Om Duda I Love You

Om Duda I Love You

Pertemuan Pertama

Siang ini udara terasa panas. Terdengar suara tangisan seseorang. Yunda yang sedang asik menggoreng beberapa aneka gorengan untuk ia jual di warung kopi miliknya, jadi tersentak.

"Siapa siang-siang gini ada yang nangis?" gumam Yunda, heran. Terlebih warung juga sedang sepi. Para puruh pabrik dekat tempat ia berjualan juga belum pada keluar untuk istirahat. Lalu siapa yang nangis.

Untuk meredakan rasa penasaran, Yunda pun mematikan kompor. Melangkah keluar dapur. Tentu saja untuk mencari arah suara tersebut.

Betapa terkejutnya Yunda, terlihat di depan warungnya seorang anak laki-laki sedang menangis sendirian.

"Hay, Sayang. Kenapa sendiri? Di mana ibumu?" tanya Yunda sembari berjongkok di depan bocah tersebut.

"Aku.. aku.. aku tersesat," jawab bocah tersebut dengan tangis masih menghiasi suaranya.

"Ya, Tuhan... di sini panas, Sayang. Masuk ke warung Kakak, Yuk!" ajak Yunda.

Beruntung bocah tersebut pun menurut. Mau ikut Yunda masuk ke dalam warung tersebut.

"Kamu sudah makan, Sayang?" tanya Yunda lembut.

Bocah tampan itu menggeleng.

"Ya Tuhan, kasihan sekali. Sebentar, Kakak ambilkan makan dulu ya. Mau kan?" tawar Yunda.

Bocah tersebut pun kembali mengangguk. Sepertinya dia memang lapar.

Beruntung, hari ini menu jualan sayur Yunda tidak pedas. Ia memasak soto Lamongan sesuai reques para pelanggannya.

Yunda keluar dapur membawa semangkok soto dan teh manis. Dengan sabar ia pun menyuapi bocah itu.

"Enak, Sayang?" tanya Yunda pada bocah tersebut.

Bocah itu pun mengangguk, tersenyum dan terus mengunyah makanan yang disuapkan padanya.

"Kamu lapar ya?" tanya Yunda lagi.

"Iya, Xavi lapar, Kakak."

"Oh kasihan. Nama kamu Xavi ya. Rumah kamu di mana? Xavi ingat tidak?" tanya Yunda lagi.

Xavi menggeleng. Lalu Yunda pun berinisiatif mencari sesuatu di dalam tas bocah tersebut. Tak lama, ia pun menemukan secarik kertas. Seperti kartu Identitas seseorang.

"Bapak Richard Dawkins. Astaga ini siapa? namanya susah sekali dibaca," gumam Yunda, sedikit merasa aneh. Sebab nama yang tertulis di sana seperti nama orang asing. Tapi melihat wajah Xavi yang kebule-bulean, membuat Yunda yakin jika kartu nama tersebut pasti ada hubungannya dengan bocah ini.

"Richard Dawkins, ini siapanya kamu, Sayang?" tanya Yunda.

"Papi, tapi Xavi no Papi. Xavi mau di sini saja," jawab bocah tampan itu.

Yunda tersenyum. Mungkin bocah ini sedang marahan dengan ayahnya. Itu sebabnya dia enggan di antar ke ayahnya.

"Oke, Oke... apakah saat ini kalian sedang marahan?" pancing Yunda.

"Yes, papi suka marah," jawab bocah itu lugu.

"Kenapa?"

Bocah tampan itu menggeleng. Ia sengaja tak mau memberi tahu Yunda, kenapa mereka bertengkar.

"Baiklah, Kakak nggak akan paksa kamu buat cerita. Kamu juga boleh di sini, kapanpun kamu mau. Tapi, Kakak harus kasih tahu papimu kalo kamu ada di sini. Biar apa? Biar papimu tidak khawatir! Oke!" ucap Yunda, mencoba bernegosiasi dengan bocah tersebut.

"No, I hate papi."

"Ehh, nggak boleh gitu. Kita harus tetap sayang sama orang tua. Karena mau bagaimanapun dia orang tua kita, oke." Yunda mengelus pipi bocah tampan itu. Lalu ia pun tersenyum.

Xavi mengangguk. Menyetujui ucapan Yunda.

"Yuk lanjut makan lagi, setelah itu, kamu boleh berbaring di tempat kakak. Kakimu pasti lelah setelah seharian berjalan. Oke!" ucap Yunda.

Xavi menyetujui. Sepertinya ia menyukai Yunda. Hingga apapun yang Yunda katakan, ia menyetujui dan tak pernah melawan.

***

Siang berganti malam, suasana kediaman seorang Tuan Besar terasa seperti neraka. Bagaimana tidak? sang pemilik rumah, Richard Dawkins, marah besar, sebab para pegawainya tidak becus menjaga anak semata wayangnya.

"Kerja kalian apa saja sih? Kenapa jaga bocah sekecil itu tidak becus. Bagaimana bisa dia pergi tapi tak ada satupun di antara kalian yang tahu. Astaga! Kalian membuatku pusing saja. Cari dia sekarang!" perintah itu terdengar menggelegar di setiap sudut ruangan. Tentu saja, semua pegawai di rumah mewah itu pun menggigil ketakutan.

"Cek semua CCTV, cari ponsel yang biasa di pegang Xavi. Periksa tas yang dia pakai. Cari apapun yang bisa kasih kita petunjuk! Yang lain cari di lapangan!" pinta pria itu lagi, tentu saja dengan emosi tak terkendali.

Tak ayal, semua pegawai segera melaksanakan perintah itu. Separo dari mereka segera mengecek CCTV, kamar dan barang-barang milik tuan muda mereka. Sedangkan yang lain, langsung menyisir lokasi yang dicurigai.

Bukan hanya Richard yang tak habis pikir dengan kelakuan aneh putranya. Para pegawai di sana tidak menyangka, bahwa bocah sekecil itu bisa mengelabui seisi rumah. Bukankah ini membingungkan?

Richard menghela napas kasar, ingin rasanya ia menembak semua orang yang ada di rumah ini. Kenapa mereka begitu bodoh sampai bisa di kelabu oleh bocah sekecil itu.

Richard bertambah kesal ketika melihat cara Xavi kabur. Bocah tersebut menunggu semua orang sibuk. Melepar tasnya terlebih dahulu dari jendela. Lalu merangkak di sela-sela tanaman. Setelah itu ia berlari di belakang pos security. Melihat security lengah, ia pun membuka pintu kecil. Dengan kecerdikan yang ia miliki, Akhirnya Xavi pun bisa meloloskan diri dari perhatian para pekerja di rumahnya.

"Astaga! cerdik sekali dia," gumam Richard, kesal.

Sayangnya, tas yang di bawa oleh bocah itu bukan tas yang dikhususkan untuknya. Tas yang sudah diisi dengan chip, agar sang ayah bisa dengan mudah mencari keberadaannya.

"Apakah dia ada dapat telpon seseorang yang mencurigakan hari ini?" tanya Richard pada dua ajudan yang menggantikan babysitternya sudah satu minggu ini izin pulang.

"Tidak, Tuan. Tuan Muda tidak menerima telpon dari siapapun," jawab salah satu ajudan itu.

"Astaga! Kenapa ini anak? Bisa-bisa nya dia kabur!" gumam Richard lagi. Di detik berikutnya, ia pun ingat bahwa tadi pagi dia dan Xavi bersitegang. Xavi menginginkan sesuatu tapi Richard melarang. Mungkinkah itu penyebab dia kabur.

"Aahhhh, dasar tukang merepotkan!" umpat Richard kesal.

Bersambung...

Sambil nunggu novel ini update, kalian bisa tongkrongin karya emak yang lain.

ini salah satunya... cekidot😍

Terpopuler

Comments

Bunda

Bunda

nyimak

2023-01-30

0

Zahra Dara Jelita

Zahra Dara Jelita

bocah berapa tahun kak

2022-12-29

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa

2022-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!