Istri Muda Tuan Galuh

Istri Muda Tuan Galuh

1.1

"Semua karena anak haram kayak kamu ini! Ibumu yang j*l*ng itu sudah merusak rumah tanggaku. Harusnya kamu itu tidak usah dilahirkan!"

Teriakan dari seorang wanita berumur 30 tahunan itu bergema di ruang tamu sebuah rumah megah. Wajah sang wanita paruh baya memerah, akan amarah dan benci yang dia rasakan. 

"Mama!" ucap si anak perempuan berusia 7 tahun. 

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu. Karena aku bukan Mamamu, anak haram!" teriak sang wanita lagi. 

"Ke--kenapa? Mama juga Mamaku juga, kan?" tanya sang anak perempuan dengan terbata di antara tangis yang tak bisa ia tahan. 

"Aku tidak sudi! Kamu harusnya ikutan mati saja membusuk di neraka sana bersama orang tuamu yang telah menyakiti hatiku ini...."

"Ma!"

Lalu dorongan kasar, membuat tubuh si anak perempuan itu terdorong jatuh dengan posisi menelungkup di lantai keramik itu.

"Kubilang jangan sebut diriku Mamamu, si***n! Pergi kamu dari rumahku, aku tidak sudi lagi menampung anak haram sepertimu!" 

Si wanita paruh baya berlalu pergi menaiki anak tangga menuju lantai dua rumah megah itu. Mengabaikan tetiakan juga isakan pilu dari si anak perempuan yang terus meneriaki dirinya. 

"Ma, tidak! Jangan usir Sisil, Ma. Sisil gak punya tempat tinggal, mau tinggal dimana Sisil kalau Mama usir...."

Si anak perempuan menahan kaki sang wanita yang ia panggil 'Mama'. Menatap memohon dengan linangan air mata yang terus membasahi kulit pipi putihnya. 

"Aku gak peduli! Sekarang juga angkat kakimu dari rumah ini!" ujar sang wanita dengan melepaskan kakinya dari genggaman tangan si anak perempuan. 

"Nggak, Ma! Aku anak Mama, aku gak mau pergi!"

"Sisil!"

Seruan dari seseorang itu membuyarkan lamunan sang perempuan muda yang sedang memandang kosong pada layar monitor komputer.

"Eh! Iya, Bu?" ucapnya linglung.

"Melamun, ya? Ada yang cari kamu tuh di sana," ucap Ibu Anis--sang manager restoran, menepuk bahunya. Menunjuk pada salah satu meja restoran di pojok ruangan, dimana di meja itu ada sosok perempuan cantik yang duduk di kursi menatap ke arahnya.

"Siapa, Bu?" tanya Sisil bingung.

"Katanya keluarga kamu," jawab Ibu Anis.

"Ke--keluarga aku?"

Sisil mengerutkan kening dengan pikiran berkelana. Siapa yang datang berkunjung? Sejak 15 tahun lalu ia diusir dari rumah, tak pernah ada satu orang pun keluarganya yang mencarinya. Lalu, sekarang?

"Sudah. Temuin dulu sana!"

Sisil mengangguk. Meminta temannya untuk menggantikannya sementara di meja kasir.

"Maaf, Mbak cari saya?"

Sisil berdiri di samping meja menghadap wanita cantik dengan penampilan modis, tapi wajahnya tampak pucat.

"Iya. Duduklah. Saya mau bicara sebentar dengan kamu," sahut wanita cantik itu.

Sisil menurut. Duduk di kursi yang berhadapan dengan wanita itu. Dia tahu kalau wanita di depannya bukanlah keluarganya, entah siapa wanita ini dan ingin mengatakan apa padanya.

"Menikahlah dengan suamiku!"

Pricilia Anggraini mengedip-ngedipkan matanya berusaha mencerna apa yang dibicarakan oleh wanita cantik di depannya itu.

"Kamu Sisil, kan?"

Pricilia, yang kerap dipanggil dengan nama kecil Sisil itu, mengangguk.

"Maaf, maksud Mbak ini apa ya? Saya nggak paham," ujar Sisil menyuarakan kebingungannya.

"Aku mau kamu jadi adik maduku dan menikah dengan suamiku...."

Sisil membulatkan netranya, membuka mulut hendak mengatakan jika wanita cantik di depanya ini pasti sudah gila, tapi ia tutup kembali mulutnya.

"Mbak pasti bercanda," ucap Sisil terkekeh mencairkan suasana.

Oh dia tentu kaget. Kedatangan wanita cantik ini ke tempat dia bekerja, dan Ibu Anis yang mengabarkan jika wanita ini ingin menemuinya. Dia saja tidak kenal siapa wanita ini, dan kenapa juga si wanita ini memintanya untuk menikah dengan suaminya.

"Saya serius. Saya sudah mengamatimu sejak lama, dan sering meminta Ibu Anis menceritakan singkat tentang dirimu. Ah ya kenalkan... saya Andin Syahira, pemilik restoran ini...."

Sisil kembali ternganga. Segera saja dia bersikap sopan dan meminta maaf pada wanita di depannya yang baru dia ketahui pemilik restoran tempat dimana ia bekerja sekarang.

"Maaf Ibu... saya nggak tahu kalau Ibu pemilik restoran," ucap Sisil menatap gugup dan tak enak hati.

Wanita yang tadi mengenalkan diri dengan nama Andin itu menggeleng dengan senyum ramah.

"Nggak apa-apa. Bagaimana? Kamu mau menerima tawaran saya? Saya akan memberikan restoran ini untuk kamu dan sebuah rumah jika kamu bersedia menjadi adik maduku."

Sisil kembali tergagap. Astaga, sebenarnya kenapa wanita di depannya begitu gigih mencarikan suaminya istri lagi? Sedangkan, di luar sana bahkan para istri amat membenci akan adanya wanita lain di dalam rumah tangganya.

"Bisa beri saya alasan kenapa harus menyetujui tawaran Ibu?"

Sisil mengamati wajah sendu Andin Syahira. Wanita cantik yang Sisil perkirakan umurnya tak jauh beda dengan Kakak sepupunya.

"Saya tidak bisa menjadi istri yang memenuhi hak batin suami saya, dan juga tidak dapat mengandung...."

Sisil diam. Menyimak cerita dari wanita cantik di depannya. Sesekali ia menghela napas, merasa iba juga sedih akan kisah yang diceritakan oleh wanita di depannya itu.

"Saya mohon... saya sudah tahu banyak tentang kamu, dan berharap kamulah yang akan menemani saya menjalankan peran sebagai istri di sisa umur saya...."

"Ibu bisa mengadopsi anak, kan? Tidak perlu mencarikan suami Ibu wanita lain, yang malah menyakitkan hati Ibu dan suami Ibu sendiri," ucap Sisil.

Andin Syahira menggeleng, "lalu setelah saya meninggal siapa yang akan merawat anak itu dan menemani suami saya?"

Sisil terdiam. Dapat dia lihat jika wanita di depannya ini amat begitu mencintai suaminya. Bahkan merelakan jika suaminya mencari wanita lain agar suaminya tidak tersiksa.

"Sa--saya...."

"Sisil, kumohon...."

Sisil menghela napas, "akan saya pikirkan terlebih dulu, Bu."

Senyum Andin terkembang mendengar jawaban dari Sisil. Meski belum pasti, tapi setidaknya dia punya harapan.

"Baiklah. Aku akan menemuimu lagi seminggu ke depan. Kuharap kamu memberikan jawaban yang menyenangkan, Sil!"

Sisil tersenyum kaku mendengar ucapan Andin. Ia mengangguk ketika Andin Syahira berpamitan dan berlalu dari hadapannya, hingga sosoknya tidak terlihat lagi dari ambang pintu masuk restoran.

"Pembicaraan macam apa itu tadi?" gumam Sisil membuang napas kasar.

Tidak ingin memikirkan akan ucapan wanita tadi, Sisil segera kembali pada pekerjaannya di balik meja kasir. Ya, dia bekerja sebagai seorang kasir di AS'G Restaurant, restoran bergaya klasik modern yang ternyata pemiliknya adalah seorang wanita cantik bernama Andin Syahira itu.

...*****...

"Jangan gila, Sayang!"

Pria tampan yang duduk di ujung ranjang menghadap sang istri dengan tatapan terluka.

"Kumohon, Mas! Demi kamu, dan masa depan kita...."

Pria itu menggeleng. Galuh Putra Kanendra. Pria tampan berusia 30 tahun itu menatap sang istri dengan sorot kecewa dan terluka atas apa yang istrinya ucapkan itu.

"Aku bahagia bersama kamu, Andin. Kita bisa mengangkat anak, tanpa aku harus menikah lagi," ujar Galuh menggenggam jemari sang istri.

Andini Syahira menggeleng dengan netra sayu, "lalu bagaimana dengan kebutuhan batinmu, Mas? Sudah setahun ini kamu tak mendapatkan itu dariku...."

"Aku tidak but--"

"Jangan membohongi diri sendiri, Mas! Kita sama-sama tahu jika kamu butuh itu," sahut Andin dengan netra berkaca-kaca.

"Andin!"

"Aku sudah punya cal--"

"Kita hentikan pembahasan ini ya, sayang! Waktunya untuk istirahat."

Galuh segera menghentikan semua ocehan sang istri. Segera ia membawa istrinya berbaring di ranjang, menyelimutinya dan mengecup sayang kening wanita yang ia cintai itu. Keduanya terdiam, berbaring telentang dengan pikiran berkeliaran.

Ingatan Galuh melayang pada pertemuan pertamanya dengan sang istri lima tahun silam. Pertemuan pertama mereka terjadi ketika Galuh yang saat itu sedang meeting dengan klien di sebuah restoran mewah, dan Andin yang juga sedang makan siang bersama teman-temannya. Mereka tidak sengaja berpapasan saat memasuki pintu restoran dengan bersenggolan lengan, dimana saat itu keduanya memang sedang buru-buru karena sudah terlambat dari waktu janjian. Awalnya kejadian itu, tak berarti apa-apa, tapi pertemuan kedua saat mereka ternyata dijodohkanlah yang membuat benih-benih cinta itu hadir di hati mereka.

Lalu kenyataan menyakitkan yang mereka ketahui setahun lalu, membuat Galuh dan Andin merasakn kesedihan dan kepahitan itu saat Andin divonis penyakit chlamydia, penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Dokter momvonis jika Andin tidak memungkinkan untuk mengandung, dan karena itu juga Andin tidak bisa lagi memberikan hak batin pada suaminya. Andin yang merasa ia tak bisa lagi untuk sembuh, karena penyakitnya ini sudah di stadium akhir, terus mendesak Galuh agar menikah lagi dan memiliki anak dari perempuan lain. Namun, Galuh bukan pria sejahat itu, yang bisa dengan mudah menikahi perempuan lain demi seorang anak, dan menduakan istrinya sendiri. Tidak, dia amat mencintai Andin Syahira, apapun keadaannya. Galuh selalu yakin bahwa kelak istrinya akan sembuh.

......Bersambung..........

Terpopuler

Comments

Eemlaspanohan Ohan

Eemlaspanohan Ohan

aku. mampir

2024-08-22

0

Ibelmizzel

Ibelmizzel

mampir Thor 🌹

2024-08-22

0

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2024-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!