NovelToon NovelToon

He Is Mine

Eps 1

Keisya menghela nafas nya, ketika ia melihat ada beberapa pasang sepatu dan sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah nya.

Untuk yang kesekian kali nya, ada yang datang lagi untuk melamar nya.

Dan untuk yang kesekian kali nya juga di bulan ini.

"Asalamualaikum.." Ucap Keisya masuk kedalam.

"Waalaikumsalam." Sahut semua orang serentak.

Keisya tersenyum, sambil menyalami kakek dan nenek nya.

"Ini cucu saya.." Ucap nenek.

Keisya kembali tersenyum sopan.

Beberapa saat kemudian, Keisya masuk kedalam kamar nya.

***

Keisya berbaring di tempat tidur. Tidak lama, suara pintu kamar nya di ketuk.

Nenek tersenyum.

"Keisya.." Panggil nenek.

"Iya nek, kenapa?" Keisya segera bangkit dan membenarkan posisi nya.

"Ada yang mau nenek bicarakan denganmu nak." Ucap nenek.

Seperti sudah tahu apa yang akan di bicarakan oleh nenek, Keisya hanya mengangguk dan tersenyum saja.

Keisya selama ini tinggal bersama kakek dan nenek nya, kedua orangtua nya telah meninggal ketika Keisya sendiri masih kecil.

Walaupun tanpa kedua orangtua nya, Keisya di besarkan dengan baik dan penuh dengan kasih sayang dari kakek dan nenek nya.

Ia tumbuh menjadi perempuan yang baik.

Beberapa saat kemudian, Keisya kembali sendiri di dalam kamar nya.

Ia tahu saat ini akan datang, saat dimana akan ada satu lamaran yang datang padanya dan di terima oleh nenek dan kakek nya.

Dan itulah yang terjadi sekarang, nenek dan kakek tanpa sepengetahuan dari dirinya sendiri telah menerima lamaran yang datang tadi siang.

Tidak marah dan tidak merasa kaget, Keisya hanya tersenyum saja mendengar penuturan dari sang nenek barusan, yang mengatakan bahwa nenek telah menerima seseorang.

Keisya kembali keluar dari kamar nya, ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu, ia ingin melaksanakan shalat malam. Ia ingin menenangkan perasaan nya yang kini tengah di penuhi oleh banyak kebimbangan.

Di tempat lain.

Gemerlap cahaya malam menerangi padatnya lalu lintas perkotaan di malam hari.

Sebuah cafe sederhana di penuhi oleh muda mudi yang sedang menikmati indahnya kota di malam hari.

"Perasaan lu diem aja daritadi." Cetus Gilang.

Diandra hanya tersenyum saja mendengar ucapan sahabat nya itu.

Segelas kecil minuman beralkohol itu ia teguk kembali.

"Hhhhh" Diandra menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Kenapa sih?" Tanya Anya.

"Gue di jodohin." Cetus Diandra.

Diandra, anak salah satu pengusaha yang terkenal di kota Bandung ini.

Kedua orangtua nya mempunyai pengaruh yang besar dalam lingkup pangan sehari hari.

Sebagai anak tunggal, tentu saja Diandra hidup bergelimbang harta. Ia dapat dengan mudah mendapatkan apa yang dia mau.

Selain itu, dia adalah satu satu nya penerus dan pewaris seluruh harta kekayaan dari kedua orangtua nya itu.

"Entah apa yang di pikirin orangtua gue." Kata Diandra.

Waktu menjelang pagi.

Diandra pulang dalam keadaan mabuk, seperti biasanya.

Dia memarkir sembarang mobil mewah nya, dan memberikan kunci nya kepada supir pribadi keluarga nya.

"Tolong cuciin." Ucapnya cuek dan langsung berlalu menuju dalam.

"Andra.." Panggil ibu nya.

Diandra menghentikan langkah nya.

"Apa?" Tanya Diandra.

"Kita harus bicara sayang.."

Sesaat kemudian, Diandra dan sang ibu sudah berada di ruang keluarga.

"Kamu sudah tahu kan apa yang akan ibu bicarakan?" Ucap ibu.

Diandra mengangguk, dia tahu. Arah pembicaraan ini akan menuju kemana dan akan membahas apa Diandra sudah mengetahui nya.

Namun berapa kali pun dia mencoba menolak perjodohan ini, rasanya sia sia saja. Karna kedua orangtua nya tidak berniat membatalkan perjodohan ini.

Selain itu ada satu alasan yang membuat nya harus menerima perjodohan ini, mau tidak mau.

Ayah nya. Andai saja Diandra menolak perjodohan ini, dia harus siap kehilangan semua fasilitas mewah nya selama ini.

Dari uang hingga kendaraan, tidak akan dia mendapatkan nya kembali jika dia menolak perjodohan ini.

Tidak banyak pembicaraan yang di lakukan oleh Diandra dengan ibu, dia langsung berjalan menuju kamar nya.

***

Sudah dua hari berlalu, entah kenapa rasanya hati Keisya begitu gelisah saat ini.

"Asalamualaikum.." Ada seseorang yang mengetuk pintu.

Buru buru Keisya memakai jilbab nya.

"Waalaikumsalam.." Jawab Keisya membuka pintu.

Beberapa saat kemudian.

Kakek, nenek dan Keisya kini berada di tengah rumah. Dengan beberapa tamu yang baru saja datang itu.

Padahal belum ada obrolan yang serius, namun entah kenapa jantung Keisya berdegub kencang sedari tadi.

"Jadi begini, kami sekeluarga kesini untuk memastikan lagi apakah lamaran anak kami di terima?" Tanya seorang pria paruh baya.

Degggg, Keisya sedikit tersentak kaget. Namun sesaat kemudian dia kembali menundukan kepala nya.

"Saya tidak bisa mengambil keputusan secara sepihak, semua saya serahkan kepada cucu saya." Ucap kakek.

"Bagaimana nak?" Tanya nenek.

Seperti apa yang sudah di bicarakan oleh nenek malam itu, seperti nya Keisya sudah tahu harus menjawab apa karna nyata nya kakek dan nenek nya menerima dengan baik, namun tetap meskipun begitu semua keputusan tentang di terima atau tidak nya lamaran ini hasil nya di serahkan kepada Keisya.

Kini, mata semua orang tertuju padanya.

Tiba tiba saja, Keisya mengangguk pelan.

"Alhamdulillah.." Ucap semua orang serentak.

Suasana kembali menjadi hangat.

Hari sudah malam.

Tanggal pernikahan Keisya telah di tentukan, entah kenapa dari banyak nya lelaki yang datang untuk melamar nya Keisya memilih untuk menerima lamaran yang satu ini.

Padahal dia sama sekali belum tahu calon suami nya itu seperti apa, karna tidak seperti yang lain yang datang langsung dengan calon lelaki nya, lamaran kali ini tidak mengikut sertakan sang calon.

"Apa kamu benar benar siap nak?" Tanya nenek.

"Insya allah nek, Kei sudah siap."

Nenek memeluk nya dan tersenyum bahagia.

"Alhamdulillah, permintaan terahir dari almarhum ibu dan ayah kamu kini sudah nenek tepati. Jika allah akan mengambil nenek sekarang juga nenek sudah siap." Ucap nenek sambil meneteskan air mata.

"Nenek jangan bicara seperti itu, nenek harus panjang umur untuk melihat aku bahagia nanti." Keisya ikut menitikan air matanya mendengar penuturan sang nenek barusan.

Di sepertiga malam.

Keisya menautkan kedua tangan nya.

"Ya allah ya rabb, engkau lah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Engkau lah yang maha mengetahui segala nya, untuk apa yang akan hamba jalani nanti, semoga ini memang pilihan yang terbaik."

"Aamiin"

Keisya melepas mukena nya, dan merapihkan kembali sejadah nya.

"Nanti siang aku ingin ziarah ke makam ibu dan ayah." Batin Keisya.

Pagi hari di rumah Diandra.

"Tanggal pernikahan mu sudah di tentukan nak." Ucap ibu.

Diandra hanya bisa pasrah saja mendengar penuturan dari sang ibu.

"Baik lah, namun aku ingin mengajukan sebuah syarat, sebelum aku menerima pernikahan ini."

Eps 2

Hari pernikahan Keisya telah tiba.

Tidak ada acara resepsi dalam pernikahan nya, itu permintaan dari Keisya.

Hanya acara akad saja yang akan di lakukan di salah satu mesjid terdekat di kampung nya saja.

"Cucu nenek cantik sekali." Ucap nenek melihat Keisya dengan gaun pengantin nya.

Keisya tersipu malu mendengar pujian dari sang nenek.

"Apa kamu sudah siap?" Tanya kakek yang datang ke kamar nya.

Keisya mengangguk.

"Sebentar lagi rombongan dari mempelai lelaki akan sampai." Lanjut kakek.

Tidak bisa di pungkiri, jantung nya kini sedang berdetak sangat kencang.

Namun Keisya berusaha menyembunyikan kegelisahan hati nya itu.

Beberapa saat kemudian.

Kini Keisya dan seluruh keluarga nya sudah berada di mesjid, begitupun dengan rombongan mempelai lelaki.

Tidak lupa, beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama terdekat juga turut menghadiri acara akad Keisya.

"Bagaimana? apa calon mempelai pria sudah siap?" Tanya penghulu.

"Siap." Jawab Diandra sambil mengangguk.

Ini pertama kali nya bagi Keisya mendengar suara calon suami nya itu, namun tidak dengan wajah nya.

Keisya masih menundukan kepala nya, sama sekali tidak berani menatap nya bahkan untuk sekedar melirik saja dia tidak berani.

"Bismilallahirrahmanirrahim.."

Beberapa saat kemudian.

"SAH.." Ucap semua orang serentak.

"Alhamdulillah.."

Nenek dan kakek bergatian memeluk cucu nya tersebut.

Suasana di mesjid penuh dengan suka cita.

Hingga hari kini menjelang sore.

Keisya merapihkan beberapa pakaian nya, dia akan langsung di boyong ke kota oleh keluarga baru nya itu.

Nenek dan kakek nya tidak bisa berbuat apa apa, hanya bisa mendo'a kan saja yang terbaik untuk cucu tersayang nya itu.

"Berbakti lah pada suami mu nak.." Ucap nenek melepas kepergian Keisya.

Malam Hari.

Kini Keisya sudah sampai di rumah baru nya.

Rumah yang telah sengaja di siapkan untuk Keisya dan Diandra.

"Nak, mulai sekarang ini adalah rumah mu, anggap lah ibu dan ayah sebagai orangtua mu. Jangan sungkan untuk meminta apapun pada kami." Jelas ibu.

Keisya mengangguk, ia merasa terharu dengan kebaikan yang di tunjukan oleh kedua mertua nya.

"Makasih mama." Keisya memeluk ibu mertua nya.

Selagi Diandra membereskan barang bawaan mereka, di bantu oleh sang ayah.

Keisya dan ibu melihat lihat sekitar, sambil membuatkan kopi dan camilan untuk suami mereka masing masing.

"Semua kebutuhan dapur kamu sudah ibu penuhi, tapi jika ada yang kurang kamu jangan sungkan bilang sama ibu ya.."

Keisya kembali tersenyum sambil menggangukan kepala nya.

Kini semua orang telah berkumpul di ruang keluarga.

Keisya masih merasa canggung dengan keluarga baru nya ini, namun karna sang ayah yang selalu bercanda, Keisya menjadi sedikit nyaman.

"Udah bu, ayo kita pulang. Jangan menganggu malam pertama anak kita." Ucap ayah sambil tertawa.

Keisya menundukan kepala nya menahan malu, mendengar penuturan ayah mertua nya.

Beberapa saat kemudian.

Kini kedua mertua nya telah pulang, hanya tinggal Keisya dan Diandra saja.

Keisya sangat merasa gugup, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Emm, mas.. mau aku buatin sesuatu?" Ucap Keisya.

Diandra menatap Keisya.

Keisya langsung menundukan kepala nya ketika mendapat tatapan dari suami nya itu.

"Tidak usah, ini sudah malam. Mari kita istirahat." Ajak Diandra.

Deggg, Keisya kembali merasakan jantung nya berdetak dengan cepat, jika untuk istirahat artinya mereka akan pergi kedalam kamar.

Jujur saja, Keisya belum siap untuk itu semua, namun mau tidak mau dia harus siap jika suami nya itu meminta hak nya pada malam ini.

Keisya duduk di tepian tempat tidur nya.

Sementara Diandra berada di dalam kamar mandi.

Ceklek, suara pintu kamar mandi terbuka.

Keisya menutup matanya, jantung nya berdetak lebih cepat lagi.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Diandra.

"A, aku.." Keisya terbata bata bahkan tidak tahu harus berkata apa.

"Kenapa menutup mata?" Tanya Diandra lagi.

"Mmmm"

Diandra tertawa, dia tahu istri nya itu tengah malu.

Apalagi mengingat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi, mungkin Keisya mengira Diandra keluar tanpa mengenakan pakaian.

Diandra berjalan, semakin mendekatkan diri nya dengan Keisya hingga Keisya bisa merasakan hembusan nafas Diandra.

Keisya semakin menutup rapat mata nya, sampai menungkup kedua tangan nya untuk menutup wajah nya.

"Ayo buka.." Bisik Diandra.

Keisya terkesiap mendengarkan perkataan Diandra.

"Buka lah.." Bisik nya lagi.

"Hahahah.." Tiba tiba Diandra tertawa dan menjatuhkan badan nya sendiri di atas tempat tidur.

"Buka lah mata mu, aku memakai pakaian dan aku tidak akan berbuat macam macam padamu, jadi kemari lah kita tidur." Jelas Diandra.

Mendengar itu, Keisya perlahan lahan membuka mata nya.

Dia memberanikan diri untuk melirik suami nya, dan ternyata benar. Diandra memakai pakaian.

"Mandi lah, suapaya badan nya segar dan enak. Setelah itu tidur lah." Kata Diandra.

Keisya mengganguk, dan berjalan menuju lemari, ia mengambil pakaian dan segera masuk kedalam kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Keisya memegang dada nya. Jantung nya hampir saja berhenti berdetak tadi pada saat Diandra berbisik padanya.

Entah apa yang akan terjadi padanya jika seandainya bukan hanya sebuah bisikan saja yang dia terima.

"Astagfirullah." Gumam Keisya.

Dia benar benar harus mandi saat ini, karna selain jantung nya yang tiba tiba hampir berhenti berdetak, tubuh nya tiba tiba terasa sangat panas saat ini.

Beberapa saat kemudian, Keisya keluar dari kamar mandi.

Dia melihat suami nya itu sudah terlelap dalam tidur nya.

Keisya memperlambat langkah nya, berharap sang suami tidak terganggu dalam istirahat nya.

Keisya mengambil mukena dan sejadah nya.

Sebelum tidur Keisya ingin melaksanan shalat isya terlebih dahulu.

Selesai shalat, Keisya mengambil Al qur'an, dan mulai membaca nya.

Lantunan ayat ayat suci Al qur'an terdengar sayup sayup di kamar nya ini, karna Keisya juga memelankan suara nya.

Beberapa saat kemudian, Keisya sudah selesai. Dia kembali merapihkan mukena dan sejadah nya.

Saat dia berbalik, ternyata Diandra sedang menatap nya.

"Eh, maaf keganggu ya.." Ucap Keisya.

Diandra tersenyum.

"Engga, aku suka mendengar suara mengaji mu." Puji Diandra.

Tiba tiba saja, pipi Keisya kini terasa panas. Karna mendapatkan pujian dari sang suami.

Ia menjadi sedikit salah tingkah sampai sampai lupa untuk menyimpan mukena dan sejadah nya.

"Kenapa itu masih di pegang?" Tanya Diandra menunjuk tangan Keisya.

"Eh, eh iya.." Keisya tersadar dan masih saja salah tingkah.

Dengan sedikit buru buru Keisya menyimpan sejadah itu dan membuka pintu kamar.

"Mau kemana?" Tanya Diandra.

"Eh itu, itu.." Ucap Keisya terbata.

Diandra beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Keisya yang masih berdiri di depan pintu.

"Kemana?" Bisik nya sambil terus mendekat.

Keisya mundur perlahan lahan hingga tubuh nya mentok pada pintu.

Eps 3

Terdengar suara adzan shubuh berkumandang.

Keisya beranjak bangun dari tempat tidur nya, dan bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Pelan pelan, Keisya menggelar sejadah nya. Karna takut membangunkan sang suami yang masih terlelap dalam tidur nya.

Sebelum melaksanakan shalat, Keisya melirik suami nya itu sebentar.

Dalam hati nya, ia ingin sekali bisa shalat berjamaah dengan sang suami sebagai imam nya. Mungkin hidup nya akan benar benar lebih bahagia jika itu sampai terjadi.

Keisya tersenyum membayangkan hal itu.

Selesai shalat Keisya membuka Al qur'an. Ia ingin mengaji dulu sebentar sebelum mengawali aktivitas nya di pagi hari ini.

"Shadaqallahuladzim." Keisya menutup Al qur'an nya.

Keisya kembali melirik suami nya. Masih sama, Diandra masih terlelap dalam tidur nya.

Pagi hari.

Diandra membuka mata nya, ia mengerjap ngerjapkan mata nya beberapa kali dan melihat jam di ponsel nya.

Pukul 7.15. Ini benar benar masih terlalu pagi bagi Diandra yang memang sebelum nya suka pulang nongkrong dengan teman teman nya sampai larut, dan pulang menjelang pagi.

Rasanya sedikit aneh bagi nya jika terbangun di jam yang sebelum nya dia baru saja tidur.

Ada beberapa notifikasi di ponsel milik nya, sebelum ke kamar mandi ia membalas semua pesan dari teman teman nya itu.

Diandra tersenyum, ketika membaca satu pesan dari salah satu sahabat nya yang bertanya kapan sekira nya dia bisa ikut nongkrong kembali.

Mengingat itu seketika membuat Diandra merindukan semua teman teman nya.

Di dapur.

Keisya baru saja selesai memasak, sambil menata semua hidangan nya sesekali ia terlihat menguap.

Itu semua karna semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karna sebelum nya di goda oleh suami nya itu.

Badan nya terasa panas dan sesekali ada keringat keluar dari pelipis nya, sambil membelakangi suami nya Keisya berusaha untuk tidur, walau pada akhirnya dia memang tidak bisa tidur.

"Wah banyak sekali masak nya.." Ucap Diandra yang tiba tiba saja ada di sebelah nya sambil mengusap usap rambut nya yang masih basah.

Keisya tersenyum.

"Makan mas." Ajak Keisya.

Tidak menolak dan tanpa banyak basa basi, Diandra langsung duduk di meja makan untuk menyantap hidangan sarapan nya.

Selesai sarapan Keisya duduk di ruang tv, ia bingung harus melakukan aktivitas apa lagi karna semua pekerjaan rumah sudah beres.

Beberapa saat kemudian.

Diandra turun dan menghampiri nya.

"Kei, hari ini aku ada pertemuan sama ayah. Ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengan nya tentang perusahaan yang akan aku pimpin nanti. Jadi kemungkinan aku bakal pulang malam." Jelas Diandra.

Keisya tersenyum, tentu saja dia senang mendengar hal itu. Karna bagi dirinya berarti Diandra suami nya itu menyadari tanggung jawab nya sebagai seorang suami.

"Iya mas. Hati hati ya." Jawab Keisya pelan.

"Aku mau berangkat sekarang, kamu jangan menunggu ku pulang."

Keisya mengantar Diandra sampai depan gerbang rumah nya.

Perlahan, mobil Diandra melaju keluar dari komplek perumahan elite ini, hingga mobil nya tidak dapat terlihat lagi, Keisya kembali masuk kedalam rumah.

***

"Buka pak!" Ucap Diandra datar kepada salah satu security yang berjaga di rumah orangtua nya.

"Baik tuan." Dengan sigap sang security langsung membuka gerbang.

Diandra memasuki pekarangan rumah mewah bak istana ini.

"Eh sayang.." Ibu keluar, menyambut kedatangan putra tunggal nya itu.

"Bagaimana?" Goda sang ibu.

Diandra terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan itu dari ibu nya.

Dia tahu, ibu nya itu tengah menanyakan Keisya istri nya.

"Biasa aja bu, tapi dia pinter masak." Jawab Diandra datar sambil masuk kedalam rumah, diikuti oleh sang ibu dari belakang.

Diandra dan ibu duduk di sofa ruang keluarga.

"Bi, buatkan kopi." Ucap Diandra sedikit teriak ketika melihat salah satu ART lewat menuju dapur.

"Baik tuan."

Diandra menyandarkan badan nya, dan menutup mata.

"Sayang, kamu masih ingat pesan ibu kan?" Tanya ibu.

"Ingat nak, walaupun kamu tidak mencintai istri mu itu. Kamu harus tetap memperlakukan nya dengan baik. Jangan sekali kali kamu bersikap kasar padanya." Kata ibu lirih.

"Hhhhh" Diandra menghela nafas sejenak.

"Iya bu, Andra bakal perlakukan dia dengan baik sesuai apa perkataan ibu." Diandra tersenyum menatap ibu.

Ibu membalas senyuman putra kesayangan nya itu.

"Sukurlah nak kalau begitu, ibu yakin suatu hari nanti kamu pasti bisa mencintai istri mu itu, dia perempuan yang baik. Sama seperti ibu nya dulu."

Mendengar penuturan ibu nya barusan membuat Diandra menautkan kedua alis nya dan menatap lekat wajah ibu nya.

"Apa maksud ibu? bukan kah kedua orangtua perempuan itu telah meninggal?" Tanya Diandra.

Ibu kembali tersenyum, mungkin ini saat yang tepat bagi ibu nya itu untuk bercerita tentang bagaimana kehidupan dia dulu sebelum menikah dengan ayah nya sekarang.

Farida, ibu dari Diandra itu dulu hanya seorang gadis kampung biasa, dari masa masa sekolah smp hingga sma Farida mempunyai satu teman baik. Yang selalu menjadi tempat dia untuk berbagi cerita dalam segala hal.

Hingga mereka berdua lulus sekolah, dan persahabatan mereka mulai renggang, karna kedua nya telah mempunyai kesibukan masing masing.

Farida pergi berangkat ke kota untuk bekerja, dan teman nya Nur cahya menjadi seorang guru mengaji. Mengajarkan semua anak anak kecil di kampung nya tentang ilmu agama.

Beberapa tahun telah berlalu, tidak terasa hingga Farida dan Nur cahya sudah sama sama memiliki seorang anak.

Meskipun sudah tidak saling bertukar kabar, namun Farida selalu meluangkan waktu untuk menemui sahabat nya itu ketika dia pulang kampung.

Hingga pada suatu hari Farida mendapatkan sebuah kabar yang benar benar membuat dirinya syok.

Kabar meninggal nya Nur cahya dan suami nya karna sebuah kecelakaan.

"Tapi kan rumah nenek tidak di kampung itu?" Heran Diandra.

"Iya nak, tapi jika kamu sering ikut saat ibu mengajak mu menengok nenek mu itu, pasti kamu akan sadar. Bahwa kampung nenek mu itu hampir bersebrangan dengan kampung istri mu." Jelas ibu.

Diandra memang selalu menolak jika dia di ajak untuk pergi ke rumah nenek nya, hanya beberapa kali saja dia ikut.

Jadi wajar saja, jika dia sendiri tidak menyadari betapa dekat nya rumah sang nenek dengan rumah istri nya itu di kampung.

"Jadi secara tidak langsung ibu memang sudah mengenal Keisya dari lama?" Tanya Diandra.

Ibu tersenyum dan menganggukan kepalanya.

Lalu kembali memberi penjelasan tentang kenapa ibu akhirnya menjodohkan Keisya dengan dirinya.

"Iya bu, kalau soal mengaji aku akui dia pandai. Sudah dua malam ini setiap subuh aku mendengar dia mengaji selepas shalat subuh." Lirih Diandra.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!