002. Surat Cinta = Penistaan Manis

Sima Papuana. Ialah Bos Mafia, dengan anggota berkelompok yang seringkali disebut bayangan. Lantaran mereka bergerak di balik layar, seolah membayangi publik.

Mereka bukanlah organisasi yang terbilang jahat. Sejujurnya mereka ada karena melindungi semua orang yang berada di Blok D. Karena akhir-akhir ini seringkali terjadi kejahatan liar yang sulit ditangkap oleh aparat. Mereka membantunya namun tidak secara langsung. Setidaknya ini bisa disebutkan karena Bos Sima.

Di sela-sela itu. Keluarga Papuana memiliki banyak bisnis di suatu perusahaan, toko dan salah satu pabrik yang ada. Tak ada yang menyadari bahwa di balik itu terdapat organisasi mafia.

Hari ini Sima pulang ke rumah dengan wajah santai. Melupakan kejadian yang barusan, meski sebenarnya itu tidaklah mudah.

Ekspresi yang kaku, pernyataan tiba-tiba serta gerak-gerik yang dilakukan Adrian tadilah yang membuat Sima kepikiran. Seolah tindakannya itu terpaksa dan tak berniat melepas kepergian Sima.

****

Hadiah spesial darimu sudah aku terima dengan baik dan benar. Sejujurnya aku tak menyangka kau ternyata sudah bertunangan. Andai kau mengatakan hal ini sejak dulu, maka aku tak dipermalukan seperti itu.

Namun, sebagai balasan karena telah menghadiahi sesuatu untukku. Maka aku akan memberimu sesuatu juga. Yang bersifat rahasia🖤

^^^Tertanda manis, Sima Tercinta❣^^^

***

Surat cinta telah sampai ke alamat Adrian. Bukan dari kotak surat apalagi dari surat elektronik. Bawahan Sima langsung yang memberikannya lewat celah jendela.

Ia tak sengaja melihat dua insan sedang asik bercumbu dalam kamar. Tak sengaja melihat, ia buru-buru pergi dan melaporkan hal itu pada Sima sesegera mungkin.

Adrian dan wanita itu, Lisa. Membaca isi surat itu bersama. Melihatnya membuat mereka jijik terutama di bagian akhir yang terdapat gambar hati.

“Wanita ini ...!”

Adrian kesal, ia merobek-robek selembar kertas itu lalu menyebarkannya ke sekeliling. Ia lantas pergi, bertemu dengan Sima secara langsung.

Adrian sudah tahu sejak dulu di mana rumahnya. Maka ia segera ke sana dan menanyakan apa maksud dari surat itu.

Dok! Dok!

“Sima! Keluar kamu!” panggil Adrian tak sabaran.

Sima sudah menunggu lama kedatangan Adrian. Terdengar kesal sekali dari jeritan Adrian di luar sana sembari menggedor-gedor pintu.

Klak ....

Sima akhirnya muncul. Membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan Adrian masuk. Hari ini, Sima berpakaian biasa layaknya orang nganggur di rumah.

“Mari masuk?”

“Hei, Sima! Apa-apaan suratmu itu! Bukankah aku sudah bilang, kita sudah putus!” teriak Adrian.

Sudah datang lalu menggedor pintu rumah seenaknya. Bahkan memarahi tuan rumah, sungguh tidak punya etika sama sekali. Entah kenapa Sima beruntung merelakan pria ini pergi ke pelukan wanita lain.

“Hah, apa maksudmu?” tanya Sima menghela napas.

“Surat cinta itu, kau yang menulisnya 'kan? Aku tahu betul itu tulisanmu atau bukan. Tapi kenapa mengirimkan surat cinta di saat kita sudah putus hubungan?” ketusnya.

“Aku cuman mengucapkan perpisahan, Adrian,” ucap Sima merendahkan suaranya.

“Oh, ya, kau benar. Aku mengingatnya. Ingat semua kata-kata yang tertulis di surat itu. Lalu hadiah apa yang ingin kamu berikan padaku?” tanya Adrian dengan penuh curiga namun telapak tangannya menengadah seakan meminta.

Sima tahu betul sifat Adrian yang seperti ini. Segala hal yang telah diberikan pada Sima saat mereka berpacaran kini sedang diminta untuk dikembalikan.

Sima pun merogoh kantong celana di belakang, dan menemukan satu koin berwarna perak seharga 100 rupiah.

“Nih, ambil. Jangan sampai jatuh ya,” ucap Sima sambil menaruh koin itu di tangan Adrian.

“Yang lain nyusul aja. Karena suratnya belum siap,” imbuh Sima lantas tersenyum. Kemudian kembali masuk ke dalam rumah.

Awalnya terdengar jeritan Adrian yang marah-marah pada Sima. Namun lambat laun, suaranya hilang dan mungkin ia sudah pergi. Sima pun bersiap-siap pergi lagi tuk melepas penat ke suatu tempat.

Berpakaian seperti mahasiswa dengan sepatu kets. Beberapa pria yang adalah bawahannya hendak mengikut tapi tidak diperbolehkan karena memang Sima ingin sendiri.

“Ingat, pokoknya jangan ikuti aku. Apalagi kalau kalian ikut aku karena perintah Ayahku. Siap-siap saja rambut atau kelamin kalian hilang esok hari,” ancam Sima dengan suara tegas.

Senja akan tiba sebentar lagi. Namun itulah yang Sima tunggu. Sima sangat menyukai langit berwarna jingga, serta melihat pemandangan saat matahari terbenam. Karena pemandangan itu mengingatkan dirinya akan kehidupan Sima sebagai Bos Mafia.

Kelam.

Duduk di gang yang sempit, sembari menyumut sepuntung yang ia miliki. Menunggu terbenamnya matahari, namun tak lama setelah itu ia bertemu seorang pria.

“Mbak, jangan merokok di sini,” pinta pria itu. Memperingatkan Sima untuk lagi merokok di gang sempit.

Karena terkejut, Sima buru-buru mematikan apinya. Bersikap seolah ia tak melakukan apa-apa. Kemudian berdiri berhadapan dengan pria itu.

“Aku tidak melakukan apa-apa! Aku hanya duduk diam saja,” kata Sima berdalih.

Pria dengan potongan rambut sedikit panjang itu sedikit memiringkan kepalanya. Melihat puntung rokok di bawah dengan api yang masih menyala sedikit.

“Barang bukti sudah ditemukan. Tidak perlu bersusah payah berdalih, Mbak. Haha,” ucap pria tersebut yang tertawa kecil.

“Hah! Hah ...tidak! Tidak, tidak!” pekiknya seraya menginjak barang bukti demi menyembunyikannya.

“Mbak ini nggak pandai berbohong, ya. Tapi terserah saja, yang terpenting jangan terlalu dipendam ya.”

Pria itu nampak familiar. Sima seperti pernah melihatnya di suatu tempat namun entah di mana.

“Tunggu, tadi bilang apa?” tanya Sima sambil menarik tubuhnya mundur.

“Oh, maafkan aku. Aku adalah salah satu karyawan di tempat kafe, sebagai pelayan yang menerima pesanan. Kafe Dadi Muncul. Mbak pernah ke sana tapi berakhir buruk tadi pagi.”

Pria itu ternyata adalah salah satu pelayan di kafe Dadi Muncul. Pantas saja tak terasa asing, pria inilah yang pada saat itu ada di dekatnya.

“Eh, ternyata kau. Aku tidak begitu ingat tapi aku rasa memang ada satu pelayan yang ada di belakang pacarku,” kata Sima yang tersentak kaget.

“Mbak ingat rupanya. Kalau begitu aku pergi, ya.”

“Tunggu!” Sima menahannya lagi. “Bukankah aku di sana dianggap sebagai pelakor?” pikir Sima.

“Iya. Semua orang menganggapnya begitu. Tapi tidak untukku. Aku pikir Mbak-lah yang kena tipu, jadi jangan terlalu dipendam dalam-dalam. Apalagi kalau sampai merokok begitu 'kan nggak bikin sehat,” pikirnya.

Sontak membuat Sima terkejut. Tak mengira bahwa ada orang lain yang berpikir bahwa Sima bukanlah pelakor, yang merebut tunangan orang lain. Sedikit merasa haru namun tatapannya menurun sendu.

“Aku tertipu olehnya. Pria itu memang memberikan segala yang aku mau meski tidak seberapa pun aku benar-benar berterima kasih. Tapi itulah yang kudapat,” kata Sima menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Mbak, aku percaya kalau semua wanita dan pria pasti akan melakukan kesalahan paling tidak sekali atau dua kali. Mulai hari ini, lupakanlah dia dan mulailah hidup baru,” ucap pria itu dengan semangat membara.

Pria ini sangat polos. Namun setiap kata yang dilontarkan benar-benar membuat Sima bahagia dan rasa penat telah hilang sepenuhnya.

Sima menyeringai tipis dan bergumam, “Aku pun sudah memberinya selamat serta mengucapkan perpisahan. Terima kasih, ya.”

Hadiah balasan telah sampai ke alamat rumah Adrian. Berupa surat pemecatan dari pekerjaannya sebagai karyawan perusahaan.

Episodes
1 001. Hadiah = Selingkuh
2 002. Surat Cinta = Penistaan Manis
3 003. Pertemuan Kedua = Saling Melindungi
4 004. Ajakan = Curiga
5 005. [Duka] Bertengkar = Upaya Pendekatan?
6 006. Kecaman = Pengakuan Palsu
7 007. Perasaan = Luka
8 008. Perhatian = Disucikan
9 009. Hak Tinggi dan Sandal Jepit
10 010. Tuduhan = Ancaman
11 011. Khawatir = Perasaan yang Membelenggu
12 012. Polos = Waspada
13 013. Kencan Buta Dengan Ketua Faksi Pertama?
14 014. Dewasa = Beringas
15 015. Kencan = Tinju Melayang
16 016. Di Manakah Dendi?
17 017. Hilang = Tersembunyi
18 018. Kencan = Bermain
19 019. Diculik = Hajar Balik
20 020. Ketua Palsu = Sedarah
21 021. Sima = Misa
22 022. Mimpi = Berharap Untuk Jadi Nyata
23 023. Simpati yang Berlebihan
24 024. Cinta = Di Luar Logika
25 025. Mengintai = Terlupakan
26 026. First Kiss Kepolosan
27 027. Eriana = Teman Kecil Dendi
28 028. Bersaing Sehat
29 029. Kerja Sama Dalam Bayangan
30 030. Tamu = Penyergapan
31 031. Yang Tidak Baik = Candu
32 032. Pengkhianatan dan Kemalangan
33 033. Indra Aji = Orang yang Malang
34 034. Muncul Wanita Penggoda!
35 035. Kesempatan Dalam Kegelapan
36 036. Degup Jantung
37 037. Pengakuan Tentang Seri = Bantuan
38 038. Dalang = Hacker
39 039. Aksi Heroik = Tendangan Super Si Bos
40 040. Cinta, Cinta, Semuanya Demi Cinta!
41 041. Anak Perempuan = Takdir
42 042. Penderitaan
43 043. Hacker = Han
44 044. Masa Kebahagiaan
45 045. Pikirkan Tentang Perasaan = Nyata atau Tidak?
46 046. Peringatan = Kewaspadaan
47 047. Bersenang-senang = Keberkahan
48 048. Sang Ahli Peretas Beraksi Layaknya Cahaya
49 049. Ketahuan = Salah Paham
50 050. Kecelakaan Maut
51 051. Ingatan Kelam = Kesalahan
52 052. Keluarga = Musuh
53 053. Ketidakberuntungan Berturut-turut
54 054. Cinta itu apa?
55 055. Bermalam di Hotel
56 056. Tangan Berlumur Darah
57 057. Yang Terjadi Dua Kali
58 058. Firasat
59 059. Kedok yang Terbongkar
60 060. Dua Jiwa Seakan Bersatu, Pasangan Tipu Daya
Episodes

Updated 60 Episodes

1
001. Hadiah = Selingkuh
2
002. Surat Cinta = Penistaan Manis
3
003. Pertemuan Kedua = Saling Melindungi
4
004. Ajakan = Curiga
5
005. [Duka] Bertengkar = Upaya Pendekatan?
6
006. Kecaman = Pengakuan Palsu
7
007. Perasaan = Luka
8
008. Perhatian = Disucikan
9
009. Hak Tinggi dan Sandal Jepit
10
010. Tuduhan = Ancaman
11
011. Khawatir = Perasaan yang Membelenggu
12
012. Polos = Waspada
13
013. Kencan Buta Dengan Ketua Faksi Pertama?
14
014. Dewasa = Beringas
15
015. Kencan = Tinju Melayang
16
016. Di Manakah Dendi?
17
017. Hilang = Tersembunyi
18
018. Kencan = Bermain
19
019. Diculik = Hajar Balik
20
020. Ketua Palsu = Sedarah
21
021. Sima = Misa
22
022. Mimpi = Berharap Untuk Jadi Nyata
23
023. Simpati yang Berlebihan
24
024. Cinta = Di Luar Logika
25
025. Mengintai = Terlupakan
26
026. First Kiss Kepolosan
27
027. Eriana = Teman Kecil Dendi
28
028. Bersaing Sehat
29
029. Kerja Sama Dalam Bayangan
30
030. Tamu = Penyergapan
31
031. Yang Tidak Baik = Candu
32
032. Pengkhianatan dan Kemalangan
33
033. Indra Aji = Orang yang Malang
34
034. Muncul Wanita Penggoda!
35
035. Kesempatan Dalam Kegelapan
36
036. Degup Jantung
37
037. Pengakuan Tentang Seri = Bantuan
38
038. Dalang = Hacker
39
039. Aksi Heroik = Tendangan Super Si Bos
40
040. Cinta, Cinta, Semuanya Demi Cinta!
41
041. Anak Perempuan = Takdir
42
042. Penderitaan
43
043. Hacker = Han
44
044. Masa Kebahagiaan
45
045. Pikirkan Tentang Perasaan = Nyata atau Tidak?
46
046. Peringatan = Kewaspadaan
47
047. Bersenang-senang = Keberkahan
48
048. Sang Ahli Peretas Beraksi Layaknya Cahaya
49
049. Ketahuan = Salah Paham
50
050. Kecelakaan Maut
51
051. Ingatan Kelam = Kesalahan
52
052. Keluarga = Musuh
53
053. Ketidakberuntungan Berturut-turut
54
054. Cinta itu apa?
55
055. Bermalam di Hotel
56
056. Tangan Berlumur Darah
57
057. Yang Terjadi Dua Kali
58
058. Firasat
59
059. Kedok yang Terbongkar
60
060. Dua Jiwa Seakan Bersatu, Pasangan Tipu Daya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!