Dituduh Menculik

Di dalam mobil para preman itu, Xavi terus memeluk Yunda. Duduk dipangkuan Yunda. Seakan Yunda adalah ibunya.

Sayangnya Yunda tidak bisa membalas pelukan itu. Sebab tangannya diikat. Meski begitu, tak menyurutkan niat hati Xavi untuk tetap memeluk perempuan yang ia sayangi ini.

Sesampainya di rumah mewah milik Xavi dan orang tuanya, Yunda terlihat terpesona dengan keindahan dan kemewahan rumah itu. Sangking terpesonanya, gadis ini sampai tidak melihat kedatangan seorang pria tampan dengan tatapan tajam ke arahnya.

"Lepaskan ikatan mulutnya, aku ingin mendengar alasan dia menculik putraku!" pinta pria bernama Richard Dawkins itu.

"Siap, Bos!" jawab salah satu dari mereka, terlihat bangga karena berhasil menangkap wanita yang disinyalir sebagai penculik Tuan Muda di rumah ini.

"Aku tidak menculik anakmu, Om. Sumpah! Dia tersesat. Lalu aku menolongnya, kalo tidak percaya, tanyakan saja padanya" ucap Yunda. Sedangkan Xavi sendiri tak mampu bericara, ia juga ketakutan melihat wajah ayahnya yang terlihat marah itu.

"Siapa yang memberimu izin bicara di sini?" tanya pria itu, masih dengan tatapan super dingin.

"Tapi, Om... kan saya memang tidak menculik. Saya menemukan putra Anda tersesat," jawab Yunda, dengan mimik wajah ketakutan.

"Diam! Siapa yang menyuruhmu bicara!" bentak Richard lagi.

Yunda langsung diam. Namun ia memberanikan diri mencuri pandang pada pria galak itu. Entahlah.. antara takut dan tidak. Tapi Yunda penasaran.

"Bawa Xavi ke kamar. Bersihkan tubuhnya, ganti bajunya. Baju apa yang dia pakai itu. Buruk sekali!" ucap pria gagah itu.

"Baik, Tuan!" pria tersebut langsung membawa Xavi ke kamar. Padahal Xavi enggan. Ia mau bersama Yunda. Namun tatapan mata ayahnya berhasil membuat bocah berusia empat tahun ini mengalah. Terpaksa dia pun ikut dengan penjaganya.

"Jangan menatap papi seperti itu, Xavi. Lihat bajumu, jelek begitu. Bau lagi!" ucap Richard lagi.

Spontan, Yunda yang merasa terhina pun langsung tancap gas, "Anda jangan menghina ya, itu aku yang beli. Itu seleraku, enak saja! Dia harum sudah ku mandikan tadi. Sudah pakek minyak telon dan parfum. Enak saja anda menghina!"

"Eee... kamu berani padaku ya. Dia putraku, Bodoh! Jadi suka-suka aku lah!" Richard mendekati Yunda, menatap gadis menyebalkan ini.

"Kalo dia putramu, kenapa Anda lalai menjaganya. Sampai dia kelaparan dan kehausan?" tantang Yunda.

"Bukan aku yang lalai, tapi para penjaga bodoh itu. Aku kerja, mana ku tahu kalo dia kabur!" jawab Richard, kali ini sedikit merendahkan nada bicaranya.

Namun Yunda masih telihat kesal.

"Di mana kau temukan putraku?" tanya Richard.

Yunda enggan menjawab. Sebab ikatan tangannya masih belum dilepaskan.

Richard tahu jika gadis muda yang ada di depannya ini pasti marah dengan dirinya dan dengan para ajudannya itu. Ia pun langsung memberi kode pada para ajudannya untuk melepaskan ikatan tangan tersebut.

Benar saja, setelah ikatan itu di lepas, Yunda langsung memberikan tatapan sinis pada pria yang melepaskan ikatan tangannya.

"Ceritakan padaku, di mana kau menemukan putraku atau benar kata mereka, kau menculiknya?" tanya Richard.

"Eeee... enak saja. Anda jangan asal nuduh ya. Saya tidak menculik putramu, Om. Saya menemukan dia menangis di depan warungku," jawab Yunda, jujur.

"Baik, terima kasih!" ucap Richard seraya beranjak dari tempat duduknya. Lalu hendak melangkah meninggalkan ruangan itu. Tapi sebelumnya, ia berpesan pada anak buahnya untuk mengantarkan Yunda pulang dan memberikan gadis itu hadiah serta tetap mengawasi gadis itu. Sebab Richard tidak percaya, bahwa gadis ini hanya menemukan putranya. Richard yakin, jika Yunda memiliki maksud terselubung mendekati putranya.

"Baik, Tuan. Kami akan terus mengawasi penculik ini," ucap pria berjaket hitam itu.

Sayangnya Yunda tidak tuli, ia mendengar jelas pria itu berkata bahwa dirinya adalah penculik serta memiliki niat terselubung mendekati Xavi. Membuat Yunda meradang. Namun, ia Yunda mencoba tak peduli. Toh setelah ini mereka tidak akan bertemu lagi.

Di dalam mobil ...

Yunda tetap berusaha tenang berada di tengah-tengah orang-orang menyeramkan ini. Sebab ia tahu, saat ini sedang diawasi oleh mereka.

"Ini hadiah dari Tuan Bos, ambilah!" ucap pria itu sembari menyodorkan amplop putih berisi segepok uang.

"Tidak, aku tidak mau. Aku ikhlas menolong Tuan Muda kalian!" jawab Yunda.

"Kami tidak percaya kalo kamu cuma nolongin dia. Kamu sengaja membujuknya agar mau ikut denganmu kan?" ucap pria itu.

"Kau gila! Aku bukan orang seperti itu!" balas Yunda marah.

Tak mau berdebat dengan para pria bodoh ini, Yunda pun memilih diam. Namun tak dipungkiri bahwa saat ini perasaannya telah terpisah pada Xavi. Ia sangat kasihan pada bocah kecil itu. Karena Yunda yakin, bocah itu pasti tertekan oleh ketegasan ayahnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Winsulistyowati

Winsulistyowati

Asiik Critanya Thor.. Mampir aku Thor🖐️

2022-12-29

1

Aulia Finza

Aulia Finza

marathon ini bacanya

2022-08-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!