Suster Anna heboh.
Tuan muda yang beberapa waktu ini sedang mengurus pekerjaan diluar negeri mendadak pulang tanpa pemberitahuan.
Suster Anna bolak balik mengecek jam dan ponselnya untuk memastikan Crystal pulang tepat waktu. Lebih tepatnya, pulang sebelum Tuan Muda Tristan tiba dirumah.
Tapi, yang dihubungi tak kunjung menjawab panggilannya. Boro-boro menjawab panggilannya, pesan yang terkirim saja centang satu.
Ponselnya tidak aktif.
Supir yang biasa menjemput berkata kalau Crystal belum muncul dari tadi di gerbang sekolah. Padahal jam sekolah sudah lama usai dan sekolah mulai sepi.
Mendadak saja Suster Anna merasa seperti akan tertangkap basah razia barang terlarang. Apalagi saat mendengar kalau mobil Tristan sudah menuju rumah. Sedangkan dirinya belum tahu dimana keberadaan Crystal.
Astaga!
Jantung Suster Anna seperti mau copot saat mendengar suara rem yang berdecit begitu kuat. Pertanda mobil Tristan telah tiba dan berhenti didepan pintu utama.
"BUKA PINTU! BUKA! BUKA!! Suster Anna menepuk-nepuk bahu Putri dengan tergopoh.
"Hah?"
Tepukan Suster Anna yang bertubi-tubi dibahunya mengagetkan Putri yang bengong mengintip mobil berharga miliaran, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Bergegas, Putri menuju pintu utama. Tergopoh-gopoh hendak membukakan pintu.
BRAK!!! DUG!!
"HADUUuuuH!!" pekik Putri spontan sambil memegangi dahinya.
Suster Anna terpaku sesaat, melihat Putri yang dahinya sukses dihajar oleh pintu kayu yang keras.
Tristan masuk dan bertanya, "Siapa Kamu?"
Dia heran melihat seorang gadis muda kurus sedang meringis dan mengusap dahinya dibalik pintu yang dia buka.
"TUAN MUDA TRISTAN!" Suster Anna menyongsong dengan wajah setengah panik.
"Maaf Tuan Muda, ini Putri. Dia yang menggantikan Mbak Tari untuk bersih-bersih rumah."
"Memangnya Mbak Tari mana?" tanya Tristan heran.
Matanya memandang berkeliling, rasanya sudah lama sekali dia pergi. Tak ada yang berubah dengan rumahnya, hanya taman yang sedikit berbeda. Pohon-pohon makin rimbun, dan bunga-bunga mulai mekar.
"Ibunya Mbak Tari sakit, Tuan Muda. Dia harus pulang kampung untuk merawatnya."
Tristan hanya mengangguk, kaki panjangnya mulai melangkah menuju keruang tengah. Suster Anna pun mengekor, sementara Putri buru-buru menyingkir entah kemana.
"Siapa yang kasih ijin dia untuk kerja? Kenapa Suster tidak memberitahuku?" Tristan mendadak berbalik dan berkacak pinggang. Raut wajahnya nampak kesal, nada suaranya sudah naik satu oktaf.
Suster Anna sampai terjengit, lalu menunduk dan menjawab pelan.
"Nona bilang kalau Putri boleh kerja disini. Dia yang akan melapor ke Tuan Muda."
"CK!" Tristan berdecak sebal.
Suster Anna menunduk dalam-dalam, tangannya saling meremas satu sama lain.
Orang tuanya memang jarang dirumah dan memasrahkan sepenuhnya seluruh tanggung jawab rumah pada Tristan. Termasuk Crystal.
"Lalu, dimana Crystal?" Mata Tristan melirik kearah jam tangan mahal yang melingkar ditangannya. Jam segini seharusnya Crystal sudah dirumah.
Ya ampun!
Pertanyaan yang dari tadi ditakutkan oleh Suster Anna akhirnya muncul. Bagaimana bisa Nona-nya terlambat pulang bertepatan dengan Tristan mendadak kembali.
"Ada ekstrakurikuler, Tuan Muda." bohong Suster Anna.
Dalam hati Suster Anna mewanti-wanti dirinya sendiri, kalau dia harus segera mengirim pesan kepada Crystal supaya dia bersiap-siap saat tiba dirumah nanti.
Satpol PP sudah datang!!!
Tristan menghembuskan napas. Diam-diam matanya memperhatikan wajah Suster Anna yang mulai muncul guratan. Dia sudah tak semuda seperti saat dia kecil. Ada rasa tak tega melihat Suster Anna ketakutan karena dirinya yang uring-uringan.
Biar bagaimanapun, Suster Anna sudah seperti ibu bagi Tristan dan Crystal. Dia yang menyayangi, merawat dan menemani mereka sejak kecil.
Kasihan melihat Suster Anna, Tristan pergi ke lantai dua. Tempat dimana kamarnya dan kamar Crystal berada. Saat langkahnya melewati pintu kamar yang ditempeli beberapa poster artis Korea, telinganya menangkap sebuah suara.
Refleks, tangannya membuka pintu kamar Crystal. Trystan menatap tajam pada gadis yang sedang berdiri didepan kaca besar dikamar itu. Tristan ingat siapa nama gadis berkacamata hitam, yang sedang mencangklong tas dan tangannya memakai jam tangan keluaran terbaru. Tristan tahu kalau yang dipakainya milik Cryatal.
"Kamu Putri?" tanya Tristan yang masih mengingat kejadian dipintu masuk tadi.
Mendadak ruangan terasa mencekam begitu Tristan masuk.
"Iy... iy... a, Tuan." jawab Putri sambil mere-m-a-s - r-e-m-as ujung bajunya.
"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Tristan.
Lidah Putri kelu, dia sering mendengar bagaimana galaknya Tristan saat ada yang melanggar aturan.
Suster Anna pernah bilang kalau Tuan Muda sebenarnya baik hanya saja dia terlalu perfectsionist dan tidak suka kalau ada orang yang melanggar aturan.
Dia tak mengijinkan siapa pun masuk ke kamar Crystal kecuali Suster Anna. Tapi, hari ini Crystal menyuruhnya membersihkan kamar tidurnya. Dan kesalahan terbesarnya adalah memakai barang-barang Nona-nya tanpa ijin. Dia tak bermaksud buruk, hanya berkhayal menjadi anak orang kaya.
"Kamu menginginkan barang-barang milik nonamu?"
"Ti... tidak Tuan. Sumpah!" Putri kaget dan menggeleng kuat-kuat.
"Lalu apa yang kamu pakai, HAH?"
Putri ingin membela diri tapi seluruh bukti masih menempel dibadannya. Putri mulai menangis.
"PERGI!" bentak Tristan.
Putri belum beranjak, dia tak mampu bergerak saking ketakutannya. Tangisnya semakin tersedu-sedu.
"KAK TRISTAN!"
Tristan dan Putri menoleh kearah asal suara. Diambang pintu, Crystal berdiri masih memakai seragam sekolah sambil menggendong tasnya. Matanya melotot dan tangannya berkacak pinggang.
Tristan mengerjapkan mata, seakan baru pertama kali bertemu Crystal. Dia menatap lekat-lekat seraut wajah manis dengan mata bulat dan rambut hitam panjang.
"Mbak kenapa?" tanya Crystal sambil merangkul bahu kurus Putri. Selama Tristan tidak ada, temannya hanya Putri dan Suster Anna.
Tristan sedikit terganggu melihat bagaimana kedekatan Crystal dengan Putri. Dia tak suka Crystal-nya lebih membela seorang pembantu daripada dirinya.
"Lalu, kak Tristan ngapain dikamarku?" Crystal menatap Tristan tanpa rasa takut.
"Jadi ini sambutanmu buatku yang baru datang?" tanya Tristan sebal.
Harapannya tadi, Crystal akan langsung memeluknya dan bergelanyut manja seperti dulu sebelum dia berangkat ke London. Tristan merindukan Crystal.
Crystal mencebik dan merentangkan tangannya untuk memeluk Tristan yang langsung membalasnya dengan usapan lembut di kepala. Walaupun tampak baik-baik saja, dari bahasa tubuhnya Tristan tahu kalau Crystal sedang kesal padanya.
"Mbak-mu ini lancang memakai barang-barang milikmu. Untung aku tahu." Tristan mencoba memberi pengertian pada Crystal.
"HA? Tak mungkin." Crystal menoleh pada Putri.
"Mungkin saja. Buktinya saja masih menempel semua ditubuhnya." Tristan bersedekap memandang kedua gadis dihadapannya.
"Kamu juga, kenapa sembarangan memasukkan orang ke kamarmu?" tanya Tristan.
Crystal cemberut. Dia tidak menyangka kalau Tristan pulang mendadak hari ini dan memergoki Putri berada dikamarnya. Dirinya membebaskan Putri meminjam barang-barangnya, padahal Tristan paling tidak suka barang-barang pemberiannya disentuh orang lain.
"Aku tak suka orang yang melanggar aturan, Sayang." Tangan Tristan terulur untuk mengelus kepala Crystal. Gadis itu menepis tangannya, jelas-jelas menolak kehadiran Tristan dikamarnya.
"Mbak Putri bukan sembarang orang. Dia temanku!" Crystal memeluk Putri erat-erat.
Tristan terkejut mendapati kelakuan adik kesayangannya. Sorot mata Crystal begitu tajam dan menyala-nyala karena marah. Dia bahkan berani menghentakkan satu kakinya ke lantai.
Tristan tak pernah mendidiknya menjadi anak tak sopan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nanda Lelo
Mak woiiii,,, galak bennerrrrr deh ni tuan muda
2022-10-25
1
Runa💖💓
Baru satu efisode eh Cristal nya sudah Sma aja
Lanjut 😘 😘 😘 😘
2022-09-07
1
Mamahe 3E
sebenernya tristan suka sm crystal tp gengsi kyknya mau ngungkapinnya
2022-08-10
1