Gadis berambut coklat keemasan memarkirkan mobilnya di halaman rumah berlantai dua dengan warna yang lebih didominasi krem. Setelah dirasa sudah cukup, dia langsung turun dari mobil dengan wajah angkuh yang memang sudah tercetak sejak lahir. Rensi membuka pintu mobil dibagian penumpang dan menatap barang belanjaannya dengan cermat.
Banyak. Jelas, karena memang hobinya hanya berbelanja dan juga liburan. Saat ini dia tengah memasuki semester sembilan. Sayangnya, dia tidak memikirkan skripsi dan bahkan banyak sekali nilai yang tidak lulus pada mata kuliah sebelumnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanya bermain dan bersenang-senang. Untuk apa terlalu banyak bekerja, lagi pula dia akan tetap bekerja dan memiliki aset keluarganya. Papanya seorang penguasaha properti sukses dan Rensi yakin, ayahnya hanya akan mewariskan semua kepadanya.
“Vinda,” teriak Rensi dengan suara lantang.
Dia hanya diam di depan mobil dengan tangan yang masih megetuk pintu pelan, matanya menatap pintu rumahnya yang belum juga terbuka. Kemana, Vinda? Rensi menghela nafas kasar saat Vinda tidak juga turun.
“Vinda!” teriak Rensi semakin kencang.
Tidak lama, suara pintu di buka dan menampilkan Vinda dengan pakaian santai dan kacamata bertengger membuat Rensi menyeringai meremehkan. Dia menatap saudara tirinya itu dengan tatapan meremehkan.
“Darimana aja sih, kamu?” tanya Rensi dengan nada kesal.
“Maaf, tadi masih jalan,” ucap Vinda yang sudah tau apa yang harus dikerjakan. Seperti sudah terbiasa, Vinda langsung menuju ke arah pintu belakang dan mengambil semua paper bag yang ada di sana.
“Ini semua punya kamu, Ren?” tanya Vinda tidak percaya dengan apa yang dibawanya. Hampir dua puluh lima paper bag dan itu semua dari nama toko yang berbeda.
Rensi merasa tidak suka dengan pertanyaan Vinda dan menatap tajam. “Memangnya kenapa? Ada masalah?”
Vinda baru akan menjawab, tetapi suara berat dari arah belakang membuatnya mengurungkan niat. Vinda membalik badan dan menatap seorang pria berusia empat puluh lima tahun tengah menatap kearah mereka dengan senyum tulus. Senyum yang sudah dirindukan Vinda beberapa hari ini.
“Ayah,” ucap Rensi mendahului Vinda dan langsung memeluknya. Vinda yang melihat hanya menundukan kepalanya lemah dan berusaha tegar. Dia juga ingin memeluk ayahnya, tetapi dia yakin Rensi tidak akan merelakannya.
Beni menatap Vinda dengan senyum yang masih tidak dihilangkan. Ada beberapa paper bag yang dibawa Vinda dan itu membuat Beni bertanya. Dia cukup mengenal anaknya tersebut dan dia yakin itu bukanlah belanjaan Vinda.
“Vinda, itu belanjaan siapa?” tanya Beni dan itu membuat Rensi yang masih bergelanyut manja ikut menatap Vinda.
“Rensi, Ayah,” jawab Vinda dan mendapat tatapan tidak mengenakan dari Rensi. Dia enggan menjadi sasaran pertanyaan dari ayahnya.
Rensi yang ditatapan ayahnya tajam hanya tersenyum ringan, menampilkan wajah penuh penyesalan yang sudah dibuat-buat. Padahal dia sendiri tidak merasa menyesal sedikit pun. “Maaf,” ucap Rensi sembari memegang kedua telinganya. Dia sering menirukan apa yang dilakukan oleh Vinda dan itu membuatnya menjadi terbiasa. Bedanya, kalau Vinda melakukannya dengan perasaan bersalah, sedangkan rensi hanya untuk main-main dan mengelabuhi ayahnya.
“Baiklah,” jawab Beni memaklumi, “tetapi, bawa sendiri belanjaannya,” celetuk Beni tidak tega melihat Vinda membawa sebegitu banyaknya paper bag.
Rensi menatap Vinda dan memanyunkan bibir. Meski seperti merajuk, matanya mengisyaratkan lain agar Vinda membelanya supaya ayahnya tidak menyuruhnya. Vinda tau dan cukup untuk menolak, tetapi dia memilih lain dan mengiyakan permintaan Rensi.
“Gak usah, Ayah. Biar Vinda saja,” ucap Vinda dan langsung masuk ke dalam. Sebelum ayahnya menanyakan hal lain dan jelas dia tidak akan pernah bisa berbohong. Vinda cukup tau keberadaannya dan sadar dengan siapa dirinya. Seorang gadis yatim piatu yang kemudian mendapatkan kasih sayang dan juga keluarga. Dia tidak mau menjadikan kebahagiaan ayahnya lenyap jika dia mengatakan semuanya.
Sedangkan di luar, Rensi merajuk meminta dibelikan mobil baru. Beni awalnya menolak, tetapi akhirnya dia luluh dengan syarat mobil Rensi diserahkan kepadaVinda dan setuju. Mereka melangkah masuk, meninggalkan halaman luas dengan gerbang yang masih terbuka. Membiarkan sepasang mata menatapnya dengan tatapan memuja.
____
Setelah mendapatkan alamat rumah malaikatnya, dia langsung menghampiri dengan kecepatan penuh. Michael memang gila karena dia hanya memberikan foto saat dirinya masih berusia sebelas tahun dan gadis kecil tersebut berusia sembilan tahun. Sedangkan usianya saat ini sudah mencapai dua puluh enam tahun. Namun, saat dia sampai, anak buahnya langsung menghampiri mobilnya dan masuk.
“Malam, Bos,” ucap Roy dengan wajah masih menunjukan keseriusan.
Michael hanya diam dan mengawasi rumah yang didalamnya terdapat dua gadis dan satu pria berusia empat puluh lima tahun. Dia masih hafal dengan wajah Beni karena tidak banyak berubah meski sudah berpuluh-puluh tahun tidak bertemu. Rasanya hari ini kebahagiaannya sempurna.
“Cantik,” gumamnya dengan senyum yang masih menghiasi.
Michael menatap lekat Rensi yang masih bergelanyut manja di lengan Beni. Setelah puas, dia menatap Roy yang sudah mengeluarkan amplop hitam hasil penyelidikannya.
“Jadi, apa yang kamu dapat?” tanya Michael dengan wajah serius.
“Namanya Rensi. Dia merupakan salah satu mahasiswi di Tama University jurusan Bisnis. Saat ini dia berada di semester sembilan dan belum pernah melakukan bimbingan skripsi sama sekali.”
“Siapa pembimbingnya?” tanya Michael tanpa melepaskan pandangannya dari Rensi. Dia memang mengenal gadis kecil yang dulu sempat menolongnya, tetapi dia tidak mengetahui siapa nama gadis tersebut karena saat dia sadar, gadis tersebut sudah diseret paksa oleh ibunya.
Michael menghembuskan nafas perlahan mengingat kejadian tersebut. Dia tidak bisa menolong dan hanya diam ketika malaikatnya mendapatkan sisksaan. Dia juga sering mengintip dari celat pagar dan melihat penyiksaan terus berlanjut. Michael kecil tidak berani masuk karena takut dialah penyebab kemurkaan wanita dewasa tersebut.
Michael menitikan air mata ketika mengingatnya. Helaan nafas terdengar berat dan matanya langsung menatap Roy yang ternayata sejak tadi memperhatikannya. “Siapa pembimbing gadis tersebut?” tanya Michael dengan suara yang mulai sinis karena Roy tidak merespon ucapannya.
“Mr. Wilson.”
“Katakan kepadanya untuk meluluskan dan memperlancar skripsi Rensi. Katakan kepada pihak kampus untuk semua nilai dibuat sempurna,” titah Michael membuat Roy membelalak.
Michael tau seisi kampus tersebut. Dia tau karena memang kampus tersebut adalah milik keluarganya. Keluarga Aditama dan dia bisa melakukan apapun yang diinginkannya. Meluluskan Rensi adalah misinya agar malaikatnya tidak lagi mengalami kesulitan.
Roy hanya mengangguk pasrah dan mengiyakan apa keinginan bosnya. Tangangannya kembali membuka amplop coklat yang sudah digengamnya dan mengeluarkan kertas bertempelkan foto seorang gadis dengan senyum manis. Roy memperhatikannya lekat dan menghela nafas ketika membaca semua tentang gadis tersebut. Andai gadis yang dicari bos adalah dia, akan jauh lebih baik, pikir Roy dalam hati.
Roy kembali menatap Michael yang masih setia memperhatikan Rensi dan ayahnya masuk ke dalam rumah. “Maaf, Bos. Saya memiliki satu info lagi mengenai gadis bernama…”
“Sudah. Tugas kalian selesai. Kalian sudah menemukannya,” potong Michael tegas karena yang dibutuhkan olehnya hanya mengenai Rensi, malaikat kecilnya.
“Tetapi, ada…”
“Aku tidak membutuhkan info mengenai asisten rumah tangganya,” desis Michael dan membuat Roy langsung diam, “sekarang kembalilah ke kediaman Ayah dan jangan katakan apapun.”
Roy hanya mengangguk dan langsung keluar dari mobil tersebut. Michael masih menatap rumah tersebut sampai seorang gadis keluar dari rumah dan menutup pintu. Michael menatap lekat dan merasa mengenal gadis tersebut. Vinda yang tidak sadar hanya menutup pintu dan segera masuk ke rumah.
Michael mengabaikan pikirannya dan hanya merasa itu karena dia kelelahan. Jadilah dia memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Esoknya, dia akan menyusun rencana mendekati Rensi.
“Aku akan mendapatkanmu, Rensi,” ujarnya dengan perasaan yakin.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Titin Rahmatilah
salh orang yang harusnya Vinda
2022-01-24
0
Priskha
salah bkn Rensi tp Vinda thor....
2021-07-28
0
Mira Wahyuni
kau salah orang michel....bukan rensi tp vinda wanita yg kau cari 😊
2021-07-12
0