5.5.

Halo, selamat malam teman-teman pembaca maaf aku membuat kalian menunggu sangat lama dan mungkin sudah lupa dengan cerita ini. Mengobati kerinduan kalian aku up 1 bab malam ini, insha allah besok aku bakal up lagi lebih banyak bab doakan semoga lancar dalam menyelesaikan cerita ini.

...Happy Reading.......

"Ngapain masih di situ?"

Sisil memberengut, berjalan masuk mengikuti Galuh yang berjalan naik menuju lantai dua dimana kamar pengantin yang sudah Andin siapkan untuk mereka. Ini sudah malam setelah ikut membantu beres-beres ruang tengah yang dipakai untuk acara sore tadi, kini ruangan itu sudah bersih dari segala sampah dan dekoran pernikahan.

"Kita sekamar?"

Galuh menoleh, menatap datar dan tetap melanjutkan langkahnya menuju lantai dua. Pria itu menuju pintu kamar di ujung lorong, kamar utamanya dengan istrinya--Andin. Ia tidak akan bisa dan tidak akan sanggup berada dalam satu ruangan dengan perempuan bernama Sisil itu.

"Loh, Mas? Kok ke sini?"

Andin yang sudah berbaring di ranjangnya bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjang, menatap suaminya penuh telisik.

"Kamu harusnya di kamar Sisil malam ini," ucap Andin lagi mwnegur suaminya yang sudah melepaskan kancing lengan kemejanya.

Galuh masih diam dan hal itu membuat Andin paham jika suaminya sudah melupakan jika dia punya istri yang baru dia nikahi beberapa jam lalu.

"Mas!"

Galuh menghela napas dan duduk di ujung ranjang dekat kaki Andin.

"Aku belum siap, tolong jangan paksa aku, sayang!" Galuh Putra Kanendra menunduk  memijat kaki sang istri.

Andin menggeleng, "kamu gak boleh bersikap seperti ini, Mas! Kamu harus memikirkan perasaan Sisil...."

"Perasaan perempuan itu? Lalu bagaimana dengan perasaan istriku?"

"Mas! Dia juga istri kamu!" tegur Andin dengan netra menatap tak percaya pada Galuh. Dia tidak menyangka suaminya akan bersikap seperti pria tidak bertanggung jawab.

"Setidaknya temani dia tidur malam ini meskipun kamu tidak menyentuhnya," ucap Andin lembut menggengam tangan suaminya. Mengecupnya penuh kasih.

Galuh menunduk, dan mengangguk terpaksa pada akhirnya. Ia membersihkan diri terlebih dahulh dan mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Sebwlum keluar dari kamarnya dengan Andin, dia mengecup kening istrinya dan membantu wanita itu berbaring tidur.

"Mimpi indah, sayang!" bisiknya lembut.

Andin mengangguk dengan senyum tipisnya. Setelahnya pintu tertutup menandakan jika pria itu sudah keluar. Andin menoleh pada bingkai besar fotret ia dan sang suami. Setetes air mata jatuh mengaliri ujung matanya hingga ke pangkal cuping telinga. Dia ternyata tidak sekuat itu. Merelakan suaminya bersama wanita lain dan berbagi tempat tidur bukanlah hal yang semudah membalikkan telapaka tangan.

"Aku akan mencoba ikhlas, Mas! Semoga kelak kamu bahagia dengannya di saat aku sudah pergi. Aku mencintaimu, Mas...."

...*****...

Sisil mengamati kamar yanga akn ia tempati malam ini. Kamar yang luas dengan fasilitas mewah dan berkelas. Kamar ini bahkan tidak ada apa-aoanya dengan kontrakannya yang atapnya sudah bocor dan lantai semen yang kasar, bahkan kamar mandinya pun sudah rusak. Namun, semua kemewahan ini tidak membuatnya lega ataupun bahagia. Semua ini adalah semu yang bisa kapana saja menenggelamkannya.

Suara pintu kamar yang terbuka mengejutkan Sisil dari lamunannya. Ia menoleh waspada, dan menemukan Galuh Putra Kanendra berdiri dengan wajah datar setelah menutup pintu kamar. Sisil menggigit bibir resah. Kenapa pria itu ke sini sih? Bukankah tadi dia masuk ke kamar istrinya itu.

Sisil masih terpaku berdiir di ujung kaki ranjang dan baru tersadar akan kehadiran Galuh ketika aroma segar dari pria itu menyentuh indra penciumannya. Galuh sudah berbaring telentang dengan lengan menutup matanya tanpa mengatakan apa-apa. Sisil menghela napas dan mengendik bahu acuh. Dia menoleh ke arah sofa di kamar itu dan memilih akan berbaring di sana saja. Mengambil bantal, Sisil sudah siap akan melangkah ke arah sofa sampai suara Galuh terdengar mengisi heningnya kamar.

"Berniat tidur di sofa, perempuan?"

Galuh menurunkan lengannya yang tadi menutup matanya. Menatap Sisil yang terdiam kaget. Ia pikir pria itu sudah tertidur.

"Ehm... anu...."

"Tidur di sini... dan jangan membantah atau berniat pindah ke sofa itu!"

Setelah mengatakan itu, Galuh kembali menutup matanya dengan lengan.

Sisil menghela napas dan pada akhirnya ikut membaringkan diri di sisi kiri pria itu dan menarik selimut hingga menutupi sampai dadanya. Oke, ia harus membiasakan dirimya. Bersyukur pria itu tidak meminta haknya malam ini, karena Sisil belum siap sama sekali.

'Mama... Papa... kenapa kalian meninggalkan aku sendirian menghadapi dunia kejam ini?'

...Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

ntar kalau dah kena" ..... benci tapi rindu dah tuh

2024-02-05

1

faridah ida

faridah ida

punya suami seperti Galuh harus banyak sabarr ...😋😜

2023-12-22

0

Siti Nurmila

Siti Nurmila

lebih parah dari dokter radit..

2023-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!