempas begitu saja diterpa angin.
Jangan panggil aku Bulan Mazaya Ardhana, jika tidak bisa memilikimu 'Mas Alif Alfarezi'." Ucap Bulan menatap punggung Alif yang telah menjauh.
"Gila, Lan. Tampannya ngga manusiawi." Nura menguncang tubuh Bulan saking senangnya. Tatapan memuja dan berbagai pujian terlontar dari mulut Nura.
"Stoop.. Dia milik gue, macam-macam gue slepet juga lu." Seru Bulan melototi Nura.
"Pelit amat lu, sama bestie wajib berbagi. Mubazir tau, kalau setampan itu dianggurin." Nura masih tidak mau kalah dengan Bulan.
"Cuma gue yang boleh menikmati wajah tampannya, lu nekat gue congkel mata lu. Gue jadikan bakso cilok!"
"Alamaak, sejak kapan lu punya jiwa psikopat!" Nura begidik ngeri.
"Sejak aku jatuh cinta dengan mas Alif. Oh... mas Alif, namamu dan namaku akan bersanding di buku Nikah."
"Dasar bucin...."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Fifah Zahra
pertama baca langsung suka deh kakak👍👍👍, absorud tuh ceweknya,hd yang baca ni turut gila nya,hehehe
2023-01-16
0
Bundanya Robby
ku kira mana nya tadi bintang😁😁😁😁💪💪💪
2022-08-09
0
Bundanya Robby
bulan klw gak bisa usaha sendiri....saya tawari bantuan mau ...saya punya bodigard tuh Juan am Jefri ...di jamin .....bisa di andalkan
2022-08-09
1