Suster Anna bisa merasakan aura ketegangan yang tengah melingkupi meja makan saat ini. Tristan dan Crystal duduk saling berhadapan tapi sama-sama saling menghindari kontak mata.
Kakak beradik itu sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Padahal nasi goreng kesukaan mereka sudah siap sejak tadi. Tapi untuk kali ini, sepertinya makanan spesial ala Suster Anna tidak bisa membantu mencairkan suasana.
Pak Sopir mencolek Suster Anna, dagunya digerakkan kearah mereka. Dia sudah siap untuk mengantar nona mudanya ke sekolah.
"Kenapa? Nona ngambek lagi?"
"Sssssttt...." Suster Anna buru-buru mengusir pak sopir, mendorongnya keluar lewar pintu samping dapur.
"Sana minta sarapan sama Mbak Mira. Nanti kalau nona sudah siap, aku panggil kamu." kata Suster Anna.
"Memangnya ada apa lagi sih Sus? Umur-umur seperti Nona itu lagi butuh perhatian, makanya suka ngambek tidak jelas gitu." kata Pak Sopir sambil mengingat-ingat kelakuan anaknya seumuran Crystal.
"Supri... Supri... dengarkan ya! Tak usah ikut campur urusan majikan kalau mau gajianmu lancar." Suster Anna menepuk pelan bahu Pak Sopir.
"Eh... tapi Sus? Hari ini aku libur ya Sus? Kan biasanya Tuan yang antar Nona kalau dia dirumah." Pak Sopir cengengesan, sepertinya dia bakal bebas tugas.
"Dasar Supri! Sana makan, cuci mobil dan bantu rapikan taman!" dengus Suster Anna lalu berjalan pelan masuk kedalam rumah.
Sementara didalam rumah, suasana masih dingin. Tristan melirik kearah Crystal yang menyibukkan diri dengan ponselnya. Piringnya penuh, dan tangannya tak memegang sendok.
Tristan berdehem.
Crystal melirik sekilas, kemudian matanya kembali menatap ke layar ponsel. Dingin dan cuek.
Tristan menghembuskan napas.
"Crystal... " panggil Tristan. Lidahnya terasa canggung setelah kejadian tadi.
Tak ada respons. Tangan Crystal sibuk menscroll layar ponselnya, asyik melihat gambar - gambar yang terpampang di layar.
"Ehmmm... habiskan sarapanmu. Aku antar ke sekolah."
"Yeah." Crystal mengedikkan bahu acuh tak acuh. Kelakuan yang tak sopan, sebenarnya Tristan ingin menegur tapi nampaknya dia harus sabar hingga gencatan senjata.
Kepala Tristan pusing, di perusahaan dia terkenal sebagai Direktur yang berwibawa dan disegani. Tapi dirumah, dia begitu sabar menghadapi seorang anak gadis yang ngambek dan suka melawan.
"Hmmm... Kalau tak salah ingat, sebentar lagi ada yang mau ulang tahun nih." Tristan mencoba menarik perhatian Crystal.
Crystal tak bereaksi, tapi Tristan tahu kalau adiknya mendengarkan.
"Kamu mau pesta?"
Nah! Good!
Mata bulat Crystal memandangnya antusias. Ada rasa penasaran terselip dalam hati Tristan. Apa sebenarnya yang ada dibalik sorot bayi mungil menggemaskan yang kini menjelma menjadi gadis remaja ranum ini?
"Ya, kamu mau apa untuk ulang tahunmu kali ini?" tanya Tristan lagi. Nadanya lembut dan membujuk.
Crystal memutar otak, dia tahu kalau Tristan pasti akan mengabulkan apapun keinginannya. Apalagi saat sedang ngambek begini, pasti kakaknya itu ingin mereka berbaikan.
"Jadi, kamu mau tas, baju? Nonton konser? Gadget baru? Liburan? Atau hadiah apa? Sebutkan saja!" Tristan menampilkan senyum termanis yang dia punya.
Crystal menggelengkan kepala.
"Jadi mau apa dong?" tanya Tristan bingung.
"Aku mau party." jawab Crystal mantap dan matanya mulai berbinar. Setumpuk ide mulai bermunculan di kepalanya.
"Ok!" Tristan mengangguk lega, apapun dia lakukan asalkan adik kesayangannya bahagia.
"Kamu mau party dimana? Hotel? Resto?" tanyanya lagi.
"Aku mau dirumah." jawab Crystal mantap.
Hah? Tristan sedikit heran. Sebuah pesta ulang tahun untuk remaja berusia delapan belas tahun. Dan, dirumah? Memang rumah mereka cukup besar untuk menampung seratus orang, tapi apakah tidak terkesan old fashioned? Apa Crystal tidak takut diolok-olok oleh teman-temannya?
"Apa kamu punya konsep?" tanya Tristan kemudian.
"Belum. But, I'll find it later." Crystal tersenyum makin cerah, hilang sudah ngambeknya.
"Kalau begitu, besok kita undang event organizer saja untuk diskusi konsep sama kamu." Otak Tristan berputar cepat menyusun rencana kerja, masih ada waktu kira-kira satu bulan untuk menyiapkan semua.
"Really?"
"Sure!" jawab Tristan kembali memasang senyum sejuta dollarnya.
"Thank you! You're the best!" Crystal meloncat dari kursinya dan menghambur ke pelukan Tristan.
Ah, moment ini yang ditunggu Tristan dari kemarin. Tangan Tristan mengelus rambut Crystal dengan sayang, matanya melirik kearah Suster Anna yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka. Pengasuh itu tersenyum dan mengacungkan jempol pada Tuan Mudanya. Sukses!
Sepanjang perjalanan pergi ke sekolah, Crystal asyik berdendang mengikuti musik yang menyala. Dia duduk dengan nyaman di mobil mewah itu, sudah melupakan malunya karena kejadian pagi tadi. Kelakuannya begitu santai seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Sebaliknya, mata Tristan tidak bisa menahan diri untuk terus melirik kearah Crystal. Dia menyadari ada sesuatu yang selama ini tidak dia sadari.
Crystal tumbuh menjadi gadis yang cantik dengan aura yang bisa membuat para lelaki bertekuk lutut. Dia bahkan sudah bisa bersanding dengan cewek-cewek cantik yang selama ini mengejar-ngejar dirinya.
Tristan tahu kalau dari kecil Crystal memang manis dan banyak orang mengatakan kalau Crystal adalah anak kecil yang cantik.
Tapi... Ya, Tuhan! Siapa sangka anak kecil manja, cengeng, bawel dan suka mengganggunya tumbuh menjadi secantik ini. Lagi-lagi pipi Tristan terasa memanas, menyadari Crystal sudah bukan lagi seorang baby kecilnya yang lucu.
Tanpa sadar mobil Tristan sudah memasuki halaman sekolah elite di kota itu. Berbagai macam jenis mobil-mobil mewah antre di depan dan belakang mobilnya.
"OH! Itu Sky!!" pekik Crystal sambil melepaskan seatbelt-nya saat melihat sosok Sky turun dari mobil mewahnya.
"Aku turun disini saja, Kak!"
"Oh, Ok." Tristan memencet tombol pintu dan dengan cepat Crystal meraih tasnya dari bawah kursi.
"Bye, Kak Tristan." Crystal refleks mencondongkan tubuhnya dan menempelkan pipinya ke pipi Tristan.
Tristan terpaku di tempatnya. Cium pipi yang biasa mereka lakukan terasa lain hari ini. Tak menyadari ekspresi kaku Kakaknya, Crystal bergegas keluar dari mobil dan memanggil, "SKY!"
Tristan mengerjapkan mata, memperhatikan bagaimana adik cantiknya menghampiri seorang remaja pria, membuatnya penasaran dan curiga.
Sementara matanya terus mengawasi bagaimana serunya kedua remaja itu mengobrol, tangannya mencari-cari binocular di box dashboard mobilnya.
Sial! Binocularnya tak ada disana.
Tok tok tok!
"Maaf Pak. Silahkan maju, Pak!"
Tristan tersentak kaget oleh suara ketukan di kaca jendelanya. Di sampingnya seorang satpam berdiri tegap dengan tangan mempersilahkan dirinya untuk pergi. Mobil-mobil didepannya sudah berlalu. Dan sekarang, mobilnya malah membuat antrean di belakang mengular hingga keluar gerbang.
"Oh! Maaf, Pak." Tristan berusaha mengembalikan diri ke realita. Ditepisnya jauh-jauh seluruh pikiran absurd di otaknya. Kemudian, meluncurkan mobilnya ke kantor.
Astaga! Bocah ingusan itu, Crystalin Harrison berhasil membuat awal harinya kacau balau di pagi hari.
VROOOOOOOM!!!
Tristan menginjak pedal gas dalam-dalam sambil berusaha menata hatinya yang porak poranda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nanda Lelo
saingan
2022-10-25
1
wah siapakah sky?
2022-08-07
1
Jingga
Nyatakan saja pada ku Tristan, I say yes😌
2022-08-07
1