NovelToon NovelToon

I Love You, Sis!

Bab 1 -- Hadiah Ulang Tahun

"A Sister." jawab Tristan dengan cepat dan mantap saat kedua orang tuanya bertanya apa yang akan dimintanya sebagai hadiah ulang tahunnya kali ini.

Tristan adalah seorang anak tunggal dari pimpinan Harrison group. Kemampuan berpikir dan membuat keputusannya jauh lebih dewasa dari anak-anak seusianya.

Dan sudah pasti, kelak dia yang akan menjadi pimpinan selanjutnya di Harrison Group.

Sejak kecil, dia bahkan sangat tahu bagaimana susahnya kedua orang tuanya berjuang mendapatkan dirinya. Berbagai macam upaya dan pengorbanan dilakukan oleh Tuan dan Nyonya Harrison. Bagi orang tua Tristan, berhasil mendapatkan seorang anak adalah sebuah keajaiban dari Tuhan.

Tapi, Tristan malah meminta seorang adik di. ulang tahunnya yang kedua belas. Semua akan lebih mudah, andaikata dia meminta sebuah ponsel atau game keluaran terbaru, mainan super canggih bahkan playground terlengkap sekalipun. Semua itu bisa dengan mudah diberikan oleh kedua orang tuanya.

Dia bisa saja meminta hadiah yang lain. Kalau Tristan merasa kesepian, dia bisa saja meminta teman sebaya. Setidaknya, teman lelaki sebaya supaya dia bisa berkomunikasi atau bermain bersama.

Dan juga bukan masalah besar, kalau Tristan menginginkan sebuah pesta termewah dengan teman-teman sebanyak yang dia mau. Kapanpun dia meminta, maka semua akan terlaksana dengan baik dan cepat.

Atau, boleh saja Tristan meminta benda hidup lainnya. Kucing, kuda atau anjing termahal sekalipun adalah hal kecil bagi keluarga Harrison.

Tapi, seorang adik perempuan?

Sebuah permintaan yang tak pernah disangka-sangka oleh kedua orang tuanya.

"Kalian bisa mengadopsinya, lalu memberikannya untukku." kata Tristan lagi saat mendapati kedua orang tuanya hanya diam dan termangu.

"Tapi Nak, mempunyai adik itu besar tanggung jawabnya." Mama Tristan dengan lembut berusaha memberi pengertian.

"Kalian bisa menyewa baby sitter terbaik, mengatur ahli gizi untuknya atau orang-orang terbaik untuk merawatnya. Dan aku, aku akan menjaganya." jawab Tristan lagi, matanya menyorotkan keyakinan.

Disaat kebanyakan orang berpikir menjadi anak konglomerat akan sangat menyenangkan, Tristan justru merasa kesepian. Sebagai pebisnis dengan banyak anak perusahaan, Papanya sibuk mengurus bisnisnya, sedangkan Mamanya sibuk dengan kegiatan pribadi maupun yang mendukung kemajuan perusahaan.

Sementara Tristan? Memang dia dikelilingi dengan orang-orang lulusan terbaik dan bersertifikasi untuk mengurus dan mengatur kegiatannya, termasuk pendidikan dan pergaulannya. Tapi, ada yang kosong dihatinya.

"Bagaimana kalau keluar negeri untuk berlibur?" Mamanya menawarkan sebuah paket liburan mewah ke Disneyland yang biasanya disukai oleh anak-anak seusianya. Tapi, Tristan bergeming.

Bagi Tristan, untuk apa liburan mewah kalau hanya ditemani oleh baby sitter yang sudah merawatnya sejak kecil.

Papa dan Mama Tristan tak mengerti, kalau seorang anak tidak butuh harta melimpah. Yang mereka butuhkan adalah seorang teman dan sebuah quality time. Dan yang lebih penting lagi adalah sebuah cinta dan kehangatan keluarga.

"Atau kamu bisa memilih tour terbaik, kemanapun kamu mau. Tidak harus ke Disneyland. Bagaimana?" kali ini Papa Tristan yang mencoba bernegosiasi.

Dia menunjukkan ponsel pintarnya, dan menunjukkan berbagai destinasi wisata baik didalam maupun luar negeri kepada Tristan.

"Aku sudah cukup besar untuk menggunakan jasa seorang Baby Sitter. Biarlah Suster Anna merawat adikku kelak. Aku tahu bagaimana dia menyayangiku dan sudah pasti dia akan menyayangi adikku juga." Tristan tidak menjawab pertanyaan Papanya, tapi malah menegaskan rencana terhadap adiknya kelak.

"Terus terang, kami sudah cukup kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Kami bahkan hampir tak punya waktu untukmu, anak kandung kami. Bagaimana bisa kami malah mengambil seorang anak hanya untuk ditelantarkan?" Tuan Harrison menghembuskan napas penuh penyesalan.

Mama Tristan berpindah tempat duduk ke sebelah anak satu-satunya, dia mengelus lembut kepala Tristan yang nampak berpikir.

"Mintalah apapun, asal jangan seorang adik." katanya kemudian.

"Mama dan Papa tak usah khawatir. Tristan hanya memohon supaya kalian memberikannya tempat tinggal, pakaian, makanan dan pendidikan yang terbaik. I'll take the responsibility to love her."

(Saya yang akan bertanggung jawab untuk mencintainya).

Astaga! Tuan dan Nyonya Harrison begitu takjub melihat bagaimana anak mereka tanpa keraguan bernegosiasi untuk mendapatkan keinginannya. Tristan bahkan nampak mengerti apa saja kebutuhan untuk adiknya kelak.

Rasa bangga dan juga kalut meliputi perasaan mereka. Bangga melihat kemampuan negosiasi Tristan yang sudah terlihat mantap diusianya yang masih dua belas tahun. Namun juga kalut, karena memiliki seorang anak lagi tidak pernah ada dalam angan-angan Tuan dan Nyonya Harrison.

"Aku berjanji akan belajar lebih keras dan tak akan mengecewakan kalian. Aku dan adikku tidak akan merepotkan kalian. Begitu aku bekerja, aku yang akan memenuhi semua kebutuhannya." Tristan menutup pembicaraan dengan dengan tatapan yakin memancarkan sorot "jangan tolak permintaanku".

Mama dan Papa Tristan saling berpandangan dan nampak berpikir keras karena memang bukan masalah uang yang membebani pikiran mereka.

Panti Asuhan Kasih

"Aku menyukainya." Tristan mengelus lembut pipi chubby seorang bayi perempuan.

Bayi perempuan lucu dengan mata bulat. Kalau melihat caranya duduk, mungkin usianya kurang lebih enam bulan.

"Kamu yakin sanggup menjaga dan menyayanginya?" tanya Mama Tristan sekali lagi pada Tristan.

"Sure!" jawab Tristan tegas.

"Bagaimana menurutmu Anna?" kali ini Nyonya Harrison bertanya pada Suster Anna.

"Apapun yang membuat Tuan Muda bahagia, saya siap Nyonya." Suster Anna sedikit membungkukkan tubuh, siap menerima perintah.

Biar bagaimanapun, Nyonya Harrison kuatir kalau-kalau permintaan Tristan hanyalah sebuah keinginan sesaat dan tidak dibarengi tanggung jawab. Membesarkan dan merawat seorang anak bukanlah masalah sepele.

Dia masih ingat bagaimana pusingnya menghadapi rengekan Tristan kecil yang terus menanyakan keberadaannya setiap kali dia ada diluar rumah untuk kepentingan tertentu.

Tidak! Nyonya Harrison benar-benar tidak mau mengulang "kerepotan" waktu itu. Terlebih lagi untuk anak yang bukan darah dagingnya.

"Lihatlah, dia berhenti menangjs dan menggenggam tanganku sambil tertawa. Itu artinya dia juga menyukaiku." jawab Tristan. Matanya tak lepas memperhatikan baby girl yang tengah bergumam tak jelas.

"Nak, kamu masih bisa berubah pikiran sebelum Papa menyuruh asistennya mengurus surat-surat adopsi." Nyonya Harrison membujuk dengan rasa putus asa.

Dia menyadari kalau Tristan biasa mendapatkan apapun yang diinginkannya. Selain gigih untuk mendapatkan keinginannya, Tuan Harrison juga selalu mengabulkan apa pun keinginan anak tunggalnya. Boleh dibilang, semua itu kompensasi dari Tuan Harrison yang sering tak punya cukup waktu untuk Tristan.

Saat urusan adopsi sudah selesai, Tristan menyuruh Suster Anna menggendong dan menimang bayi perempuan yang sedari tadi dikaguminya.

"Hei... kamu akan menjadi adik dan temanku mulai saat ini. Jangan kuatir, aku akan menjaga dan menyayangimu seumur hidupku." bisik Tristan di telinga bayi itu.

"Namamu adalah Crystalin Harrison. Kulit putih, bersih dan bening seperti kaca. Bibir merah dan rambut hitam. Cantik seperti Crystal." kata Tristan sekali lagi.

Bersambung ya....

Bab 2 -- Kedatangan Tristan

Suster Anna heboh.

Tuan muda yang beberapa waktu ini sedang mengurus pekerjaan diluar negeri mendadak pulang tanpa pemberitahuan.

Suster Anna bolak balik mengecek jam dan ponselnya untuk memastikan Crystal pulang tepat waktu. Lebih tepatnya, pulang sebelum Tuan Muda Tristan tiba dirumah.

Tapi, yang dihubungi tak kunjung menjawab panggilannya. Boro-boro menjawab panggilannya, pesan yang terkirim saja centang satu.

Ponselnya tidak aktif.

Supir yang biasa menjemput berkata kalau Crystal belum muncul dari tadi di gerbang sekolah. Padahal jam sekolah sudah lama usai dan sekolah mulai sepi.

Mendadak saja Suster Anna merasa seperti akan tertangkap basah razia barang terlarang. Apalagi saat mendengar kalau mobil Tristan sudah menuju rumah. Sedangkan dirinya belum tahu dimana keberadaan Crystal.

Astaga!

Jantung Suster Anna seperti mau copot saat mendengar suara rem yang berdecit begitu kuat. Pertanda mobil Tristan telah tiba dan berhenti didepan pintu utama.

"BUKA PINTU! BUKA! BUKA!! Suster Anna menepuk-nepuk bahu Putri dengan tergopoh.

"Hah?"

Tepukan Suster Anna yang bertubi-tubi dibahunya mengagetkan Putri yang bengong mengintip mobil berharga miliaran, yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Bergegas, Putri menuju pintu utama. Tergopoh-gopoh hendak membukakan pintu.

BRAK!!! DUG!!

"HADUUuuuH!!" pekik Putri spontan sambil memegangi dahinya.

Suster Anna terpaku sesaat, melihat Putri yang dahinya sukses dihajar oleh pintu kayu yang keras.

Tristan masuk dan bertanya, "Siapa Kamu?"

Dia heran melihat seorang gadis muda kurus sedang meringis dan mengusap dahinya dibalik pintu yang dia buka.

"TUAN MUDA TRISTAN!" Suster Anna menyongsong dengan wajah setengah panik.

"Maaf Tuan Muda, ini Putri. Dia yang menggantikan Mbak Tari untuk bersih-bersih rumah."

"Memangnya Mbak Tari mana?" tanya Tristan heran.

Matanya memandang berkeliling, rasanya sudah lama sekali dia pergi. Tak ada yang berubah dengan rumahnya, hanya taman yang sedikit berbeda. Pohon-pohon makin rimbun, dan bunga-bunga mulai mekar.

"Ibunya Mbak Tari sakit, Tuan Muda. Dia harus pulang kampung untuk merawatnya."

Tristan hanya mengangguk, kaki panjangnya mulai melangkah menuju keruang tengah. Suster Anna pun mengekor, sementara Putri buru-buru menyingkir entah kemana.

"Siapa yang kasih ijin dia untuk kerja? Kenapa Suster tidak memberitahuku?" Tristan mendadak berbalik dan berkacak pinggang. Raut wajahnya nampak kesal, nada suaranya sudah naik satu oktaf.

Suster Anna sampai terjengit, lalu menunduk dan menjawab pelan.

"Nona bilang kalau Putri boleh kerja disini. Dia yang akan melapor ke Tuan Muda."

"CK!" Tristan berdecak sebal.

Suster Anna menunduk dalam-dalam, tangannya saling meremas satu sama lain.

Orang tuanya memang jarang dirumah dan memasrahkan sepenuhnya seluruh tanggung jawab rumah pada Tristan. Termasuk Crystal.

"Lalu, dimana Crystal?" Mata Tristan melirik kearah jam tangan mahal yang melingkar ditangannya. Jam segini seharusnya Crystal sudah dirumah.

Ya ampun!

Pertanyaan yang dari tadi ditakutkan oleh Suster Anna akhirnya muncul. Bagaimana bisa Nona-nya terlambat pulang bertepatan dengan Tristan mendadak kembali.

"Ada ekstrakurikuler, Tuan Muda." bohong Suster Anna.

Dalam hati Suster Anna mewanti-wanti dirinya sendiri, kalau dia harus segera mengirim pesan kepada Crystal supaya dia bersiap-siap saat tiba dirumah nanti.

Satpol PP sudah datang!!!

Tristan menghembuskan napas. Diam-diam matanya memperhatikan wajah Suster Anna yang mulai muncul guratan. Dia sudah tak semuda seperti saat dia kecil. Ada rasa tak tega melihat Suster Anna ketakutan karena dirinya yang uring-uringan.

Biar bagaimanapun, Suster Anna sudah seperti ibu bagi Tristan dan Crystal. Dia yang menyayangi, merawat dan menemani mereka sejak kecil.

Kasihan melihat Suster Anna, Tristan pergi ke lantai dua. Tempat dimana kamarnya dan kamar Crystal berada. Saat langkahnya melewati pintu kamar yang ditempeli beberapa poster artis Korea, telinganya menangkap sebuah suara.

Refleks, tangannya membuka pintu kamar Crystal. Trystan menatap tajam pada gadis yang sedang berdiri didepan kaca besar dikamar itu. Tristan ingat siapa nama gadis berkacamata hitam, yang sedang mencangklong tas dan tangannya memakai jam tangan keluaran terbaru. Tristan tahu kalau yang dipakainya milik Cryatal.

"Kamu Putri?" tanya Tristan yang masih mengingat kejadian dipintu masuk tadi.

Mendadak ruangan terasa mencekam begitu Tristan masuk.

"Iy... iy... a, Tuan." jawab Putri sambil mere-m-a-s - r-e-m-as ujung bajunya.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Tristan.

Lidah Putri kelu, dia sering mendengar bagaimana galaknya Tristan saat ada yang melanggar aturan.

Suster Anna pernah bilang kalau Tuan Muda sebenarnya baik hanya saja dia terlalu perfectsionist dan tidak suka kalau ada orang yang melanggar aturan.

Dia tak mengijinkan siapa pun masuk ke kamar Crystal kecuali Suster Anna. Tapi, hari ini Crystal menyuruhnya membersihkan kamar tidurnya. Dan kesalahan terbesarnya adalah memakai barang-barang Nona-nya tanpa ijin. Dia tak bermaksud buruk, hanya berkhayal menjadi anak orang kaya.

"Kamu menginginkan barang-barang milik nonamu?"

"Ti... tidak Tuan. Sumpah!" Putri kaget dan menggeleng kuat-kuat.

"Lalu apa yang kamu pakai, HAH?"

Putri ingin membela diri tapi seluruh bukti masih menempel dibadannya. Putri mulai menangis.

"PERGI!" bentak Tristan.

Putri belum beranjak, dia tak mampu bergerak saking ketakutannya. Tangisnya semakin tersedu-sedu.

"KAK TRISTAN!"

Tristan dan Putri menoleh kearah asal suara. Diambang pintu, Crystal berdiri masih memakai seragam sekolah sambil menggendong tasnya. Matanya melotot dan tangannya berkacak pinggang.

Tristan mengerjapkan mata, seakan baru pertama kali bertemu Crystal. Dia menatap lekat-lekat seraut wajah manis dengan mata bulat dan rambut hitam panjang.

"Mbak kenapa?" tanya Crystal sambil merangkul bahu kurus Putri. Selama Tristan tidak ada, temannya hanya Putri dan Suster Anna.

Tristan sedikit terganggu melihat bagaimana kedekatan Crystal dengan Putri. Dia tak suka Crystal-nya lebih membela seorang pembantu daripada dirinya.

"Lalu, kak Tristan ngapain dikamarku?" Crystal menatap Tristan tanpa rasa takut.

"Jadi ini sambutanmu buatku yang baru datang?" tanya Tristan sebal.

Harapannya tadi, Crystal akan langsung memeluknya dan bergelanyut manja seperti dulu sebelum dia berangkat ke London. Tristan merindukan Crystal.

Crystal mencebik dan merentangkan tangannya untuk memeluk Tristan yang langsung membalasnya dengan usapan lembut di kepala. Walaupun tampak baik-baik saja, dari bahasa tubuhnya Tristan tahu kalau Crystal sedang kesal padanya.

"Mbak-mu ini lancang memakai barang-barang milikmu. Untung aku tahu." Tristan mencoba memberi pengertian pada Crystal.

"HA? Tak mungkin." Crystal menoleh pada Putri.

"Mungkin saja. Buktinya saja masih menempel semua ditubuhnya." Tristan bersedekap memandang kedua gadis dihadapannya.

"Kamu juga, kenapa sembarangan memasukkan orang ke kamarmu?" tanya Tristan.

Crystal cemberut. Dia tidak menyangka kalau Tristan pulang mendadak hari ini dan memergoki Putri berada dikamarnya. Dirinya membebaskan Putri meminjam barang-barangnya, padahal Tristan paling tidak suka barang-barang pemberiannya disentuh orang lain.

"Aku tak suka orang yang melanggar aturan, Sayang." Tangan Tristan terulur untuk mengelus kepala Crystal. Gadis itu menepis tangannya, jelas-jelas menolak kehadiran Tristan dikamarnya.

"Mbak Putri bukan sembarang orang. Dia temanku!" Crystal memeluk Putri erat-erat.

Tristan terkejut mendapati kelakuan adik kesayangannya. Sorot mata Crystal begitu tajam dan menyala-nyala karena marah. Dia bahkan berani menghentakkan satu kakinya ke lantai.

Tristan tak pernah mendidiknya menjadi anak tak sopan.

Bab 3 -- Bukan Anak Kecil Lagi

Crystal menatap tajam kearah Tristan dengan sorot mata yang menyala-nyala. Dihentakkannya kaki ke lantai sebagai tanda dia memberontak.

Tristan terdiam. Percuma melawan bocah ingusan yang emosinya sedang meletup-letup, tidak akan didengarkan.

"Kakak bawa pesananmu. Semua lengkap. Mission completed, Sayang." Tristan mencoba mengubah taktiknya.

Matanya memancarkan rasa sayang dan dia membuka tangannya lebar-lebar. Biasanya Crystal akan langsung meloncat dan menghambur ke pelukannya.

Crystal menyipitkan mata, gayanya sudah mirip sekali dengan anak badung yang sedang mengambek. "Kakak mau menyogok aku? Aku tidak mau apa - apa! Aku cuma mau Mbak Putri!"

Hah?

Gagal?

Tristan melirik Suster Anna yang berdiri diambang pintu. Dia menghela napas, dan matanya memandang teduh kearah Tristan. Memohonkan maklum untuk anak remaja labil didepan mereka.

"Suster Anna, ambil poster diruang kerjaku. Bakar! Lalu buang semua merchandise-nya." perintah Tristan begitu sampai dipintu, wajahnya tampak acuh tak acuh sambil melangkah cepat meninggalkan kamar Crystal tanpa menoleh sedikit pun.

"Baik, Tuan." jawab Suster Anna patuh. Dia memberi jalan pada Tristan lalu ikut melangkah keluar kamar menuju ke arah ruang kerja sang tuan muda.

Crystal terjengit. "NOO!!! GAK BOLEH! JANGAN DIBAKAR!!!" Crystal melepas pelukannya pada Putri, dan berlari mengejar kakaknya dengan panik.

Kata poster, membuat Crystal teringat kalau pernah memesan merchandise salah satu Kpop idolanya lengkap dengan tanda tangan asli. Semua ORI! Dan, Kakaknya yang hebat itu tak pernah gagal memenuhi keinginannya.

"Got you!!"

Tristan tersenyum penuh kemenangan, langkahnya terasa ringan. Dia tahu bagaimana caranya menaklukkan Crystal.

Keesokan paginya, Tristan sudah turun lengkap dengan setelan jas kerjanya. Lalu dia ke dapur, dan meminta nasi goreng spesial khas Suster Anna plus telor setengah matang.

Tristan mengambil gelas yang tersedia di meja makan dan menuangkan isi teko yang ada di meja makan. Warnanya hijau.

"Apa ini?" tanyanya heran.

"Oh, itu teh hijau punya Nona Crystal. Tuan Muda ingin minum apa?"

"Sejak kapan Crystal minum teh beginian?" Tristan mengerutkan kening sambil meminum teh yang berbau harum.

"Tuan besar membawanya waktu beliau pulang dari China, Tuan." jawab Suster Anna sambil menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan pagi.

Tristan membawa teko dan gelasnya, lalu duduk di kursi bar yang menghadap counter dapur. Dia memperhatikan Suster Anna yang menyiapkan sarapan untuknya dan bekal untuk Crystal.

"Memangnya Papa suka kasih sesuatu ke Crystal, Sus?"

"Tuan Besar suka membawakan oleh-oleh untuk Nona setiap kali pulang."

Tristan manggut-manggut, satu hal yang baru diketahuinya ternyata Papanya lumayan perhatian pada adiknya.

"Kalau Mama, Sus?"

"Nyonya sangat sibuk, Tuan. Harap maklum." jawab Suster Anna klise, tidak ingin memberi kesan jelek pada anak asuhnya.

Tristan tersenyum tipis menanggapi jawaban Suster Anna.

"Lalu, Crystal bagaimana Sus?" tanya Tristan sambil menghabiskan isi gelasnya.

"Bagaimana? Maksudnya Tuan?" Suster Anna tak mengerti arah pertanyaan Tristan.

Tristan berdehem, dia teringat bagaimana pertemuan mereka kemarin setelah hampir setengah tahun tak berjumpa.

"Crystal sudah besar ya Sus?"

Suster Anna tersenyum.

"Namanya dikasih makan, Tuan. Sudah tentu makin besar. Sebentar lagi dia lulus SMA lho, Tuan."

Ah, Tristan lupa kalau kurang lebih setengah tahun lagi adalah kelulusan Crystal dari SMA. Sebentar lagi pasti ada undangan dari sekolah untuk menghadiri kelulusan. Dan, dia pasti akan hadir di acara graduation adik kesayangannya itu. Tristan tak ingin melewatkan satu pun moment penting dalam hidup Crystal.

Ada perasaan membuncah yang tak bisa dijelaskan setiap kali melihat Crystal memasuki tahap baru dalam kehidupannya. Bangga bercampur bahagia dan haru.

"Sekolahnya gimana Sus? Bagaimana dengan teman-temannya?" Tidak ingin Crystal salah pergaulan, Tristan mencoba mencocokkan cerita Crystal dengan suster pengasuhnya.

"Temannya tidak banyak, Tuan. Tapi, Nona rajin sekolah, tidak pernah bolos. Dia patuh semua perintah Tuan Muda. Les piano dia masuk terus. Belajar Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin juga dia rajin. Akhir-akhir ini Nona suka sekali Bahasa Korea, Tuan. Pokoknya, semua yang Tuan Muda bilang, dia ikuti."

Suster Anna berhenti sejenak sebelum memutuskan melanjutkan ceritanya dalam hati saja. "Tapi akhir-akhir ini mulai bandel, Tuan. Dia sering pulang tidak tepat waktu. Maaf saya kemarin bohong pada Tuan Muda." Suster Anna tersenyum sambil menganggukkan kepala, pertanda laporannya sudah selesai.

Tristan mengangguk puas. Dia tak suka ada orang yang melanggar peraturannya.

Harum telur menggelitik hidung saat Suster Anna memasak makanan favoritnya.Tristan sudah lama tidak mencicipi nasi goreng Suster Anna, dia kangen juga dengan masakan Suster kesayangannya. Meski bisa makan dimana pun yang dia mau, bagi Tristan tak ada yang bisa menandingi masakan Suster Anna, pengasuh yang sudah seperti ibunya sendiri.

"Sebentar, Sus. Saya bangunkan Crystal." Tristan beranjak dari tempat duduknya. Lama tak bertemu membuatnya ingin sarapan bareng Crystal.

"O'ya jangan lupa kerupuk dan bawang gorengnya ya, Sus." kata Tristan sambil berlalu.

"Baik, Tuan."

Di depan pintu kamar Crystal, Tristan mengetuk pintu. Tiga kali. Tapi, tak ada jawaban.

Lamat-lamat terdengar suara teredam dari dalam. Tristan mendekatkan telinganya ke daun pintu berusaha mendengar suara apa yang berasal dari kamar Crystal sepagi ini. Tristan mengernyitkan dahi saat mendengar alunan lagu metal masuk ke dalam indera pendengarannya.

Ya! Suara musik berdentum-dentum terdengar dari dalam sana. Tangan Tristan sudah terangkat lagi, hendak mengetuk pintu. Sesaat dia berpikir, lalu mengurungkan niatnya. Kemudian, tangannya langsung memutar kenop pintu.

"Crystal... "

Suaranya tercekat ditenggorokan bersamaan dengan langkahnya yang mendadak beku. Laki-laki muda nan tampan itu tercengang di tempatnya dengan mata terbelalak dan mulut setengah terbuka melihat apa yang ada dihadapannya.

Crystal berdiri di hadapannya hendak memakai seragam. Yang menjadi perhatiannya adalah adik perempuannya saat ini sedang dalam kondisi polos.

Siluetnya terpatri jelas berkat cahaya matahari yang masuk dari jendela kamar yang terbuka. Lekukan tubuhnya membentuk garis indah yang baru pertama kali dilihat oleh Tristan. Kaki jenjang dan kulit halus. Rambut panjang tergerai di punggung. Sempurna!

Tristan menelan ludah saat pandangannya tanpa sengaja jatuh pada bagian yang sudah tumbuh di dada Crystal. Entah dari mana dan sejak kapan, benda itu tiba-tiba saja muncul di tubuh anak kecil itu. Bentuknya yang sempurna, tidak terlalu besar dan kecil. Semua menempel dengan baik pada tempatnya. Cantik!

Oh, Gosh!

"KAK TRISTAAAAAAAAN!"

BUKK!!!

Sebuah bantal mendarat di wajahnya bersamaan dengan jeritan melengking, menusuk telinga. Menghempaskan Tristan ke realita.

Tristan buru-buru berbalik. "Sorry!!!" serunya spontan. Dia bisa merasakan darah mengalir deras ke wajahnya, jantungnya berdegup keras tak terkontrol.

S-H-I-T!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!