I Love You, Sis!
"A Sister." jawab Tristan dengan cepat dan mantap saat kedua orang tuanya bertanya apa yang akan dimintanya sebagai hadiah ulang tahunnya kali ini.
Tristan adalah seorang anak tunggal dari pimpinan Harrison group. Kemampuan berpikir dan membuat keputusannya jauh lebih dewasa dari anak-anak seusianya.
Dan sudah pasti, kelak dia yang akan menjadi pimpinan selanjutnya di Harrison Group.
Sejak kecil, dia bahkan sangat tahu bagaimana susahnya kedua orang tuanya berjuang mendapatkan dirinya. Berbagai macam upaya dan pengorbanan dilakukan oleh Tuan dan Nyonya Harrison. Bagi orang tua Tristan, berhasil mendapatkan seorang anak adalah sebuah keajaiban dari Tuhan.
Tapi, Tristan malah meminta seorang adik di. ulang tahunnya yang kedua belas. Semua akan lebih mudah, andaikata dia meminta sebuah ponsel atau game keluaran terbaru, mainan super canggih bahkan playground terlengkap sekalipun. Semua itu bisa dengan mudah diberikan oleh kedua orang tuanya.
Dia bisa saja meminta hadiah yang lain. Kalau Tristan merasa kesepian, dia bisa saja meminta teman sebaya. Setidaknya, teman lelaki sebaya supaya dia bisa berkomunikasi atau bermain bersama.
Dan juga bukan masalah besar, kalau Tristan menginginkan sebuah pesta termewah dengan teman-teman sebanyak yang dia mau. Kapanpun dia meminta, maka semua akan terlaksana dengan baik dan cepat.
Atau, boleh saja Tristan meminta benda hidup lainnya. Kucing, kuda atau anjing termahal sekalipun adalah hal kecil bagi keluarga Harrison.
Tapi, seorang adik perempuan?
Sebuah permintaan yang tak pernah disangka-sangka oleh kedua orang tuanya.
"Kalian bisa mengadopsinya, lalu memberikannya untukku." kata Tristan lagi saat mendapati kedua orang tuanya hanya diam dan termangu.
"Tapi Nak, mempunyai adik itu besar tanggung jawabnya." Mama Tristan dengan lembut berusaha memberi pengertian.
"Kalian bisa menyewa baby sitter terbaik, mengatur ahli gizi untuknya atau orang-orang terbaik untuk merawatnya. Dan aku, aku akan menjaganya." jawab Tristan lagi, matanya menyorotkan keyakinan.
Disaat kebanyakan orang berpikir menjadi anak konglomerat akan sangat menyenangkan, Tristan justru merasa kesepian. Sebagai pebisnis dengan banyak anak perusahaan, Papanya sibuk mengurus bisnisnya, sedangkan Mamanya sibuk dengan kegiatan pribadi maupun yang mendukung kemajuan perusahaan.
Sementara Tristan? Memang dia dikelilingi dengan orang-orang lulusan terbaik dan bersertifikasi untuk mengurus dan mengatur kegiatannya, termasuk pendidikan dan pergaulannya. Tapi, ada yang kosong dihatinya.
"Bagaimana kalau keluar negeri untuk berlibur?" Mamanya menawarkan sebuah paket liburan mewah ke Disneyland yang biasanya disukai oleh anak-anak seusianya. Tapi, Tristan bergeming.
Bagi Tristan, untuk apa liburan mewah kalau hanya ditemani oleh baby sitter yang sudah merawatnya sejak kecil.
Papa dan Mama Tristan tak mengerti, kalau seorang anak tidak butuh harta melimpah. Yang mereka butuhkan adalah seorang teman dan sebuah quality time. Dan yang lebih penting lagi adalah sebuah cinta dan kehangatan keluarga.
"Atau kamu bisa memilih tour terbaik, kemanapun kamu mau. Tidak harus ke Disneyland. Bagaimana?" kali ini Papa Tristan yang mencoba bernegosiasi.
Dia menunjukkan ponsel pintarnya, dan menunjukkan berbagai destinasi wisata baik didalam maupun luar negeri kepada Tristan.
"Aku sudah cukup besar untuk menggunakan jasa seorang Baby Sitter. Biarlah Suster Anna merawat adikku kelak. Aku tahu bagaimana dia menyayangiku dan sudah pasti dia akan menyayangi adikku juga." Tristan tidak menjawab pertanyaan Papanya, tapi malah menegaskan rencana terhadap adiknya kelak.
"Terus terang, kami sudah cukup kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Kami bahkan hampir tak punya waktu untukmu, anak kandung kami. Bagaimana bisa kami malah mengambil seorang anak hanya untuk ditelantarkan?" Tuan Harrison menghembuskan napas penuh penyesalan.
Mama Tristan berpindah tempat duduk ke sebelah anak satu-satunya, dia mengelus lembut kepala Tristan yang nampak berpikir.
"Mintalah apapun, asal jangan seorang adik." katanya kemudian.
"Mama dan Papa tak usah khawatir. Tristan hanya memohon supaya kalian memberikannya tempat tinggal, pakaian, makanan dan pendidikan yang terbaik. I'll take the responsibility to love her."
(Saya yang akan bertanggung jawab untuk mencintainya).
Astaga! Tuan dan Nyonya Harrison begitu takjub melihat bagaimana anak mereka tanpa keraguan bernegosiasi untuk mendapatkan keinginannya. Tristan bahkan nampak mengerti apa saja kebutuhan untuk adiknya kelak.
Rasa bangga dan juga kalut meliputi perasaan mereka. Bangga melihat kemampuan negosiasi Tristan yang sudah terlihat mantap diusianya yang masih dua belas tahun. Namun juga kalut, karena memiliki seorang anak lagi tidak pernah ada dalam angan-angan Tuan dan Nyonya Harrison.
"Aku berjanji akan belajar lebih keras dan tak akan mengecewakan kalian. Aku dan adikku tidak akan merepotkan kalian. Begitu aku bekerja, aku yang akan memenuhi semua kebutuhannya." Tristan menutup pembicaraan dengan dengan tatapan yakin memancarkan sorot "jangan tolak permintaanku".
Mama dan Papa Tristan saling berpandangan dan nampak berpikir keras karena memang bukan masalah uang yang membebani pikiran mereka.
Panti Asuhan Kasih
"Aku menyukainya." Tristan mengelus lembut pipi chubby seorang bayi perempuan.
Bayi perempuan lucu dengan mata bulat. Kalau melihat caranya duduk, mungkin usianya kurang lebih enam bulan.
"Kamu yakin sanggup menjaga dan menyayanginya?" tanya Mama Tristan sekali lagi pada Tristan.
"Sure!" jawab Tristan tegas.
"Bagaimana menurutmu Anna?" kali ini Nyonya Harrison bertanya pada Suster Anna.
"Apapun yang membuat Tuan Muda bahagia, saya siap Nyonya." Suster Anna sedikit membungkukkan tubuh, siap menerima perintah.
Biar bagaimanapun, Nyonya Harrison kuatir kalau-kalau permintaan Tristan hanyalah sebuah keinginan sesaat dan tidak dibarengi tanggung jawab. Membesarkan dan merawat seorang anak bukanlah masalah sepele.
Dia masih ingat bagaimana pusingnya menghadapi rengekan Tristan kecil yang terus menanyakan keberadaannya setiap kali dia ada diluar rumah untuk kepentingan tertentu.
Tidak! Nyonya Harrison benar-benar tidak mau mengulang "kerepotan" waktu itu. Terlebih lagi untuk anak yang bukan darah dagingnya.
"Lihatlah, dia berhenti menangjs dan menggenggam tanganku sambil tertawa. Itu artinya dia juga menyukaiku." jawab Tristan. Matanya tak lepas memperhatikan baby girl yang tengah bergumam tak jelas.
"Nak, kamu masih bisa berubah pikiran sebelum Papa menyuruh asistennya mengurus surat-surat adopsi." Nyonya Harrison membujuk dengan rasa putus asa.
Dia menyadari kalau Tristan biasa mendapatkan apapun yang diinginkannya. Selain gigih untuk mendapatkan keinginannya, Tuan Harrison juga selalu mengabulkan apa pun keinginan anak tunggalnya. Boleh dibilang, semua itu kompensasi dari Tuan Harrison yang sering tak punya cukup waktu untuk Tristan.
Saat urusan adopsi sudah selesai, Tristan menyuruh Suster Anna menggendong dan menimang bayi perempuan yang sedari tadi dikaguminya.
"Hei... kamu akan menjadi adik dan temanku mulai saat ini. Jangan kuatir, aku akan menjaga dan menyayangimu seumur hidupku." bisik Tristan di telinga bayi itu.
"Namamu adalah Crystalin Harrison. Kulit putih, bersih dan bening seperti kaca. Bibir merah dan rambut hitam. Cantik seperti Crystal." kata Tristan sekali lagi.
Bersambung ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Siti Syamsiah
Suka Thor.
2022-11-23
2
Nanda Lelo
dpt promosi novel nih,,
mari kita coba baca dulu y
2022-10-24
1
Runa💖💓
Baru mampir, ditengah tengah kesibukan disematkan baca karya Kakak
Ceritanya Adik, cara penulisannya jelas dan
Kudu kusuka
2022-09-07
1