Crystal menatap tajam kearah Tristan dengan sorot mata yang menyala-nyala. Dihentakkannya kaki ke lantai sebagai tanda dia memberontak.
Tristan terdiam. Percuma melawan bocah ingusan yang emosinya sedang meletup-letup, tidak akan didengarkan.
"Kakak bawa pesananmu. Semua lengkap. Mission completed, Sayang." Tristan mencoba mengubah taktiknya.
Matanya memancarkan rasa sayang dan dia membuka tangannya lebar-lebar. Biasanya Crystal akan langsung meloncat dan menghambur ke pelukannya.
Crystal menyipitkan mata, gayanya sudah mirip sekali dengan anak badung yang sedang mengambek. "Kakak mau menyogok aku? Aku tidak mau apa - apa! Aku cuma mau Mbak Putri!"
Hah?
Gagal?
Tristan melirik Suster Anna yang berdiri diambang pintu. Dia menghela napas, dan matanya memandang teduh kearah Tristan. Memohonkan maklum untuk anak remaja labil didepan mereka.
"Suster Anna, ambil poster diruang kerjaku. Bakar! Lalu buang semua merchandise-nya." perintah Tristan begitu sampai dipintu, wajahnya tampak acuh tak acuh sambil melangkah cepat meninggalkan kamar Crystal tanpa menoleh sedikit pun.
"Baik, Tuan." jawab Suster Anna patuh. Dia memberi jalan pada Tristan lalu ikut melangkah keluar kamar menuju ke arah ruang kerja sang tuan muda.
Crystal terjengit. "NOO!!! GAK BOLEH! JANGAN DIBAKAR!!!" Crystal melepas pelukannya pada Putri, dan berlari mengejar kakaknya dengan panik.
Kata poster, membuat Crystal teringat kalau pernah memesan merchandise salah satu Kpop idolanya lengkap dengan tanda tangan asli. Semua ORI! Dan, Kakaknya yang hebat itu tak pernah gagal memenuhi keinginannya.
"Got you!!"
Tristan tersenyum penuh kemenangan, langkahnya terasa ringan. Dia tahu bagaimana caranya menaklukkan Crystal.
Keesokan paginya, Tristan sudah turun lengkap dengan setelan jas kerjanya. Lalu dia ke dapur, dan meminta nasi goreng spesial khas Suster Anna plus telor setengah matang.
Tristan mengambil gelas yang tersedia di meja makan dan menuangkan isi teko yang ada di meja makan. Warnanya hijau.
"Apa ini?" tanyanya heran.
"Oh, itu teh hijau punya Nona Crystal. Tuan Muda ingin minum apa?"
"Sejak kapan Crystal minum teh beginian?" Tristan mengerutkan kening sambil meminum teh yang berbau harum.
"Tuan besar membawanya waktu beliau pulang dari China, Tuan." jawab Suster Anna sambil menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan pagi.
Tristan membawa teko dan gelasnya, lalu duduk di kursi bar yang menghadap counter dapur. Dia memperhatikan Suster Anna yang menyiapkan sarapan untuknya dan bekal untuk Crystal.
"Memangnya Papa suka kasih sesuatu ke Crystal, Sus?"
"Tuan Besar suka membawakan oleh-oleh untuk Nona setiap kali pulang."
Tristan manggut-manggut, satu hal yang baru diketahuinya ternyata Papanya lumayan perhatian pada adiknya.
"Kalau Mama, Sus?"
"Nyonya sangat sibuk, Tuan. Harap maklum." jawab Suster Anna klise, tidak ingin memberi kesan jelek pada anak asuhnya.
Tristan tersenyum tipis menanggapi jawaban Suster Anna.
"Lalu, Crystal bagaimana Sus?" tanya Tristan sambil menghabiskan isi gelasnya.
"Bagaimana? Maksudnya Tuan?" Suster Anna tak mengerti arah pertanyaan Tristan.
Tristan berdehem, dia teringat bagaimana pertemuan mereka kemarin setelah hampir setengah tahun tak berjumpa.
"Crystal sudah besar ya Sus?"
Suster Anna tersenyum.
"Namanya dikasih makan, Tuan. Sudah tentu makin besar. Sebentar lagi dia lulus SMA lho, Tuan."
Ah, Tristan lupa kalau kurang lebih setengah tahun lagi adalah kelulusan Crystal dari SMA. Sebentar lagi pasti ada undangan dari sekolah untuk menghadiri kelulusan. Dan, dia pasti akan hadir di acara graduation adik kesayangannya itu. Tristan tak ingin melewatkan satu pun moment penting dalam hidup Crystal.
Ada perasaan membuncah yang tak bisa dijelaskan setiap kali melihat Crystal memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Bangga bercampur bahagia dan haru.
"Sekolahnya gimana Sus? Bagaimana dengan teman-temannya?" Tidak ingin Crystal salah pergaulan, Tristan mencoba mencocokkan cerita Crystal dengan suster pengasuhnya.
"Temannya tidak banyak, Tuan. Tapi, Nona rajin sekolah, tidak pernah bolos. Dia patuh semua perintah Tuan Muda. Les piano dia masuk terus. Belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin juga dia rajin. Akhir-akhir ini Nona suka sekali Bahasa Korea, Tuan. Pokoknya, semua yang Tuan Muda bilang, dia ikuti."
Suster Anna berhenti sejenak sebelum memutuskan melanjutkan ceritanya dalam hati saja. "Tapi akhir-akhir ini mulai bandel, Tuan. Dia sering pulang tidak tepat waktu. Maaf saya kemarin bohong pada Tuan Muda." Suster Anna tersenyum sambil menganggukkan kepala, pertanda laporannya sudah selesai.
Tristan mengangguk puas. Dia tak suka ada orang yang melanggar peraturannya.
Harum telur menggelitik hidung saat Suster Anna memasak makanan favoritnya.Tristan sudah lama tidak mencicipi nasi goreng Suster Anna, dia kangen juga dengan masakan Suster kesayangannya. Meski bisa makan dimana pun yang dia mau, bagi Tristan tak ada yang bisa menandingi masakan Suster Anna, pengasuh yang sudah seperti ibunya sendiri.
"Sebentar, Sus. Saya bangunkan Crystal." Tristan beranjak dari tempat duduknya. Lama tak bertemu membuatnya ingin sarapan bareng Crystal.
"O'ya jangan lupa kerupuk dan bawang gorengnya ya, Sus." kata Tristan sambil berlalu.
"Baik, Tuan."
Di depan pintu kamar Crystal, Tristan mengetuk pintu. Tiga kali. Tapi, tak ada jawaban.
Lamat-lamat terdengar suara teredam dari dalam. Tristan mendekatkan telinganya ke daun pintu berusaha mendengar suara apa yang berasal dari kamar Crystal sepagi ini. Tristan mengernyitkan dahi saat mendengar alunan lagu metal masuk ke dalam indera pendengarannya.
Ya! Suara musik berdentum-dentum terdengar dari dalam sana. Tangan Tristan sudah terangkat lagi, hendak mengetuk pintu. Sesaat dia berpikir, lalu mengurungkan niatnya. Kemudian, tangannya langsung memutar kenop pintu.
"Crystal... "
Suaranya tercekat ditenggorokan bersamaan dengan langkahnya yang mendadak beku. Laki-laki muda nan tampan itu tercengang di tempatnya dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka melihat apa yang ada dihadapannya.
Crystal berdiri di hadapannya hendak memakai seragam. Yang menjadi perhatiannya adalah adik perempuannya saat ini sedang dalam kondisi polos.
Siluetnya terpatri jelas berkat cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar yang terbuka. Lekukan tubuhnya membentuk garis indah yang baru pertama kali dilihat oleh Tristan. Kaki jenjang dan kulit halus. Rambut panjang tergerai di punggung. Sempurna!
Tristan menelan ludah saat pandangannya tanpa sengaja jatuh pada bagian yang sudah tumbuh di dada Crystal. Entah dari mana dan sejak kapan, benda itu tiba-tiba saja muncul di tubuh anak kecil itu. Bentuknya yang sempurna, tidak terlalu besar dan kecil. Semua menempel dengan baik pada tempatnya. Cantik!
Oh, Gosh!
"KAK TRISTAAAAAAAAN!"
BUKK!!!
Sebuah bantal mendarat di wajahnya bersamaan dengan jeritan melengking, menusuk telinga. Menghempaskan Tristan ke realita.
Tristan buru-buru berbalik. "Sorry!!!" serunya spontan. Dia bisa merasakan darah mengalir deras ke wajahnya, jantungnya berdegup keras tak terkontrol.
S-H-I-T!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Nanda Lelo
aduuuh,,, crystal mu dah besar (semua) y kak Tristan 🤭🤭
2022-10-25
1
Mom AJ
wkwkkwkwkw... liur menetes netes. pikiran sudah travelling 😆😆😆
2022-08-19
1
Mamahe 3E
rejeki nomplok kan tristan pagi2 lht yg seger2
2022-08-10
1