#Pov Suami Tak Berguna-Salahku Memilihmu

#Pov Suami Tak Berguna-Salahku Memilihmu

1. Hari Pernikahan

Semua orang terlihat sibuk menyiapkan hari bahagia Khanza dan Azam. Mereka yang sudah berpacaran hampir 4 tahun lamanya, akhirnya menikah juga karena paksaan Pak Ahmad, ayah dari Khanza. Pak Ahmad merasa khawatir dengan anaknya yang selalu bepergian bersama Azam berdua. Sebagai orang tua, Pak Ahmad sangat takut akan kedekatan putrinya dan Azam yang terlalu dekat.

Sebelumnya, Bu Bela tidak merestui hubungan anaknya bersama Azam, sebab Bu Bela merasa jika Azam bukan laki-laki yang tepat untuk Khanza. Meski Azam terlihat baik dan sopan, entah mengapa sebagai seorang ibu, Bu Bela memiliki firasat yang tidak enak. Namun setelah suaminya menjelaskan panjang lebar, akhirnya Bu Bela merestui juga hubungan mereka meski jauh didalam lubuk hatinya Bu Bela tetap merasa tidak enak.

"Gimana yah, keputusan ayah sudah bulat untuk menikahkan Khanza dengan Azam?" tanya Bu Bela mencoba memastikan lagi tentang pernikahan anaknya.

"Iya bu, sepertinya Azam juga laki-laki yang baik. Dia begitu sopan dan sangat menyanyangi Khanza. Selain itu dia juga selalu pergi bersama dengan Khanza, ayah takut jika mereka melakukan hal yang tidak-tidak bu. Kita sebagai orang tuanya lah yang berdosa jika itu sampai terjadi," lirih Pak Ahmad yang membuang nafas panjangnya setelah menjelaskan semuanya.

"Baiklah kalau menurut ayah itu yang terbaik, tapi entah mengapa perasaan ibu tidak enak yah," ujar Bu Bela.

"Sebaiknya kamu sebagai seorang ibu mendoakan anakmu yang baik-baik saja, doakan mereka bisa hidup bahagia dan menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar Pak Ahmad lagi.

"Sebagai seorang ibu, aku pasti mendoakan semua yang terbaik untuk anakku yah," timpal Bu Bela lagi.

"Syukurlah kalau begitu, cepat bersiap! Semua tamu undangan sudah menunggu dibawah," ajak Pak Ahmad.

"Baik yah sebentar lagi aku akan turun bersama Khanza," jawab Bu Bela yang dengan segera mempercepat riasannya. Meski diusianya yang tidak muda lagi, Bu Bela Saspira masih terlihat cantik dan terlihat awet muda. Bukan karena sering melakukan perawatan ditempat-tempat mahal, akan tetapi Bu Bela selalu bisa merawat wajahnya dengan cara tradisional. Misalnya rutin menggunakan masker, bahkan melakukan luluran satu minggu sekali. Memang itu alasan jika cantik tidak harus mahal.

Setelah selesai berhias, Bu Bela pun segera memanggil Khanza dikamarnya yang sudah siap sejak tadi. Khanza terlihat begitu cantik saat dihias dengan dandanan pengantin. Khanza yang jarang memakai make up dikesehariannya, membuat ia terlihat begitu cantik alami. Saat menuruni anak tangga, semua orang terlihat kagum melihat kecantikan Khanza.

"Khanza cantik sekali ya" ujar seseorang yang terdengar berbisik kepada temannya.

"Iya cantik," jawab teman disebelahnya.

Melihat tamu yang sudah berdatangan dan para petugas yang sudah ada, akhirnya acara sakral itu akan segera dimulai. Azam yang sudah menunggu sejak tadi, kini disandingkan dengan Khanza. Dan dalam satu tarikan nafas akhirnya Azam selesai mengucapkan ijab qobul itu dengan sangat lancar.

"Bagaimana hadirin? Sah?" ujar pak penghulu.

"Sah.." jawab seluruh hadirin serempak.

Selesai melakukan ijab qobul, kini Azam dan Khanza melakukan benerapa ritual setelah ijab selesai. Dan setelah rangkaian ritual dijalankan, kini Azam dan Khanza berdiri diatas pelaminan untuk menyalami para tamu undangan yang akan memberikan selamat kepada mereka. Perlahan tapi pasti, Khanza dan Azam segera naik ke atas pelaminan yang digandeng oleh Azam. Dengan sangat hati-hati Khanza melangkahkan kakinya.

Begitu tiba diatas pelaminan, para tamu undangan pun mulai mengantri untuk memberikan selamat kepada mereka berdua. Meski mereka merasa lelah, mereka pun sesekali tersenyum kepada tamu undangan yang menyalaminya.

Selain ada yang mengantri, sebagian dari mereka juga ada yang mengantri dibagian catering untuk parasmanan sambil menunggu berkurangnya antrian kepada pengantin. Tanpa terasa, acara yang melelahkan itu akhirnya selesai juga. Semua tamu undangan berangsur sepi karena sebagian dari mereka sudah ada yang pulang. Setelah para tamu undangan pulang, Azam dan Khanza pun akhirny beristirahat disebuah kamar pengantin. Meski malu-malu, Khanza mengekor dibelakang Azam menuju kamar pengantin. Setelah hampir seharian memakai baju pengantin, membuat keduanya berniat untuk membersihkan diri terlebih dahulu.

Di saat semua orang sudah tertidur pulas, akhirnya malam pertama itu datang, malam yang selalu di idam-idamkan oleh kedua sejoli yang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Perlahan tapi pasti, Azam mulai mendekati Khanza yang sedang terduduk ditepi ranjang.

"Apa aku boleh meminta hakku," ujar Azam sesaat sebelum mendekati Khanza.

Tanpa banyak berkata apa-apa, Khanza hanya mengangguk sebagai tanda memberikan lampu hijau kepada Azam. Azam yang sudah tidak sabar untuk merasakan surga dunia, kini mulai mendekati Khanza. Dari berpegangan tangan, Azam menaikan tempo permainannya membelai rambut Khanza yang terurai panjang. Meski baru sekedar memagang tangan dan membelai rambutnya, entah mengapa Khanza merasakan hal yang tidak biasa.

Azam pun kembali mengecup pucuk kepala Khanza, yang dilanjutkan dengan kecupan dibibirnya secara singkat. Merasakan hal itu membuat Khanza semakin terbawa suasana, yang awalnya malu-malu kini Khanza pun seakan mengimbangi permainan Azam. Mereka pun melakukan pemanasan hingga akhirnya penyatuan cinta diantara mereka pun terjadi malam itu.

"Terima kasih sayang," ujar Azam yang terbaring lemas setelah permainan malam itu.

"Iya mas," jawab Khanza yang merasa malu setelah melakukan hubungan itu. Padahal mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi Khanza masih tidak percaya jika mereka sudah menikah siang tadi.

Merasa lelah setelah seharian berdiri menyapa para tamu undangan dan melewati malam pertama yang indah membuat mereka akhirnya tertidur lemas. Kini Khanza tidur disebelah Azam yang sudah menjadi suaminya yang sah. Azam pun tertidur sambil melingkarkan tangannya ke badan Khanza. Khanza yang merasakan kehangatan karena pelukan Azam pun akhirnya tertidur dengan lelap.

Tak terasa hampir semalam mereka beristirahat, Khanza yang sudah terbangun dari tadi segera membersihkan dirinya terlebih dahulu. Meski Khanza merupakan anak yang manja, tapi setelah menjadi seorang istri Khanza mau tidak mau harus menyiapkan sarapan untuk suaminya.

"Dimana Khanza?" ujar Azam yang mencari keberadaan istrinya disampingnya, namun tidak ada.

Azam pun melihat jam weker yang berada disamping ranjangnya dan melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 6 pagi. Sontak Azam terbangun dan segera membersihkan dirinya lalu segera bersiap untuk pergi ke kantornya.

"Selamat pagi mas," sapa Khanza yang melihat Azam menuruni anak tangga saat sedang menyiapkan sarapan didapur.

"Pagi juga sayang," jawab Azam yang langsung duduk dimeja makan untuk sarapan.

Sedari pagi Khanza sudah berkutat didapur hanya untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Meski ibunya selalu memanjakan Khanza, tapi ia pernah diajarkan untuk memasak. Tepatnya sepulang kuliah dulu, mau tidak mau Khanza harus belajar memasak dan saat ini, Khanza sudah mahir memasak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!