Mengunjungi Ibu Sofi
“Dibawa ke rumah sakit mana ya Bu?”
“Ke Rumah sakit mitra neng, neng siapa ya Bu sofi?”
“Saya Aira Bu, sahabat Nita putri ibu Sofi. Kalau begitu kami permisi Bu, terimakasih informasinya.”
“Ia, sama sama neng geulis.”
Tanpa banyak bicara Nabila dan Abel segera menuju rumah sakit untuk mengunjungi ibu Sofi. Nabila dan Abel menuju ruang kelas 3 rumah sakit Mitra, ruang di mana ibu Sofi dirawat. Mereka melihat Nita menangis di depan ruang rawat.
“Nita!!” ucap Bila dan Abel lalu memeluk sahabatnya.
“Kalian tau darimana aku disini?”
“Tidak penting kami tahu dimana, yang penting sekarang bagaimana keadaan ibu?” Tanya bila.
“Ia, bagaimana ibu? Apa ibu baik-baik saja?” Timpa Abel.
“Ibu hiks hiks ibu ra.”
“Ia, ibu kenapa?” Bila memeluk Nita semangat Abel menepuk bahu Nita untuk menenangkan. “Ibu kena kangker Payu**** hiks hiks, dan harus segera di operasi.” ucap Nita masih dengan sesenggukan menjelaskan kondisi ibunya kepada Bila dan Abel.
“Kamu yang tenang ya Nit, ibu pasti baik baik saja.” ucap Abel.
“Iya, kamu harus sabar, harus kuat saat di depan ibu, jangan sampai ibu melihat kamu seperti ini nanti ibu sedih.” Nabila mengusap lembut rambut Nita menenangkannya.
“Aku harus bagaimana? Biaya operasi dan pemulihan sangat mahal?Aku sudah mencoba menghubungi pamanku untuk menjual kios kami di pasar, tapi tidak arak terjual secepat itu. Sementara ibu tidak bisa menunggu lama.” ucap Nita lagi masih dalam keadaan sesenggukan.
“Nanti kita pikirkan bersama, yang penting kamu tenang dulu, okey!” ucap Bila.
“Ia, benar kata bila masih ada aku dan bila. Kami tenang ya Nit. Sekarang ayo temui ibu bersama!” ajak Abel masuk keruangan ibu Sofi.
Mereka menghampiri ibu Sofi, dalam satu ruangan yang di huni ibu Sofi ada 3 orang pasien sehingga sedikit berisik. Ibu Sofi senang melihat kehadiran Bila dan Abel.
***Cafe milik Nabila***
“Mohon tunggu sebentar Tuan, saya akan menemui nona Aira.” ucap Tyo yang hendak masuk ke coffe shop Aira mencari Aira.
“Hemm.”
Tio kemudian masuk meninggalkan Adam yang masih berada di dalam mobil. Tidak selang waktu lama, terlihat Tio keluar dari cafe seorang diri.
“Nona Aira tidak berada di cafe, Tuan.” ucap Tyo kembali dalam Mobil.
“Kemana Dia?”
“Menurut salah seorang karyawan, Nona Aira belum mengunjungi coffe shop sore ini. Mobil Nona Aira juga masih berada di parkiran.”
“Bukahkah seharusnya Aira sudah pulang dari kampus?”
“Menurut jadwal mata kuliah yang diikuti Nona Aira hari ini hanya sampai jam 14:00.”
“Coba kamu lacak dimana keberadaan Aira!”
Beberapa saat kemudian Tio telah menerima informasi keberadaan Aira dari salah seorang bawahannya.
“Nona Aira terlihat masuk ke dalam Rumah sakit Mitra sekitar Satu setengah jam yang lalu, Tuan.”
“Kita ke rumah sakit saja sekarang!”
“Baik, Tuan.”
***Rumah Sakit Mitra***
Bila dan Abel berpamitan pada ibu Sofi, karena waktu sudah hampir malam. Mereka meninggalkan ruangan Ibu Sofi.
“ Kenapa?” Tanya Nabila.
“Aku bingung, aku ingin membantu Nita untuk membayar Biaya operasi ibunya tapi tabunganku tidak cukup, kamu tau kan aki habis ganti mobil. Apa aku minta Papa saja?”
“Jangan, lo sudah terlalu sering minta minta sama Papa lo. Nanti kita pikiran lagi. Oh ya kamu pulang sendiri aja yaa, aku naik taksi aja, biar lo gak kemalaman. Kalo nganterin gue dulu ntar kemaleman gak enak sama Papa lo.”
“Tapi gue kepikiran lo naik taksi sendiri.”
“Santai.”
Mereka kemudian berpisah, Abel menuju basemand untuk mengambil mobilnya sementara Bila menuju ruang administrasi-administrasi yang memang buka 24 jam dirumah sakit itu.
“Ada yang bisa dibantu mbak?” tanya petugas administrasi.
“Saya mau membayar biaya Operasi A.n Ibu Sofi Yanti mba alamat Jln xxx.”
“Baik, mohon tunggu sebentar ya mbak.”
Bila menunggu di kursi tunggu yang sudah disiapkan di depan loket Administrasi.
“Atas nama Ibu Sofi Yanti?” panggil petugas Administari.
“Iya, mba.”
“Totalnya 150juta mba.”
“Baik, ini mba.” ucap bila menyodorkan kartu ATM miliknya “Mba saya minta ibu Sofi dipindahkan ke kelas satu ya mba, biar bisa istirahat dengan tenang.”
“Baik Mbak.” jawab petugas Administrasi.
Setelah pembayaran selesai petugas administari mengembalikan ATM bila.
“Mbak untuk kekurangan biaya perawatan ibu Sofi Silahkan menghubungi No ini ya mbak, dan saya minta tolong identitas saya dirahasiakan tidak usah ada yang tau jika saya yang membayar biaya perawatan ibu Sofi.” ucap Bila seraya menuliskan No handphonenya.
“Tapi mbak?”
“Saya mohon mbak dirahasiakan saja.” ucap bila dengan senyuman manisnya.
“Baik, mbak.”
“Terimakasih, mbak.”
Nabila meninggalkan loket administrasi tanpa disadari dari jauh ada 2 pasang mata yang memperhatikannya. Mendengar semua percakapan Bila dan petugas Administarsi.
“Calon nyonya sungguh perempuan yang sangat baik Tuan!” ucap Tio.
Aira Nabila Tanisha, aku ingin tau semua tentang kamu, sisi baik dan burukmu.
“Hemm.” jawab Adam dengan senyum tipis “Ambil Mobil!”
“Baik, Tuan.”
Adam berjalan mengikuti Nabila dari kejauhan, saat sampai di lobi rumah sakit, Adam mempercepat langkahnya menghampiri Nabila.
“Nabila!” seru Adam memanggil.
Seperti suara Mas Adam.
“Mas Adam? Mas ngapain disini?”
“Aku menjenguk rekan bisnisku.” jawab Adam berbohong.
Aku gak mungkin bilang kesini karena nyari kamu. Hancur reputasiku.
“Kamu sendiri ngapain disini?” tanya Adam.
“Aku habis jenguk ibu temenku Mas.”
“Temen cowok/cewek?”
Apaan sih kepo deh.
“Cewek mas, Tio mana?” Tanya Aira karena tidak mungkin Adam berkeliaran tanpa sekretarisnya itu.
“Baru ambil mobil, ayo aku antar kamu pulang!”
“Mas kok tau aku gak bawa mobil?”
Sialan, dia kan gak tau aku habis dari coffe shopnya.
“Hanya menebak.”
“Oh.”
“Oh aja?” Adam terlihat mengernyitkan dahinya mendengar jawaban Nabila yang hanya oh.
Terus aku harus jawab apa dong, harus jingkrak jingkrak karena ketemu mas Adam gitu.
“Maksud aku, oh aku gak nyaka ketemu Mas Adam disini gituuu!”
Sebelum Adam sempat menjawab mobil yang dikendarai Tio tiba, Adam lebih dulu membukakan pintu untuk Aira, kemudian ia segera masuk mobil setelah Aira.
“Kamu mau pulang kemana?”
“Ke cafe dulu mas, mobilku disana.”
“Pulang ke apartemen saja, sudah malam. Besuk pagi kamu ke kampus naik Taksi, atau aku kirim sopir untuk antar kamu.”
“Gak perlu mas aku naik taksi aja.”
Gila kali gua dianterin sopir lo, yang ada kehidupan kampus gua yang tenang jadi macam neraka karena banyak yang ngiri.
“Oke terserah kamu.” jawab Adam “Aira kamu ngga lagi ngikutin aku kan?”
“Maksud Mas?”
“Ya, kayaknya kita ketemu di rumah sakit bukan kebetulan, kamu nggak lagi ngikutin aku kan?”
“Aku mana sempat nyikutin mas Adam, meskipun rutinitasku tidak seperti Presdir Hanggara Grub, aju juga lumayan sibuk tahu!” ucap Bila cemberut.
Hihi suara Tio terkekeh, Aira dan Adam sama sama melihat ke arah Tio.
“Kenapa kamu Tio, apanya yang lucu?”
“Tidak Tuan saya ingat film kartun yang saya tonton.”
Tuan, Tuan bisa bisanya lempar batu sembunyi tangan jelas-jelas Tuan yang mengikuti Nona Aira.
“Sejak kapan kamu nonton Tio?”
“Sudah lama, Tuan.”
Sejak Tuan suka ngikutin Nona Airalah.
“Mas?” ucap Nabila
“Hemm.”
“Jadi ke Jogja?”
“Jadi, kam sudah diputuskan. Kamu mau sekalian bareng sama saya?”
“Gak ah, aku pulang sendiri aja. Kakek kan tidak tau kalo kita sudah saling mengenal.”
“Kamu yakin pulang sendiri?”
“Ia.”
“Biar Tio yang urus tiket kamu, dan antar kamu ke bandara.”
“Aku bisa sendiri kok.”
“Kalo aku bilang biar Tio yang antar ya Tio, jangan membantah!”
Lah gini doang jadi debat, gimana ntar udah nikah 😩
“Baiklah.”
Aku malas debat tahu.
“Sudah sampai, kamu masuk sana!”
“Ia,ia.” ucap Nabila keluar dari mobil
“ Terimakasih mas.” Bila kemudian berlari kearah apartemennya.
“Kita juga pulang Tio!”
“Baik, Tuan.”
Bersambung
.
.
.
.
.
.
.
***Next ***
“Kakek.” ucap Bila berlari menghampiri kakeknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 199 Episodes
Comments
etihajar
mampir lagi thor d kRya mu selalu suka
2023-01-14
0
Ida Blado
mestinya nulisnya IYA kn bkn IA,,,, krn kalau IA itu alias DiA
2022-12-17
0
Fanda Ndut
baru nemu...suka ceritanya to the point,,moga ampe akhir begitu gak plin plan 😏
2021-03-05
3