Mafia Cantik Terjerat Cinta Klasik
Seorang wanita dengan gaun terusan yang pendek berwarna merah muda. Dengan pola bunga yang menghiasi serta rambut digerai dan dijepit sebuah pita merah. Sepasang mata berwarna kecoklatan itu terus menatap pantulan dirinya dari kaca jendela.
“Ini indah?” Wanita cantik itu bertanya pada beberapa orang pria yang sedang bersantai-santai di halaman rumahnya.
“Ya, sangat indah!” seru mereka bersamaan.
Wanita yang sedang kasmaran bernama Sima. Akhir-akhir ini cintanya terus berkembang pada seorang pria yang bernama Adrian. Hari ini pun, ia berdandan cantik tipe imut khusus untuknya.
“Apa kamu mau pacaran terus?” tanya salah seorang pria yang nampak lebih akrab dengan Sima.
Sima dengan tersenyum berkata, “Tidak. Aku sepertinya akan menikah dengannya. Kemarin dia bilang padaku ingin memberiku sesuatu yang spesial.”
Rambut hitam panjang bergelombang itu terlihat berkilau saat terik matahari menyorotnya. Penampilan Sima yang memukau membuat para pria di sana menatapnya lebih lama.
Sima berharap bahwa pacarnya itu akan segera melamar. Dan kini, hari yang ia tunggu, menunggu hadiah spesial tersebut.
Berjalan pergi dari rumahnya yang besar. Tanpa berpamitan pun, mereka semua juga tahu ke mana Sima pergi. Beberapa langkah, ia telah sampai ke pinggir jalan dan berhenti tepat di depan sebuah kafe "Dadi Muncul".
Setelah masuk dengan tas selempang yang tersembunyi, Sima menoleh pada Adrian. Raut wajah Sima semula terang benderang menjadi suram menyeramkan. Melihat Adrian tengah bersama seorang wanita lain.
Hebatnya, mereka terang-terangan di tempat janjian Sima dengannya. Mereka duduk saling berhadapan satu sama lain sambil bermesraan ria. Berpegangan tangan layaknya orang pacaran.
“Adrian!” panggil Sima. Menatap tajam, seraya ia mengeratkan genggaman pada tali tas selempangnya.
“Ah, Sima? Ini ...”
Adrian tak mampu berkata apa-apa. Kemudian wanita yang bersamanya itu pun menoleh dan menatap sinis ke arah Sima.
“Siapa dia? Kamu nggak kenal, 'kan Adrian?” katanya sambil berdiri.
“Eh, ini. Tidak. Tentu saja tidak! Dia bukanlah siapa-siapa!” cetus Adrian yang menusuk hati.
Dengan jelas ia bilang bahwa Sima bukanlah siapa-siapanya. Padahal Adrian adalah pacar Sima. Lantas kenapa berpura-pura begitu? Sudah begitu selingkuh tepat di depan mata.
Sima mulai sadar bahwa selama ini semua cinta itu hanyalah omong kosong belaka. Tak semua bisa dipercaya meskipun sudah berpacaran selama bertahun-tahun.
Pengkhianatan ini takkan Sima lupakan. Ia saat ini hanya diam menahan amarah dengan mengepalkan tangan kirinya sekuat tenaga.
Berjalan cepat menuju ke arah mereka lalu bertanya apa penjelasan yang pasti dari si pacar.
“Hadiah spesial yang kau maksud itu, ini ya?” pikir Sima dengan raut wajah marah namun tutur katanya masihlah sangat lembut.
Mendengar bahwa ada sesuatu di antara Sima dan Adrian, wanita tak tahu diri itu kemudian menarik lengan Adrian dan membuatnya semakin panas.
“Sepertinya kau dijadikan pelampiasan. Eh, bukan. Lebih tepatnya kau yang merebut tunangan orang lain, ya? Dasar tak tahu diri!”
“Lisa! Apa yang kamu bicara—”
“Eits, jangan bilang apa-apa. Kau ini tunanganku. Mana mungkin kubiarkan dia merebut dirimu,” sindir si wanita, Lisa menutup mulut Adrian.
Perbincangan di antara mereka menjadi semakin besar. Amarah Sima semakin tak bisa diredam. Namun harus ia tahan selama mungkin, karena sekarang mereka jadi pusat perhatian.
Padahal Sima yang menjadi korban di sini. Menjadikan diri Sima sebagai selingkuhan? Ternyata Adrian sudah punya tunangan, tapi Sima tak pernah tahu ini karena yang ia tahu Adrian selama ini melajang lalu berpacaran dengannya.
Tak hanya para pelanggan di sana, bahkan para pelayan di sana mulai memperhatikan. Salah seorang tengah memanggil manajer kafe.
“Oh, ya. Benar. Maafkan aku Sima, kita tidak ada hubungan lagi. Lagipula apa selama kita pernah berpacaran dengan benar? Aku juga sudah dijodohkan, dan dia, Lisa adalah tunanganku.”
Adrian menjaga muka di depan umum, mengakui hubungan di antara mereka berdua dan melepas kepergian Sima. Adrian kemudian merangkul pinggul wanita itu.
“Apa, ah, begitu? Aku tidak menyangka. Kau menipuku selama ini, Adrian,” ucap Sima, kerutan di dahinya nampak.
“Aku tidak menipu. Barusan kita putus hubungan, bukan?”
Gbrak! Sima menggebrak meja dengan keras, membuat semua orang terkejut lantas melirik ke Sima seorang. Beberapa dari mereka pun mulai mem-video pertengkaran itu.
“Adrian, kamu ini!” pekik Sima, hendak melayangkan tangan namun ditepis olehnya.
Kemudian Lisa menumpahkan jus tepat di kepala Sima. Rambut, wajah, dan gaun yang cantik pun menjadi basah. Cukup sudah, kekesalan Sima membuat kepalan tinju ingin melayang ke wajah mereka.
“Tidak, jangan. Jangan marah di sini atau aku akan menyesal di kemudian hari.” Sima membantin berpikir panjang, berharap takkan ada perkelahian yang sia-sia di sini.
Sima sudah dicap jelek oleh mereka. Bahkan dipikir sudah merebut tunangan orang lain. Semua perilaku Adrian terhadapnya akan ia ingat-ingat mulai saat ini.
“Kalian telah membuat keributan di tempat ini. Jadi, akan lebih baik kalian semua keluar dan menyelesaikan masalah baik-baik,” tutur si pemilik kafe yang barusan menghampiri mereka.
Tanpa disuruh pun, Sima pasti akan keluar. Rasa malu yang ditanggungnya juga tidak bisa ditunjukkan oleh publik, seakan-akan pelakor di sini itu Sima.
Brak!
Langkah Sima yang cepat, membanting pintu kafe dengan keras seraya ia berdecak kesal. Raut wajahnya menjadi tak karuan. Ia kemudian bersembunyi di gang sempit. Dimana semua orang tak ada yang kemari.
Kesunyian melihat lalu lalang di pagi hari, berharap masalah akan hilang keesokan harinya.
Tampak seorang pria tanpa rambut, berpakaian formal dengan setelan jas hitam datang menghampiri Sima dari arah lain.
Sembari menawarkan sebatang rokok ia berkata, “Bos, kami siap menerima perintah sekarang.”
Sima mengambil sebatang itu lalu menyumutnya sendiri. Seraya bersandar ia merasa santai sedikit dengan satu isapan.
“Beri dia pelajaran!” kata Sima dengan suara yang sedikit berbeda. Seraya menyerahkan tas selempang itu padanya.
Tak seperti sebelumnya, ia harus berperilaku imut dengan suara rendah. Hari ini Sima menunjukkan wajah aslinya yang tidak diketahui banyak orang.
Tegas dan berwibawa. Ialah Bos Mafia, organisasi yang bekerja di balik bayangan. Penguasa di balik layar, Blok D. Sima Papuana.
“Kami akan melakukannya, Bos!”
Pria botak memberi salam pada bosnya yang telah pergi dan membuang puntung itu. Aura yang dikeluarkan Sima jelas-jelas berbeda dari sebelumnya.
Namun, setelah beberapa langkah perginya. Sima berhenti lantas menoleh ke arah pria itu lagi dan berkata dengan senyum yang tersungging, “Tidak, jangan beri dia pelajaran. Untuk hari ini cukup beri dia surat cinta dariku.”
Sesaat pria botak itu merasa terkesima. Berpikir bahwa menerima perintah tuk memberikan surat cinta adalah salah satu metode penyiksaan terbaru.
Sima pun melangkah pergi dan melepas pita yang menganggu. Rambut yang digerai tanpa aksesoris terasa lebih bebas dari sebelumnya. Meski sudah ditindas, bukan berarti Sima akan diam saja. Lihat saja nanti!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yuli Billy
lanjut thor
2023-01-19
1