Semua orang terlihat sibuk menyiapkan hari bahagia Khanza dan Azam. Mereka yang sudah berpacaran hampir 4 tahun lamanya, akhirnya menikah juga karena paksaan Pak Ahmad, ayah dari Khanza. Pak Ahmad merasa khawatir dengan anaknya yang selalu bepergian bersama Azam berdua. Sebagai orang tua, Pak Ahmad sangat takut akan kedekatan putrinya dan Azam yang terlalu dekat.
Sebelumnya, Bu Bela tidak merestui hubungan anaknya bersama Azam, sebab Bu Bela merasa jika Azam bukan laki-laki yang tepat untuk Khanza. Meski Azam terlihat baik dan sopan, entah mengapa sebagai seorang ibu, Bu Bela memiliki firasat yang tidak enak. Namun setelah suaminya menjelaskan panjang lebar, akhirnya Bu Bela merestui juga hubungan mereka meski jauh didalam lubuk hatinya Bu Bela tetap merasa tidak enak.
"Gimana yah, keputusan ayah sudah bulat untuk menikahkan Khanza dengan Azam?" tanya Bu Bela mencoba memastikan lagi tentang pernikahan anaknya.
"Iya bu, sepertinya Azam juga laki-laki yang baik. Dia begitu sopan dan sangat menyanyangi Khanza. Selain itu dia juga selalu pergi bersama dengan Khanza, ayah takut jika mereka melakukan hal yang tidak-tidak bu. Kita sebagai orang tuanya lah yang berdosa jika itu sampai terjadi," lirih Pak Ahmad yang membuang nafas panjangnya setelah menjelaskan semuanya.
"Baiklah kalau menurut ayah itu yang terbaik, tapi entah mengapa perasaan ibu tidak enak yah," ujar Bu Bela.
"Sebaiknya kamu sebagai seorang ibu mendoakan anakmu yang baik-baik saja, doakan mereka bisa hidup bahagia dan menjadi keluarga yang sakinnah, mawwadah dan warrohmah," ujar Pak Ahmad lagi.
"Sebagai seorang ibu, aku pasti mendoakan semua yang terbaik untuk anakku yah," timpal Bu Bela lagi.
"Syukurlah kalau begitu, cepat bersiap! Semua tamu undangan sudah menunggu dibawah," ajak Pak Ahmad.
"Baik yah sebentar lagi aku akan turun bersama Khanza," jawab Bu Bela yang dengan segera mempercepat riasannya. Meski diusianya yang tidak muda lagi, Bu Bela Saspira masih terlihat cantik dan terlihat awet muda. Bukan karena sering melakukan perawatan ditempat-tempat mahal, akan tetapi Bu Bela selalu bisa merawat wajahnya dengan cara tradisional. Misalnya rutin menggunakan masker, bahkan melakukan luluran satu minggu sekali. Memang itu alasan jika cantik tidak harus mahal.
Setelah selesai berhias, Bu Bela pun segera memanggil Khanza dikamarnya yang sudah siap sejak tadi. Khanza terlihat begitu cantik saat dihias dengan dandanan pengantin. Khanza yang jarang memakai make up dikesehariannya, membuat ia terlihat begitu cantik alami. Saat menuruni anak tangga, semua orang terlihat kagum melihat kecantikan Khanza.
"Khanza cantik sekali ya" ujar seseorang yang terdengar berbisik kepada temannya.
"Iya cantik," jawab teman disebelahnya.
Melihat tamu yang sudah berdatangan dan para petugas yang sudah ada, akhirnya acara sakral itu akan segera dimulai. Azam yang sudah menunggu sejak tadi, kini disandingkan dengan Khanza. Dan dalam satu tarikan nafas akhirnya Azam selesai mengucapkan ijab qobul itu dengan sangat lancar.
"Bagaimana hadirin? Sah?" ujar pak penghulu.
"Sah.." jawab seluruh hadirin serempak.
Selesai melakukan ijab qobul, kini Azam dan Khanza melakukan benerapa ritual setelah ijab selesai. Dan setelah rangkaian ritual dijalankan, kini Azam dan Khanza berdiri diatas pelaminan untuk menyalami para tamu undangan yang akan memberikan selamat kepada mereka. Perlahan tapi pasti, Khanza dan Azam segera naik ke atas pelaminan yang digandeng oleh Azam. Dengan sangat hati-hati Khanza melangkahkan kakinya.
Begitu tiba diatas pelaminan, para tamu undangan pun mulai mengantri untuk memberikan selamat kepada mereka berdua. Meski mereka merasa lelah, mereka pun sesekali tersenyum kepada tamu undangan yang menyalaminya.
Selain ada yang mengantri, sebagian dari mereka juga ada yang mengantri dibagian catering untuk parasmanan sambil menunggu berkurangnya antrian kepada pengantin. Tanpa terasa, acara yang melelahkan itu akhirnya selesai juga. Semua tamu undangan berangsur sepi karena sebagian dari mereka sudah ada yang pulang. Setelah para tamu undangan pulang, Azam dan Khanza pun akhirny beristirahat disebuah kamar pengantin. Meski malu-malu, Khanza mengekor dibelakang Azam menuju kamar pengantin. Setelah hampir seharian memakai baju pengantin, membuat keduanya berniat untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Di saat semua orang sudah tertidur pulas, akhirnya malam pertama itu datang, malam yang selalu di idam-idamkan oleh kedua sejoli yang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Perlahan tapi pasti, Azam mulai mendekati Khanza yang sedang terduduk ditepi ranjang.
"Apa aku boleh meminta hakku," ujar Azam sesaat sebelum mendekati Khanza.
Tanpa banyak berkata apa-apa, Khanza hanya mengangguk sebagai tanda memberikan lampu hijau kepada Azam. Azam yang sudah tidak sabar untuk merasakan surga dunia, kini mulai mendekati Khanza. Dari berpegangan tangan, Azam menaikan tempo permainannya membelai rambut Khanza yang terurai panjang. Meski baru sekedar memagang tangan dan membelai rambutnya, entah mengapa Khanza merasakan hal yang tidak biasa.
Azam pun kembali mengecup pucuk kepala Khanza, yang dilanjutkan dengan kecupan dibibirnya secara singkat. Merasakan hal itu membuat Khanza semakin terbawa suasana, yang awalnya malu-malu kini Khanza pun seakan mengimbangi permainan Azam. Mereka pun melakukan pemanasan hingga akhirnya penyatuan cinta diantara mereka pun terjadi malam itu.
"Terima kasih sayang," ujar Azam yang terbaring lemas setelah permainan malam itu.
"Iya mas," jawab Khanza yang merasa malu setelah melakukan hubungan itu. Padahal mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi Khanza masih tidak percaya jika mereka sudah menikah siang tadi.
Merasa lelah setelah seharian berdiri menyapa para tamu undangan dan melewati malam pertama yang indah membuat mereka akhirnya tertidur lemas. Kini Khanza tidur disebelah Azam yang sudah menjadi suaminya yang sah. Azam pun tertidur sambil melingkarkan tangannya ke badan Khanza. Khanza yang merasakan kehangatan karena pelukan Azam pun akhirnya tertidur dengan lelap.
Tak terasa hampir semalam mereka beristirahat, Khanza yang sudah terbangun dari tadi segera membersihkan dirinya terlebih dahulu. Meski Khanza merupakan anak yang manja, tapi setelah menjadi seorang istri Khanza mau tidak mau harus menyiapkan sarapan untuk suaminya.
"Dimana Khanza?" ujar Azam yang mencari keberadaan istrinya disampingnya, namun tidak ada.
Azam pun melihat jam weker yang berada disamping ranjangnya dan melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 6 pagi. Sontak Azam terbangun dan segera membersihkan dirinya lalu segera bersiap untuk pergi ke kantornya.
"Selamat pagi mas," sapa Khanza yang melihat Azam menuruni anak tangga saat sedang menyiapkan sarapan didapur.
"Pagi juga sayang," jawab Azam yang langsung duduk dimeja makan untuk sarapan.
Sedari pagi Khanza sudah berkutat didapur hanya untuk menyiapkan sarapan untuk suaminya. Meski ibunya selalu memanjakan Khanza, tapi ia pernah diajarkan untuk memasak. Tepatnya sepulang kuliah dulu, mau tidak mau Khanza harus belajar memasak dan saat ini, Khanza sudah mahir memasak.
Meski hanya satu hari meminta cuti, dikantornya Azam mendapatkan beberapa kejutan dari teman-teman kantornya. Beberapa orang yang dekat dengan Azam memberikan selamat dan memberikan bingkisan untuk pernikahan Azam.
"Selamat ya bro," ujar seorang teman Azam yang bernama Andri yang langsung memeluknya.
"Makasih yah bro," jawab Azam yang membalas pelukan Andri.
Beberapa teman yang lainnya pun tak lupa memberikan ucapan selamat kepada Azam seraya memberikan kado karena kemarin tidak bisa menghadiri acara pernikahan Azam. Semua orang ikut senang mendengar Azam menikah.
"Terima kasih semuanya," ujar Azam yang merasa senang.
"Ya sudah ayo kita mulai bekerja!" ajak Azam yang langsung bergegas ke ruangannya.
Saat akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada yang memanggil Azam. Azam seketika menghentikan langkahnya saat ada yang memanggil namanya.
"Azam!" panggil Pak Hasan yang tidak lain adalah atasan Azam.
"Iya pak," jawab Azam yang tiba-tiba menghentikan langkahnya karena terdengar suara itu.
"Tolong segera ke ruangan saya," tukas Pak Hasan yang segera bergegas ke ruangannya.
"Tidak biasanya Pak Hasan memanggilku, apa aku melakukan kesalahan?" gumam batin Azam yang segera mengekor dibelakang Pak Hasan.
Tok.. tok..
Sebelum masuk Azam mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Silahkan masuk!" ujar Pak Hasan mempersilahkan.
Dengan sangat hati-hati Azam masuk menuju ruangan Pak Hasan. Azam merasa takut jika ia tiba-tiba dipanggil sebab biasanya ia tidak pernah ada kasus dalam pekerjaannya. Pak Hasan dikenal dengan sikapnya yang tegas dan berwibawa. Walaupun Pak Hasan bertindak demikian, sebenarnya Pak Hasan sangatlah baik. Namun sebagai seorang supervisor, Pak Hasan harus terlihat tegas dan berwibawa dihadapan bawahannya.
Azam yang merasa takut dengan panggilannya menjadi salah tingkah. Azam merasa tidak tenang sejak namanya dipanggil tadi. Namun dihadapan Pak Hasan, Azam berusaha untuk bersikap setenang mungkin.
"Silahkan duduk," tawar Pak Hasan.
"Te, terima kasih pak," jawab Azam gagap yang sejak tadi merasa gugup.
"Kamu kenapa? Gugup seperti itu?" tanya Pak Hasan lagi.
"Ti, tidak pak," jawab Azam yang menundukan kepalanya layaknya anak TK yang sudah berbuat salah.
"Apa kamu tahu kenapa saya memanggil kamu?" tanya Pak Hasan dengan nada tegas.
"Tidak pak," jawab Azam singkat.
"Begini, sebenarnya karena kemarin saya tidak bisa menghadiri pernikahan kamu, saya berniat akan memberikan hadiah pernikahan untukmu," tukas Pak Hasan yang sudah tidak tahan melihat tingah Azam sejak tadi layaknya anak kecil yang ketakutan.
"Wah hadiah apa pak? Saya kira saya melakukan kesalahan," tanya Azam yang mulai penasaran dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kamu ini memang lucu, ini buat kamu!" ujar Pak Hasan yang terkekeh sekaligus menyodorkan sebuah kertas kepada Azam.
"Apa ini pak? 2 tiket pesawat? Untuk saya pak?" tanyanya yang masih ragu dengan apa yang dilihatnya.
"Iya itu hadiah dari saya buat kamu dan istrimu, kalian pasti belum berbulan madu kan? Resepsionis sudah menyewa hotel atas nama kamu di hotel x. Semua sudah dibayarkan selama beberapa hari," ujar Pak Hasan.
"Wah terima kasih banyak sebelumnya Pak," jawab Azam yang merasa sangat senang.
"Sama-sama Azam, selamat bersenang-senang ya," ujar Pak Hasan sebelum Azam meninggalkan ruangannya.
"Sekali lagi terima kasih pak, saya permisi dulu," pamit Azam yang segera bergegas keluar ruangan.
Azam tidak pernah mengira jika ia akan mendapatkan hadiah seperti ini. Sebelumnya Azam juga belum pernah pergi kesana.
"Khanza pasti seneng dengan kejutan ini," gumam Azam yang tersenyum. Azam sudah tidak sabar ingin segera menceritakan semuanya kepada Khanza.
Dengan penuh semangat Azam langsung mengerjakan semua pekerjaannya yang sudah menumpuk sejak kemarin. Azam bekerja diperusahaan retail, tapi iya berada dibagian kantornya menjadi salah satu staf keuangan. Tak terasa hampir seharian penuh ia bekerja, kini tiba saatnya Azam untuk pulang. Dengan kecepatan yang tinggi, Azam melajukan kendaraannya. Ia sudah tidak sabar ingin memberikan kado-kado ini dan kejutan untuk berlibur ke Bali.
Tak terasa akhirnya waktu bekerja pun telah selesai. Azam sudah tidak sabar ingin segera pulang kerumah untuk memberitahukan kejutan ini. Azam bergegas ke tempat parkir dengan membawa beberapa buah kado pemberian temannya tadi. Dengan kecepatan tinggi Azam segera melajukan kendaraannya. Tak terasa satu jam kemudian Azam tiba dirumahnya.
"Assalamualaikum," ucap Azam sesaat sebelum masuk rumah.
"Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh," jawab Kanza dengan lengkap.
"Mas baru pulang?" tanya Khanza sambil mengecup punggung tangan kanan Azam.
"Iya sayang," jawab Azam sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Oiya dimobil ada beberapa bingkisan dari temen-temen dikantor, kamu ambil ya," titah Azam.
"Iya mas," jawab Khanza yang segera berlari menuju mobil Azam.
"Wah hadiahnya banyak banget mas," ujar Khanza yang dengan susah payah membawa beberapa kado ditangannya.
"Aku jadi ga sabar pengen cepet buka semua ini," tambah Khanza lagi yang merasa senang menerima semua kado-kado itu.
"Buka saja sayang semuanya," titah Azam.
Tanpa aba-aba Khanza pun segera membuka kado itu satu persatu. Mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran yang besar tidak lupa ia buka. Didalam kado itu ada yang berisi seprei, gelas hias, ada juga jam dinding serta ada juga yang berisi alat rumah tangga lainnya. Khanza merasa senang dengan semua hadiah yang ia terima.
"Oiya sayang, ada satu lagi kejutan untukmu, ini!" ujar Azam yang segera mengeluarkan kertas putih dari dalam tas kerjanya.
"Wah apa ini mas?" tanya Khanza yang menautkan kedua halisnya.
"Ini tiket pesawat ke Bali mas, jadi kita akan ke Bali mas?" tanya Khanza memastikan.
"Iya sayang, besok kita akan bulan madu ke Bali. Kamu siapkan pakaian kita ya!" pinta Azam.
"Jadi beneran mas? Asyik.." sorak Khanza yang merasa senang dengan kejutan yang diberikan Azam.
"Makasih mas," ujar Khanza yang langsung memeluk Azam.
"Sama-sama sayang," jawab Azam yang langsung memeluk istrinya.
Setelah Khanza tahu, mereka akan berangkat. Ia pun segera berkemas untuk keperluan besok, mulai dari keperluan pribadi seperti barang-barang pakaian luar dan pakaian dalam tidak lupa ia masukan. Selain itu, Khanza pun membawa beberapa cemilan yang biasa ia masukan ke dalam koper saat akan bepergian.
Sebelum berangkat ke Bali besok, tidak lupa Khanza pun mengabari orang tuanya terlebih dahulu untuk meminta izin. Khanza berbicara kepada orang tuanya melalui sambungan telfon. Khanza segera mencari benda pipih miliknya untuk menghubungi ibunya.
📱"Hallo bu, Assalamualaikum."
📱"Waalaikumsalam warrohwatullohi wabarokatuh."
📱"Begini bu, aku mau pamit karena besok aku akan pergi ke Bali bu."
📱"Wah asyik dong, pasti mau bulan madu ya?"
📱"Ah ibu, tau aja. Kita mau jalan-jalan aja bu, sayang soalnya ini hadiah dari kantornya mas Azam."
📱"Iya kalau begitu hati-hati dijalan ya nak."
📱"Iya bu, ya sudah kalau begitu aku tutup dulu telfonnya bu, assalamualaikum."
📱"Waalaikumsalam."
Hari ini saatnya Azam dan Khanza pergi haneymoon ke Bali. Sebuah hadiah pemberian dari Pak Hasan atasan Azam dikantor. Sejak tadi pagi Khanza pun sudah berkemas menyiapkan barang-barang bawaannya. Mereka pun membawa 1 buah koper besar yang berisi pakaian Azam dan Khanza. Azam sebelumnya memesan taksi untuk mengantarkan mereka pergi ke bandara.
Beberapa menit kemudian akhirnya pesanan taksi mereka datang. Mereka akhirnya bergegas menuju bandara. Mereka akan menaiki pesawat dengan jadwal penerbangan pukul 8 pagi. Tak terasa satu jam kemudian akhirnya mereka tiba dibandara. Disana sudah ramai para penggunjung yang akan melakukan penerbangan ke luar kota maupun luar negeri.
Setelah memberikan tiketnya mereka pun segera naik ke atas pesawat. 2 jam kemudian tibalah mereka di Bali. Tempat yang menjadi impian setiap orang, bahkan setiap pasangan yang ingin menghabiskan waktunya untuk berbulan madu. Tempat-tempat yang indah dan romantis yang menjadi daya tarik tempat ini. Tepat pukul 10 pagi mereka tiba di Bali dan disambut dengan kalung bunga selamat datang. Selanjutnya mereka akan diantar menuju salah satu hotel berbintang untuk check in.
"Wah aku senang sekali mas, akhirnya kita sampai juga di Bali. Terus ini disambut pake kalung bunga segala," ujar Khanza yang merasa senang karena mendapatkan perlakuan yang spesial dari pemilik hotel itu.
"Syukurlah kalau kamu senang, aku juga ikut senang," timpal Azam yang sesekali memeluk istrinya.
Mereka pun segera diantar ke kamar no 101 untuk bisa beristirahat. Khanza p masih menikmati suasana kamar yang begitu indah, ditambah balkon yang didepannya dihadapkan pada sebuah pemandangan kota Bali yang sangat indah. Serta pemandangan sebuah laut yang terhampar dibawahnya.
"Sini deh mas, indah sekali," ujar Khanza yang merasa takjub dengan pemandangan yang dilihatnya.
"Iya sayang indah," jawab Azam yang segera menghampiri Khanza ke balkon.
Mereka pun menikmati keindahan kota Bali yang begitu indah. Pemandangan yang tidak akan ditemukan dimanapun juga. Khanza berdiri diatas balkon, sedangkan Azam memeluknya dari belakang bak seorang artis dalam film Titanic yang sedang berada diatas kapal pesiar besar.
Keesokan harinya, mereka berdua sudah bersiap dan akan sarapan di restoran hotel. Setelah selesai sarapan, pukul 9 nanti mereka akan dijemput untuk memulai aktifitas hari ini. Pertama-tama tempat yang akan mereka kunjungi adalah sebuah studia foto untuk foto session pengantin dalam busana adat Bali. Azan dan Khanza pun melakukan sesi foto dengan menggunakan baju adat pengantin Bali. Sungguh ini merupakan kali pertama mereka melakukan hal ini.
"Kamu cantik sekali Khanza," puji Azam yang melihat istrinya begitu cantik dan terlihat begitu berbeda karena menggunakan baju Bali.
"Makasih mas, kamu juga kelihatan lain mas tambah tampan," ujar Khanza yang membalas pujian Azam.
Mereka pun melakukan sesi foto untuk beberapa kali jepretan. Dan hasilnya pun sangat memuaskan. Baju adat yang begitu elegan ditambah pemandangan kota Bali yang semakin menambah keindahan foto itu. Setelah puas berfoto ria perjalanan pun dilanjutkan dengan mengunjungi pusat pembuatan batik didaerah Batubulan dan juga akan mengunjungi pengrajin perak didesa Celuk.
Lalu perjalanan dilanjutkan menuju ke Kintamani menikmati indahnya panorama Gunung Batur sambil menikmati makan siang. Selesai menikmati makan siang perjalanan pun kembali dilanjutkan menuju Pura Tirta Empul yang terkenal dengan mata air sucinya.
Hampir seharian penuh acara itu dilaksanakan. Karena hari ini merupakan hari terakhir, Azam dan Kanza pun berbelanja oleh oleh-oleh yang akan mereka bagikan nanti untuk keluarga serta orang tua dan beberapa teman terdekat mereka. Mulai dari gantungan kunci, baju, dan beberapa makanan khas Bali pun tidak lupa mereka beli.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan maz? Aku rasa ini udah lebih dari cukup," ujar Khanza yang merasa jika suaminya terlalu berlebihan.
"Tidak sayang hanya ini saja, lagian kita juga kan lagi liburan. Jadi apa salahnya sekali-sekali membeli hal begini," jawab Azam yang merasa biasa saja.
"Ya sudah terserah kamu saja mas," tanpa ingin berdebat panjang Khanza pun menuruti saja apa kata suaminya.
Setelah puas berbelanja untuk buah tangan, mereka pun kembali ke hotel. Dan acara itupun ditutup dengan acara makan malam romantis di Jimbaran. Setelah acara makan malam selesai mereka pun segera bergegas ke hotel untuk beristirahat sebab besok mereka harus segera pulang ke Jakarta.
Keesokan harinya setelah mereka melakukan sarapan, mereka pun segera bergegas ke bandara untuk pulang. Setibanya dibandara, mereka pun segera menaiki pesawat yang sebelumnya sudah mereka pesan. 2 jam kemudian akhirnya mereka tiba di Jakarta. Perjalanan yang singkat tapi berkesan. Walaupun hanya 3 hari 2 malam, tapi bagi Azam dan Khanza itu sudah cukup. Beberapa hari berada di Bali membuat mereka cukup senang.
Beberapa bulan pun berlalu, kini tak terasa pernikahan mereka sudah berjalan 6 bulan. Sebuah pernikahan di awal memang masih terasa manis. Tak terkecuali bagi mereka yang masih merasakan manisnya pernikahan sebagai pengantin baru.
Begitupun dengan Khanza yang masih merasakan manisnya pernikahan. Akan tetapi setelah beberapa bulan berlalu, Khanza merasa ada yang aneh pada diri suaminya. Khanza merasa jika Azam yang ia kenal dulu saat pacaran, kini berbeda. Azam sepertinya tidak rela dengan uang bulanan yang ia berikan, Khanza gunakan untuk keperluan sehari-hari. Bahkan Azam selalu menanyakan kemana sisa uang belanja yang ia berikan. Padahal Khanza menggunakan uang pemberiannya itu hanya untuk ia pakai untuk keperluan rumah tangga.
"Mas, aku minta uang untuk membeli lisptik mas," ujar Khanza yang merasa tidak enak saat meminta uang untuk keperluan pribadinya.
"Bukankah seminggu yang lalu aku sudah memberikan uang gajiku kepadamu?" jelas Azam.
"Iya mas aku tahu, tapi aku pakai uang itu untuk keperluan bayar listrik, sama belanja bulanan mas," jawab Khanza yang merasa bingung harus menjawab apa.
Mendengar hal itu tidak membuat Azam mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan Khanza. Yang ia tahu hanya memberikan uang yang cukup dan sampai untuk satu bulan. Sehingga Azam tidak perlu lagi memberikan uang kepada Khanza.
"Aku tidak akan memberikanmu lagi uang, sebab satu minggu yang lalu aku sudah memberikan uang untuk satu bulan ke depan," tegas Azam sambil berlalu kekantor tanpa berpamitan terlebih dahulu.
Mendengar hal itu membuat Khanza tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menangis. Khanza tidak menyangka jika suaminya akan berbicara seperti itu kepadanya. Padahal Khanza adalah istrinya sendiri, yang merupakan tanggungjawab Azam setelah menikahinya.
Khanza bahkan rela keluar dari pekerjaannya hanya agar ia dapat menjadi seorang istri yang sesungguhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!