Seharian ini Diandra hanya berbaring di atas tempat tidur. Sesekali dia keluar kamar hanya untuk berjalan sebentar dan masuk lagi kedalam kamar.
Entah kenapa, rasanya kepala nya masih terasa pusing hingga saat ini.
Diandra memijit pelan kening nya, pikiran nya kembali pada pagi hari tadi dimana ia baru saja bangun. Saat Keisya datang menghampiri nya sambil tersenyum.
Ada rasa bingung dalam pikiran nya saat ini.
Apakah istri nya itu tidak marah dengan kondisi nya saat pulang dalam kondisi mabuk parah.
Dan apakah hal yang terjadi setelah itu, mengapa ia bisa ada di dalam kamar. Sedangkan kamar ini terletak di lantai dua.
Rasanya tidak mungkin jika sampai dia di gendong oleh Keisya sampai ke kamar.
Dan ada satu hal lain yang mengganjal di hati nya saat ini, yaitu tentang pakaian nya. Karna pada saat Diandra terbangun, ia menyadari bahwa dia telah berganti pakaian dengan hanya menggunakan kaos polos dan celana pendek saja.
Apakah Keisya yang mengganti pakaian nya saat itu?
Tiba tiba, suara pintu kamar terbuka. Memecah lamunan Diandra.
"Mas kenapa?" Tanya Keisya sambil berjalan sedikit cepat menghampiri Diandra.
"Tidak ada.." Jawabnya datar sambil terus memijat pelan kening nya.
Keisya duduk di pinggiran tempat tidur.
"Apakah masih pusing?" Tanya Keisya.
Diandra ingin mengatakan bahwa dirinya saat ini baik baik saja. Namun rasanya sakit di kepala nya itu tidak dapat ia bohongi.
Beberapa kali Keisya mengajak nya untuk pergi ke dokter, namun Diandra selalu menolak dan mengatakan bahwa dia baik baik saja.
"Sebentar, aku buatkan teh hangat dulu." Keisya kembali keluar dari kamar.
Sepergi nya Keisya, Diandra kembali memikirkan siapa kah yang telah mengganti pakaian nya ini dan membawa nya ke kamar.
Mungkin memang Diandra harus bertanya langsung kepada istri nya itu, agar semua pertanyaan di pikiran nya mendapatkan jawaban.
Diandra berencana untuk menanyakan nya nanti, saat Keisya kembali ke kamar.
Di dapur. Keisya menaruh segelas teh hangat dengan beberapa kue kering yang tersedia di lemari nya kedalam nampan.
Karna tadi siang Diandra menolak untuk memakan bubur, Keisya menjadi sedikit kebingungan untuk menu makan hari ini. Karna setau dia sendiri suami nya itu kini tengah sakit, dan setau dia juga suami nya itu lebih baik makan bubur dulu.
"Ini mas." Keisya menyimpan nampan di atas lemari kecil sebelah tempat tidur.
Diandra mencoba untuk bangun dan menyandarkan tubuhnya, namun dia cukup kesusahan karna badan nya terasa lemas dan tidak ada tenaga.
Melihat itu Keisya ingin sekali membantu suami nya itu, namun ia sedikit ragu ragu.
"Boleh aku bantu?" Tanya Keisya pelan.
Diandra menatap istri nya itu sejenak, lalu mengulurkan tangan nya sebagai jawaban.
Keisya tersenyum sambil menerima uluran tangan suami nya itu.
Diandra meneguk sedikit teh hangat itu, ia memejamkan matanya. Entah kenapa rasa dari teh hangat itu bisa mengurangi sedikit rasa sakit di kepala nya.
"Kamu bawa kue kaya lagi jenguk orang sakit." Gumam Diandra sambil mengambil sepotong kue.
Keisya terkekeh.
Baru kali ini, dia mendengar istri nya itu tertawa.
"Kan mas memang lagi sakit." Jawabnya pelan.
"Engga, aku ga sakit." Elak nya cepat.
Keduanya kembali terdiam.
Tiba tiba saja. Terdengar suara petir yang cukup kencang.
Keisya yang kaget reflek memeluk suami nya itu sambil menutup matanya.
"Eh maaf mas." Kata Keisya ketika menyadari dia tengah memeluk Diandra.
Sedangkan Diandra hanya diam saja sambil meneruskan aktivitas minum teh dan makan kue nya.
Keisya beranjak, melihat ke luar lewat jendela kamar.
Beberapa saat kemudian Keisya keluar dari kamar.
"Mau kemana?" Tanya Diandra.
Keisya memberitahu Diandra bahwa di luar cuaca sangat gelap, dan seperti nya akan turun hujan.
"Aku mau ngambil jemuran dulu." Ucap Keisya sambil menunduk.
Keisya keluar dari kamar sambil memegangi dada nya yang sedang berdetak kencang itu.
Kejadian tadi sungguh tidak terpikir sama sekali, hanya sebuah reflek saja karna kaget mendengar suara petir.
"Astagfirullah." Batin Keisya sambil mengusap dada nya.
Selesai mengambil jemuran Keisya sedikit bingung untuk kembali lagi ke kamar. Karna dia masih merasa malu kepada suami nya.
Keisya berjalan menuju dapur dan meneguk segelas air putih.
"Ya ampun, bodoh memang. Kenapa bisa sampai memeluk dia, kan malu sendiri jadinya." Gerutu Keisya.
"Memang apa salah nya memeluk suami sendiri?" Ucap Diandra.
Keisya tersentak kaget mendengar suara Diandra, seketika dia menoleh ke belakang dan mendapati kini Diandra tengah bersandar didekat pintu.
"Eh..." Kembali, Keisya merasakan pipi nya memanas saat ini karna rasa malu.
"Emm, mas ko turun?" Tanya Keisya mengalihkan pembicaraan.
Diandra hanya tersenyum, dan tiba tiba saja berlalu meninggalkan Keisya yang masih mematung di dapur.
Seperti yang sudah di duga. Hujan turun dengan begitu deras nya, di sertai dengan gemuruh petir yang cukup keras.
Di dapur Keisya kebingungan sendiri, harus kemana dia saat ini sedangkan untuk kembali ke kamar dia masih merasa malu melihat suami nya. Namun hal yang tidak dapat di bohongi oleh dirinya sendiri adalah suara petir itu. Keisya memang sangat takut mendengar suara petir.
Keisya berjalan menuju ruang tv.
"Ya allah, suara petir nya kenceng banget." Ucap Keisya sambil berjalan.
"Kalo takut kamu boleh memeluk aku lagi" Ucap Diandra yang ternyata tengah berada di ruang tv.
Kembali, Keisya merasa kaget dengan adanya Diandra, apalagi suami nya itu mengucapkan boleh memeluknya lagi, hal yang tentu saja membuat pipi nya bertambah merah karna malu.
Kini Keisya dan Diandra duduk di ruang tv. Namun Keisya sedikit menjaga jarak dengan suami nya itu.
Sesekali Keisya harus menutup mata nya dan meremas baju nya sendiri ketika melihat cahaya kilat yang di sertai oleh gemuruh yang keras.
"Sini, peluk aku lagi." Tawar Diandra, namun tanpa menoleh dan masih fokus pada tv.
Keisya terus menutup matanya, tanpa mengindahkan perkataan suami nya itu. Dia terus saja beristighfar dalam hati nya karna ketakutan.
Hingga tiba tiba terdengar suara petir yang lebih keras, Keisya menjerit dan meloncat kedalam pangkuan suami nya itu.
"Astagfirullah, ya allah kenceng banget petir nya." Gumam Keisya sambil mengusap dada nya dengan sebelah tangan.
Tidak menyadari bahwa kini ia tengah dalam pangkuan suami nya dan sebelah tangan nya melingkar di leher suami nya itu.
Degggg, tiba tiba saja tubuh nya terasa sangat kaku. Rasanya susah untuk di gerakan.
"A,aa.." Keisya terbata, tidak dapat menyelesaikan perkataan nya.
"Tidak apa apa, jangan takut. Aku ada disini."
Syuuuurrrr. Seketika tubuhnya bagai tersambar oleh petir ketika dalam posisi yang masih kaget saat menyadari dia di pangkuan Diandra, kini Diandra sendiri malah melingkarkan tangan nya pada perut Keisya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Kunti_Lis
menarik nih ceritanya, mesti mampir nih
2022-10-26
0
Kunti_Lis
astaghfirullah
2022-10-26
0