Satu minggu kemudian....
Pagi yang indah. Seperti biasa, Yunda bersiap membuka warung kopi miliknya. Namun, Yunda dikejutkan dengan kehadiran seorang bocah tampan. Sedang duduk manis di depan warungnya.
"Hay... Xavi... Kok udah di sini aja? Sama siapa?" tanya Yunda senang.
"Hehehe... Xavi kangen kakak. Xavi sama tuuu!" jawab bocah tampan itu sembari menunjuk beberapa ajudan yang menemaninya.
"Astaga! Dasar pangeran. Yuk masuk-masuk. Suruh ajudanmu itu masuk. Biar Kakak buatkan kopi. Gratis, oke!" ucap Yunda, semangat.
"Oke! Kakak baik sekali. Xavi rindu," balas bocah tampan itu.
"Emmm, manisnya.. Kakak juga rindu. Yuk masuk, kita ngobrol di dalam!" ajak Yunda, seraya membuka pintu warungnya. Tak lupa ia juga membuka jendela di kanan kiri serta depan warungnya.
Warung sudah terbuka lebar. Yunda segera ke dapur untuk menyalakan kompor. Memasak air panas untuk membuatkan ketiga ajudan Xavi kopi. Tak lupa ia juga menyuguhkan beberapa kudapan yang sudah ia masak di rumah untuk ketiga ajudan itu.
"Sayang, apakah kamu sudah sarapan?" tanya Yunda, manis.
Xavi memanggil Yunda dengan memberi kode. Lalu ia pun meminta Yunda mendekatkan telinga.
"Ada apa?" tanya Yunda.
"Xavi sengaja belum makan. Xavi ingin makan mie goreng buatan kakak. Tolong jangan kasih tau mereka ya!" bisik bocah tampan itu.
"Astaga! Dasar anak nakal!" Yunda tersenyum. Lalu mencium manja bocah tampan ini.
"Apapun untukmu, Sayang. Emmm, ngomong-ngomong, tadi pas ke sini izin sama papi tidak?" tambah Yunda.
"E em... papi sedang ke luar negeri." Bocah tampan itu tersenyum manis.
"Hah? Lalu?"
"Xavi merengek pada mereka. Xavi ancam mereka," bisik bocah tampan ini jujur.
"Astaga! Dasar Tuan Muda jahil. Dah lah... pokoknya nanti kalo papi kamu marah, Kakak nggak mau tanggungjawab," jawab Yunda, gemas.
"Tenang saja, papi tidak akan marah. Kan Xavi pandai merayu," jawab bocah tampan itu sembari tersenyum bahagia tentunya.
Bagaimana Yunda tidak gemas jika begitu? Tingkah menggemaskan sekaligus kecerdasan Xavi, nyatanya memberikan kesan tersendiri untuk Yunda. Sehingga wanita ini tidak bisa marah pada bocah jahil itu.
"Baiklah, tunggu sebentar, Honey. Kakak akan buatkan makanan untukmu. Lalu kopi dan kudapan untuk mereka. Biar mereka bisa jaga rahasia kita. Oke!" ucap Yunda dengan senyum manisnya. Sedangkan Xavi hanya mengacingkan jempol untuk sahabat terbaiknya itu.
Beberapa menit berlalu, kopi dan kudapan untuk ketiga ajudan Xavi pun siap. Mereka bertiga hanya diam, sungkan, sebab pernah menangkap Yunda dan menuduh gadis itu sebagai penculik tuan muda mereka.
"Terima kasih, Neng," ucap salah satu dari mereka.
"Oke! Tapi jangan sangka aku penculik lagi. Aku bukan menculik. Paham?" balas Yunda.
"Baik, Non. Maafkan kami," jawab pria itu.
"Aku memaafkan kalian. Silakan dimakan. Ini gratis. Kalian tenang saja," ucap Yunda, sedang.
"Baik, baik! terima kasih banyak."
"Emm!" jawab Yunda. Kemudian ia pun kembali ke dapur untuk menyiapkan dagangannya, di temani oleh Xavi tentunya. Sedangkan ketiga ajudan itu hanya memerhatikan.
Jujur mereka ikut senang melihat tuan muda begitu ceria saat bercengkrama dengan gadis biasa itu. Mereka seperti melihat ibu dan anak sedang melepaskan rindu. Kadang memeluk. Kadang tertawa. Kadang Xavi di gelitik. Pokoknya mereka bertiga seperti baru melihat sisi lain dari seorang Xavi. Anak yang mereka kenal pendiam dan murung. Nyatanya bisa seceria itu ketika bertemu dengan seseorang yang menyayanginya dengan tulus.
Sayangnya, apa keakraban antara Xavi dan Yunda menjadikan seseorang yang melahirkan Xavi marah.
Wanita itu tak terima. Jika putra mahkotanya dekat dengan wanita biasa sekelas Yunda.
Dengan penuh amarah, wanita tersebut pun berniat mendatangi Richard. Tentu saja menagih janji pria itu, bahwa ia akan memberikan kehidupan yang layak untuk Xavi. Bukan malah membiarkan putra semata wayangnya itu dekat dengan seorang wanita yang stratanya tidak sama dengan mereka.
***
Beberapa hari kemudian...
Seorang wanita berjalan dengan angkuhnya menuju sebuah gedung perkantoran yang cukup mewah.
Gedung perkantoran yang disinyalir adalah milik mantan suaminya.
Veronica nama wanita itu. Wanita yang berprofesi sebagai desainer gaun malam berskala internasional itu, terlihat sangat marah.
Benar saja, ketika ia sampai di lantai paling atas perkantoran itu, ia langsung masuk ke dalam ruangan di mana Richard berada. Tanpa memerdulikan orang-orang yang melarangnya.
"Maafkan kami, Tuan. Kami sudah melarang. Tapi Ibu memaksa masuk," ucap Sekertaris Richard.
"Hemmm, tidak pa-pa. Kamu boleh kembali ke ruanganmu," jawab Richard santai.
Veronica kembali melangkahkan kakinya. Mendekati Richard yang saat ini sedang memandangnya dengan tatapan paling malas.
"Ada apa?" tanya Richard pada mantan istrinya itu.
"Katakan padaku, kenapa kamu mengizinkan putraku berdekatan dengan wanita yang tidak dari kalangan kita?" tanya Veronica, to the poin.
Richard mengerutkan keningnya, heran. Heran dengan pernyataan sang mantan istri yang menurutnya tidak masuk akal.
"Sebaiknya kamu tidak udah ngarang. Aku tidak tau apa yang kamu bicarakan!" Jawa Richard, masih santai karena ia sangat tau bahwa mantan istrinya ini adalah ratu drama.
"Aku tidak ngarang. Lihat ini!" Veronica melemparkan beberapa foto yang ia bawa tepat di depan mantan suaminya.
Richard enggan mengambil foto yang menurutnya tidak penting itu. Duda tampan bermata biru ini hanya melirik sekilas foto-foto. Jujur, dalam hati ia terkejut. Tapi ia tahu bahwa sang putra pasti kesepian. Itu sebabnya ia mencari sosok wanita yang dianggapnya nyaman.
"Apa yang salah dengan foto ini? Kenapa kamu heboh sekali? Bukankah wajar kalo putra kita berteman dengan seseorang yang pernah menolongnya," bela Richard.
"Apa? Menolongnya? Please Richard, jangan ngarang. Atau kamu yang memiliki hubungan special dengan wanita murahan itu?" desak Veronica, emosi.
Richard menatap Veronica dengan tatapan menahan tawa. Ia tahu bahwa saat ini sang mantan istri sedang cemburu.
"Aku dekat dengannya atau tidak? Apa urusannya dengamu? Bukankah kita sudah cerai?"
"Kita memang bercerai, tapi kesepakatan menjadi couple parent jangan kamu abaikan dong!" jawab Veronika, kesal.
"Astaga! Kenapa baru sekarang kamu menyadarinya. Selama ini kamu ke mana saja? Xavi besar dengan keringatku, dengan kasih sayangku, dari cucuran air mataku. Sebagai ibu, memangnya kamu pernah nglakuin apa ke dia? Memangnya kamu lupa, sehari setelah melahirkan dia, kamu tinggalkan dia dan memilih lari dengan pria lain. Apakah itu yang kamu sebut couple parent, ha?" balas Richard tak mau kalah.
"Sekarang aku sudah berubah, Richard. Aku ingin putraku. Kamu nggak lihat, sekarang aku mendaftar menjadi guru di sekolahnya," jawab wanita itu lagi.
Richard tertawa. Tertawa sekenceng mungkin. Menertawakan kekonyolan sang mantan istri.
Bagaimana tidak? Selama ini, ketika Xavi sakit, sekalipun ia tak pernah datang menjenguk. Bahkan ketika bocah tak tau apa-apa itu di opname beberapa hari hingga hampir kehilangan nyata.
Dan sekarang, wanita ini datang mempertanyakan baktinya pada sang putra. Bukankah ini seperti lelucon.
Richard tertawa.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Aulia Finza
hah!!!ninggalin anak???gila
2022-08-13
1
Dewi Ariyanti
ngak didunia nyata dan didunia halu pasti ada aja ya seorang ibu yang tega ninggalin anaknya demi laki2 lain terus nanti pas sudah besar si ibu pasti ngedrama untuk mendekati anaknya
2022-08-06
0