"Aaaaarrrgg...."
"Eh, kutu kupret napa lu teriak!" omel Bulan ketika tiba-tiba Nura masuk kedalam ruangan dengan keringat bercucuran dipelipisnya.
"Gilaaaa...panas banget diluar! kayaknya neraka lagi bocor deh." Nura berdiri dibawang pendingin ruangan sambil mengibas-ngibas kemejanya.
"Bagus dong, kalau neraka bocor. Hermes gue bisa mencair." Timpal Bulan santai.
"Ngga gitu juga bego, bisa-bisa jadi ikan asin gue panasnya NAUZUBILLAH gini!" sungut Nura kesal.
"Dari pada lu berisik, mending temenin gue ke hotel. Udah beberapa hari ini gue engga liat pangeran Hermes gue, hati gue GEGANA tau engga lu?" Bulan meraih tas dan kuncil mobil melangkah keluar ruangan.
"Panas banget Lan diluar." Nura memasang tampang memelas.
"Gue beliin lu Double boba, ayoo buruaaan...." Bulan berseru dengan keras.
Bulan telah sampai di hotel, langsung menemui satpam yang sedang berjaga. Ia sudah tidak sabar ingin tau keberadaan Alif, karena saat ia mengunjungi rumah Alif pun sepi tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kebetulan Bang Ucok yang sedang bertugas menggantikan shift Alif saat ini.
"Bang Ucok..." Seru Bulan sambil setengah berlari.
"Eh, neng Bulan. Ada yang bisa Abang bantu?"
"Abang tau mas Alif kemana?" tanya Bulan langsung pada intinya.
"Oh, Alif. Dia lagi pulang kekampungnya, katanya ada keperluan urgen." Sahut Bang Ucok
"Bang Ucok tau dimana kampungnya?" tanya Bulan lagi. Ia menjadi sangat khawatir pada Alif.
"Hah, buat apa lu nanya kampung mas Alif?" tanya Nura.
"Gue mau nyusul kesana."
"Aje gileee," Nura geleng-geleng kepala dengan bestie sablengnya itu.
Bang Ucok menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia sendiri juga tidak tau dimana kampungnya Alif. Selama bekerja Alif emang hanya dekat dengan Bang Ucok, tapi Alif tidak pernah menceritakan tentang kehidupan pribadinya.
"Abang engga tau neng!"
"Kalau nomor hapenya pasti tau dong?" todong Bulan.
Bang Ucok memberikan nomor hape Alif pada Bulan, tak menunggu nanti Bulan langsung menekan tombol panggilan di hapenya. Hingga sebuah suara dari seberang terdengar menyapa indera pendengar Bulan.
"Halo..!"
"Sayaaaang...." Orang diseberang sana sedikit menjauhkan hapenya dari telinga mendengar pekikan keras Bulan.
"Siapa ini?"
"Calon istrimu mas Alif." Jawab Bulan. Nura auto tepuk jidat dengar ucapan bestienya, tidak ada mahal-mahalnya kalau sudah berhubungan dengan Alif.
"Astagaa, kamu. Dapat dari mana nomor saya?" Alif mendadak kepalanya berdenyut- denyut, baru beberapa hari terbebas dari Bulan tidak ada hujan panas tiba-tiba Bulan menelponnya.
"Mas dimana? aku kesana ya!" Bukannya menjawab Bulan malah bertanya lagi.
"Jangan ngaco kamu!"
Alif mengurut dadanya berkali-kali, Bulan benar-benar menguji iman dan kesabaran Alif dengan tingkah polahnya.
"Iiihhhh... siapa yang ngaco, aku seri--"
Tut
"Yaelah dimatiin, tega benar calon suami!" Bulan merengut, bibirnya manyun menatap hape ditangannya.
"Hahahaha.. ha.. ha, makanya jangan terlalu agresif bego. Mas Alif nya jadi takut!" Nura tertawa terpingkal-pingkal melihat bestienya yang cemberut.
"Bukan agresif, ini namanya perjuangan menuju halal." Ujar Bulan semangat.
Bulan kembali membuka hapenya, mencari kontak seseorang lalu menghubungi nomor tersebut.
"Malik, gue butuh bantuan lu." Ucap Bulan pada asisten pribadinya. Seseorang yang bekerja pada Bulan dibalik layar.
"Siapa targetnya?"
"Calon suami gue." Jawaban Bulan membuat sang asisten terpekik keras.
"WHATSSS!!! SERIOUSLY...?? yey tidak sedang bercandakan?"
"Kagak, gue serius. Lu cari tau dimana kampungnya, datanya udah gue kirim dalam lima menit gue terima laporannya."
"Eh, markonah. Lu kira gue si mbah goo gle begitu klik langsung muncul. Sebong deh eyke!" Sahut seorang pria setengah wanita.
"Jangan ngedumel, buruan kerjakan. Ingat, lewat lima menit potong gaji! satu lagi, masih siang belum pantes lu jadi Malika."
"Dasar Boss Jahara!"
Tut
Benar saja, dalam waktu lima menit Bulan sudah menerima informasi tentang pangeran Hermesnya. Sang asisten benar-benar bekerja keras semua informasi yang didapat begitu sangat detail dan komplit.
*****
Menempuh perjalanan selama 3 jam mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah dan bertanya pada beberapa warga yang disana. Akhirnya mobil yang dikendarai Bulan berhenti di depan sebuah rumah kecil berdinding papan dengan beralaskan atap rumbia.
Halaman depan rumah terdapat pohon mangga dan jambu lilin yang sedang berbuah serta tanaman lain nya sehingga membuat suasana begitu asri dan sejuk.
"Lu yakin ini rumahnya? sepi banget Lan." tanya Nura setelah memperhatikan dengan seksama rumah dan sekelilingnya.
"Alamatnya sih benar, warga tadi juga nunjuk ini rumahnya." Bulan juga celingak celinguk ke arah rumah itu.
"Kita turun aja, coba tanya kedalam." Putus Bulan akhirnya mereka turun dari mobil, melangkah masuk kedalam halaman rumah sambil terus melihat kesegala penjuru rumah itu.
"Mendadak gue merinding gini sih, Lan!" Nura memeluk tubuhnya, bulu kuduknya meremang ketika mereka sampai di depan pintu rumah.
"Husss...jangan ngadi-ngadi lu!" kesal Bulan jadi ikut merinding.
"Lu ketuk gih," titah Bulan pada Nura.
"Kok gue, lu aja sono!"
"Iiiss... Elu mah kagak bisa diajak kerja sama."
Mereka malah berdebat tak penting, akhirnya Bulan memberanikan diri untuk mengetuk. Setelah beberapa kali mengetuk tidak juga ada jawaban dari dalam.
Bulan dan Nura saling lirik, wajah mereka seketika berubah pucat, dengan perlahan memutar kepala mereka kebelakang saat merasakan sebuah tepukan pada pundak mereka.
Aaaaakkkh
"Heiii.. heii... kenapa kalian teriak!"
Bulan yang sangat mengenal suara itu, langsung menghentikan teriakannya. Menatap lekat sosok bertopi yang berdiri didepannya dengan baju lusuh, ujung celana bagian bawah berlumpur dan cangkul ditangannya.
"M-mas Alif!" cicit Bulan. Setelah menyadari itu laki-laki yang dicintainya, Alif hanya mengangguk kepalanya pelan.
Bulan langsung menghambur kedalam pelukan Alif, tidak peduli keadaan Alif yang berkeringat dan kotor. Sontak Alif terkejut, membuat tubuhnya sedikit terhuyung kebelakang karena tidak siap dengan serangan Bulan yang tiba-tiba memeluk dirinya.
Nura sampai melongo melihat kelakuan bestienya seperti kesambet setan yang main sat set peluk cowok.
"Bulan, tolong lepasin. Kamu ngga liat saya sangat kotor!"
"Biarin, Bulan engga peduli."
Alif menghembus nafas kasar, "Tapi lepas dulu, saya sangat risih kamu peluk seperti ini!" Alif berusaha melepaskan tangan Bulan yang membelit pinggangnya dengan sangat erat.
Bulan mencebik kesal, dengan tidak relanya ia melepaskan pelukannya pada tubuh Alif.
"Liat tuh, baju kamu sampai kotor." Tunjuk Alif pada baju Bulan yang ikut kotor terkena lumpur dari bajunya.
"Tinggal ganti, Bulan bawa baju dimobil. Bereskan." Jawab Bulan dengan enteng.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Hai hai hai Bestienya Bulan...😌
Mohon maaf ya Bestie... Bulan dan Pak Satpam agak sedikit SLOW UP 🙏✌
Tapi, sekuat hati dan tenaga akan Kak Jingga usahakan Up💪
Karena Kak Jingga, juga sedang kejar tayang Novel yang satunya. Silahkan mampir kali aja mau intip-intip kisah cinta Awan yang bikin hati Kak Jingga teriris-iris dengan judul 'AWAN MENGEJAR CINTA'🤗
Makasih buat bestie yang udah dukung dan sabar menunggu.
Kita ngopi sore dulu ya, biar lebih rileks😘
☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧☕🥧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Bundanya Robby
oomm Alif .....risau dengan perangai bulan...😁😁
2022-08-14
0
Bundanya Robby
semangat merdeka 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩💪💪💪💪
2022-08-14
0