He Is Mine
Keisya menghela nafas nya, ketika ia melihat ada beberapa pasang sepatu dan sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah nya.
Untuk yang kesekian kali nya, ada yang datang lagi untuk melamar nya.
Dan untuk yang kesekian kali nya juga di bulan ini.
"Asalamualaikum.." Ucap Keisya masuk kedalam.
"Waalaikumsalam." Sahut semua orang serentak.
Keisya tersenyum, sambil menyalami kakek dan nenek nya.
"Ini cucu saya.." Ucap nenek.
Keisya kembali tersenyum sopan.
Beberapa saat kemudian, Keisya masuk kedalam kamar nya.
***
Keisya berbaring di tempat tidur. Tidak lama, suara pintu kamar nya di ketuk.
Nenek tersenyum.
"Keisya.." Panggil nenek.
"Iya nek, kenapa?" Keisya segera bangkit dan membenarkan posisi nya.
"Ada yang mau nenek bicarakan denganmu nak." Ucap nenek.
Seperti sudah tahu apa yang akan di bicarakan oleh nenek, Keisya hanya mengangguk dan tersenyum saja.
Keisya selama ini tinggal bersama kakek dan nenek nya, kedua orangtua nya telah meninggal ketika Keisya sendiri masih kecil.
Walaupun tanpa kedua orangtua nya, Keisya di besarkan dengan baik dan penuh dengan kasih sayang dari kakek dan nenek nya.
Ia tumbuh menjadi perempuan yang baik.
Beberapa saat kemudian, Keisya kembali sendiri di dalam kamar nya.
Ia tahu saat ini akan datang, saat dimana akan ada satu lamaran yang datang padanya dan di terima oleh nenek dan kakek nya.
Dan itulah yang terjadi sekarang, nenek dan kakek tanpa sepengetahuan dari dirinya sendiri telah menerima lamaran yang datang tadi siang.
Tidak marah dan tidak merasa kaget, Keisya hanya tersenyum saja mendengar penuturan dari sang nenek barusan, yang mengatakan bahwa nenek telah menerima seseorang.
Keisya kembali keluar dari kamar nya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, ia ingin melaksanakan shalat malam. Ia ingin menenangkan perasaan nya yang kini tengah di penuhi oleh banyak kebimbangan.
Di tempat lain.
Gemerlap cahaya malam menerangi padatnya lalu lintas perkotaan di malam hari.
Sebuah cafe sederhana di penuhi oleh muda mudi yang sedang menikmati indahnya kota di malam hari.
"Perasaan lu diem aja daritadi." Cetus Gilang.
Diandra hanya tersenyum saja mendengar ucapan sahabat nya itu.
Segelas kecil minuman beralkohol itu ia teguk kembali.
"Hhhhh" Diandra menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.
"Kenapa sih?" Tanya Anya.
"Gue di jodohin." Cetus Diandra.
Diandra, anak salah satu pengusaha yang terkenal di kota Bandung ini.
Kedua orangtua nya mempunyai pengaruh yang besar dalam lingkup pangan sehari hari.
Sebagai anak tunggal, tentu saja Diandra hidup bergelimbang harta. Ia dapat dengan mudah mendapatkan apa yang dia mau.
Selain itu, dia adalah satu satu nya penerus dan pewaris seluruh harta kekayaan dari kedua orangtua nya itu.
"Entah apa yang di pikirin orangtua gue." Kata Diandra.
Waktu menjelang pagi.
Diandra pulang dalam keadaan mabuk, seperti biasanya.
Dia memarkir sembarang mobil mewah nya, dan memberikan kunci nya kepada supir pribadi keluarga nya.
"Tolong cuciin." Ucapnya cuek dan langsung berlalu menuju dalam.
"Andra.." Panggil ibu nya.
Diandra menghentikan langkah nya.
"Apa?" Tanya Diandra.
"Kita harus bicara sayang.."
Sesaat kemudian, Diandra dan sang ibu sudah berada di ruang keluarga.
"Kamu sudah tahu kan apa yang akan ibu bicarakan?" Ucap ibu.
Diandra mengangguk, dia tahu. Arah pembicaraan ini akan menuju kemana dan akan membahas apa Diandra sudah mengetahui nya.
Namun berapa kali pun dia mencoba menolak perjodohan ini, rasanya sia sia saja. Karna kedua orangtua nya tidak berniat membatalkan perjodohan ini.
Selain itu ada satu alasan yang membuat nya harus menerima perjodohan ini, mau tidak mau.
Ayah nya. Andai saja Diandra menolak perjodohan ini, dia harus siap kehilangan semua fasilitas mewah nya selama ini.
Dari uang hingga kendaraan, tidak akan dia mendapatkan nya kembali jika dia menolak perjodohan ini.
Tidak banyak pembicaraan yang di lakukan oleh Diandra dengan ibu, dia langsung berjalan menuju kamar nya.
***
Sudah dua hari berlalu, entah kenapa rasanya hati Keisya begitu gelisah saat ini.
"Asalamualaikum.." Ada seseorang yang mengetuk pintu.
Buru buru Keisya memakai jilbab nya.
"Waalaikumsalam.." Jawab Keisya membuka pintu.
Beberapa saat kemudian.
Kakek, nenek dan Keisya kini berada di tengah rumah. Dengan beberapa tamu yang baru saja datang itu.
Padahal belum ada obrolan yang serius, namun entah kenapa jantung Keisya berdegub kencang sedari tadi.
"Jadi begini, kami sekeluarga kesini untuk memastikan lagi apakah lamaran anak kami di terima?" Tanya seorang pria paruh baya.
Degggg, Keisya sedikit tersentak kaget. Namun sesaat kemudian dia kembali menundukan kepala nya.
"Saya tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak, semua saya serahkan kepada cucu saya." Ucap kakek.
"Bagaimana nak?" Tanya nenek.
Seperti apa yang sudah di bicarakan oleh nenek malam itu, seperti nya Keisya sudah tahu harus menjawab apa karna nyata nya kakek dan nenek nya menerima dengan baik, namun tetap meskipun begitu semua keputusan tentang di terima atau tidak nya lamaran ini hasil nya di serahkan kepada Keisya.
Kini, mata semua orang tertuju padanya.
Tiba tiba saja, Keisya mengangguk pelan.
"Alhamdulillah.." Ucap semua orang serentak.
Suasana kembali menjadi hangat.
Hari sudah malam.
Tanggal pernikahan Keisya telah di tentukan, entah kenapa dari banyak nya lelaki yang datang untuk melamar nya Keisya memilih untuk menerima lamaran yang satu ini.
Padahal dia sama sekali belum tahu calon suami nya itu seperti apa, karna tidak seperti yang lain yang datang langsung dengan calon lelaki nya, lamaran kali ini tidak mengikut sertakan sang calon.
"Apa kamu benar benar siap nak?" Tanya nenek.
"Insya allah nek, Kei sudah siap."
Nenek memeluk nya dan tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah, permintaan terahir dari almarhum ibu dan ayah kamu kini sudah nenek tepati. Jika allah akan mengambil nenek sekarang juga nenek sudah siap." Ucap nenek sambil meneteskan air mata.
"Nenek jangan bicara seperti itu, nenek harus panjang umur untuk melihat aku bahagia nanti." Keisya ikut menitikan air matanya mendengar penuturan sang nenek barusan.
Di sepertiga malam.
Keisya menautkan kedua tangan nya.
"Ya allah ya rabb, engkau lah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Engkau lah yang maha mengetahui segala nya, untuk apa yang akan hamba jalani nanti, semoga ini memang pilihan yang terbaik."
"Aamiin"
Keisya melepas mukena nya, dan merapihkan kembali sejadah nya.
"Nanti siang aku ingin ziarah ke makam ibu dan ayah." Batin Keisya.
Pagi hari di rumah Diandra.
"Tanggal pernikahan mu sudah di tentukan nak." Ucap ibu.
Diandra hanya bisa pasrah saja mendengar penuturan dari sang ibu.
"Baik lah, namun aku ingin mengajukan sebuah syarat, sebelum aku menerima pernikahan ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Sita Sit
hadir
2024-11-02
0