Terdengar suara adzan shubuh berkumandang.
Keisya beranjak bangun dari tempat tidur nya, dan bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.
Pelan pelan, Keisya menggelar sejadah nya. Karna takut membangunkan sang suami yang masih terlelap dalam tidur nya.
Sebelum melaksanakan shalat, Keisya melirik suami nya itu sebentar.
Dalam hati nya, ia ingin sekali bisa shalat berjamaah dengan sang suami sebagai imam nya. Mungkin hidup nya akan benar benar lebih bahagia jika itu sampai terjadi.
Keisya tersenyum membayangkan hal itu.
Selesai shalat Keisya membuka Al qur'an. Ia ingin mengaji dulu sebentar sebelum mengawali aktivitas nya di pagi hari ini.
"Shadaqallahuladzim." Keisya menutup Al qur'an nya.
Keisya kembali melirik suami nya. Masih sama, Diandra masih terlelap dalam tidur nya.
Pagi hari.
Diandra membuka mata nya, ia mengerjap ngerjapkan mata nya beberapa kali dan melihat jam di ponsel nya.
Pukul 7.15. Ini benar benar masih terlalu pagi bagi Diandra yang memang sebelum nya suka pulang nongkrong dengan teman teman nya sampai larut, dan pulang menjelang pagi.
Rasanya sedikit aneh bagi nya jika terbangun di jam yang sebelum nya dia baru saja tidur.
Ada beberapa notifikasi di ponsel milik nya, sebelum ke kamar mandi ia membalas semua pesan dari teman teman nya itu.
Diandra tersenyum, ketika membaca satu pesan dari salah satu sahabat nya yang bertanya kapan sekira nya dia bisa ikut nongkrong kembali.
Mengingat itu seketika membuat Diandra merindukan semua teman teman nya.
Di dapur.
Keisya baru saja selesai memasak, sambil menata semua hidangan nya sesekali ia terlihat menguap.
Itu semua karna semalaman ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karna sebelum nya di goda oleh suami nya itu.
Badan nya terasa panas dan sesekali ada keringat keluar dari pelipis nya, sambil membelakangi suami nya Keisya berusaha untuk tidur, walau pada akhirnya dia memang tidak bisa tidur.
"Wah banyak sekali masak nya.." Ucap Diandra yang tiba tiba saja ada di sebelah nya sambil mengusap usap rambut nya yang masih basah.
Keisya tersenyum.
"Makan mas." Ajak Keisya.
Tidak menolak dan tanpa banyak basa basi, Diandra langsung duduk di meja makan untuk menyantap hidangan sarapan nya.
Selesai sarapan Keisya duduk di ruang tv, ia bingung harus melakukan aktivitas apa lagi karna semua pekerjaan rumah sudah beres.
Beberapa saat kemudian.
Diandra turun dan menghampiri nya.
"Kei, hari ini aku ada pertemuan sama ayah. Ada beberapa hal yang harus aku bicarakan dengan nya tentang perusahaan yang akan aku pimpin nanti. Jadi kemungkinan aku bakal pulang malam." Jelas Diandra.
Keisya tersenyum, tentu saja dia senang mendengar hal itu. Karna bagi dirinya berarti Diandra suami nya itu menyadari tanggung jawab nya sebagai seorang suami.
"Iya mas. Hati hati ya." Jawab Keisya pelan.
"Aku mau berangkat sekarang, kamu jangan menunggu ku pulang."
Keisya mengantar Diandra sampai depan gerbang rumah nya.
Perlahan, mobil Diandra melaju keluar dari komplek perumahan elite ini, hingga mobil nya tidak dapat terlihat lagi, Keisya kembali masuk kedalam rumah.
***
"Buka pak!" Ucap Diandra datar kepada salah satu security yang berjaga di rumah orangtua nya.
"Baik tuan." Dengan sigap sang security langsung membuka gerbang.
Diandra memasuki pekarangan rumah mewah bak istana ini.
"Eh sayang.." Ibu keluar, menyambut kedatangan putra tunggal nya itu.
"Bagaimana?" Goda sang ibu.
Diandra terdiam beberapa saat mendengar pertanyaan itu dari ibu nya.
Dia tahu, ibu nya itu tengah menanyakan Keisya istri nya.
"Biasa aja bu, tapi dia pinter masak." Jawab Diandra datar sambil masuk kedalam rumah, diikuti oleh sang ibu dari belakang.
Diandra dan ibu duduk di sofa ruang keluarga.
"Bi, buatkan kopi." Ucap Diandra sedikit teriak ketika melihat salah satu ART lewat menuju dapur.
"Baik tuan."
Diandra menyandarkan badan nya, dan menutup mata.
"Sayang, kamu masih ingat pesan ibu kan?" Tanya ibu.
"Ingat nak, walaupun kamu tidak mencintai istri mu itu. Kamu harus tetap memperlakukan nya dengan baik. Jangan sekali kali kamu bersikap kasar padanya." Kata ibu lirih.
"Hhhhh" Diandra menghela nafas sejenak.
"Iya bu, Andra bakal perlakukan dia dengan baik sesuai apa perkataan ibu." Diandra tersenyum menatap ibu.
Ibu membalas senyuman putra kesayangan nya itu.
"Sukurlah nak kalau begitu, ibu yakin suatu hari nanti kamu pasti bisa mencintai istri mu itu, dia perempuan yang baik. Sama seperti ibu nya dulu."
Mendengar penuturan ibu nya barusan membuat Diandra menautkan kedua alis nya dan menatap lekat wajah ibu nya.
"Apa maksud ibu? bukan kah kedua orangtua perempuan itu telah meninggal?" Tanya Diandra.
Ibu kembali tersenyum, mungkin ini saat yang tepat bagi ibu nya itu untuk bercerita tentang bagaimana kehidupan dia dulu sebelum menikah dengan ayah nya sekarang.
Farida, ibu dari Diandra itu dulu hanya seorang gadis kampung biasa, dari masa masa sekolah smp hingga sma Farida mempunyai satu teman baik. Yang selalu menjadi tempat dia untuk berbagi cerita dalam segala hal.
Hingga mereka berdua lulus sekolah, dan persahabatan mereka mulai renggang, karna kedua nya telah mempunyai kesibukan masing masing.
Farida pergi berangkat ke kota untuk bekerja, dan teman nya Nur cahya menjadi seorang guru mengaji. Mengajarkan semua anak anak kecil di kampung nya tentang ilmu agama.
Beberapa tahun telah berlalu, tidak terasa hingga Farida dan Nur cahya sudah sama sama memiliki seorang anak.
Meskipun sudah tidak saling bertukar kabar, namun Farida selalu meluangkan waktu untuk menemui sahabat nya itu ketika dia pulang kampung.
Hingga pada suatu hari Farida mendapatkan sebuah kabar yang benar benar membuat dirinya syok.
Kabar meninggal nya Nur cahya dan suami nya karna sebuah kecelakaan.
"Tapi kan rumah nenek tidak di kampung itu?" Heran Diandra.
"Iya nak, tapi jika kamu sering ikut saat ibu mengajak mu menengok nenek mu itu, pasti kamu akan sadar. Bahwa kampung nenek mu itu hampir bersebrangan dengan kampung istri mu." Jelas ibu.
Diandra memang selalu menolak jika dia di ajak untuk pergi ke rumah nenek nya, hanya beberapa kali saja dia ikut.
Jadi wajar saja, jika dia sendiri tidak menyadari betapa dekat nya rumah sang nenek dengan rumah istri nya itu di kampung.
"Jadi secara tidak langsung ibu memang sudah mengenal Keisya dari lama?" Tanya Diandra.
Ibu tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Lalu kembali memberi penjelasan tentang kenapa ibu akhirnya menjodohkan Keisya dengan dirinya.
"Iya bu, kalau soal mengaji aku akui dia pandai. Sudah dua malam ini setiap subuh aku mendengar dia mengaji selepas shalat subuh." Lirih Diandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments