003. Pertemuan Kedua = Saling Melindungi

Matahari mulai terbenam dengan menunjukkan warna kejinggaan yang sempurna. Sungguh sangat indah. Begitu pula dengan hati Sima saat ini.

Ia duduk di halaman rumah. Pria botak, atau panggil saja namanya Gura. Sedang duduk di sebelah Sima, seraya menyerahkan beberapa lembar kertas.

“Bos, ini tentang inves–”

“Jangan berikan aku pekerjaan yang memusingkan kepala.” Sima memotong ucapan Gura.

“Ah, baik. Ini tentang Faksi Pertama, mereka sepertinya masih saja mengajak bertengkar dengan kita. Akhir-akhir kelakuannya makin bertambah,” jelas Gura.

“Oh, begitu. Nanti biar aku urus. Ngomong-ngomong aku ingin kau menyelidiki seseorang.”

“Siapa itu, bos?!” tanya Gura dengan semangat dan mata berbinar-binar.

“Aku tidak tahu namanya siapa. Tapi dia salah satu pelayan yang bekerja di kafe Dadi Muncul. Tempat yang kemarin aku kunjungi, pokoknya ciri-ciri dia itu pria rambut hitam yang agak panjang dan polos,” kata Sima memberikan petunjuk.

“Target baru?” pikir Gura.

“Bukan, dasar bodoh. Aku hanya penasaran siapa dia. Karena kepolosannya benar-benar bikin gemas,” kata Sima dengan wajah yang sedikit merah.

“Ternyata betulan target baru. Baiklah, bos. Aku akan segera menyelidikinya sampai ke akar-akar. Dijamin, aku takkan mengecewakan dirimu,” kata Gura sambil mengacungkan jempol dan tersenyum lebar.

***

Malam pun tiba, Sima merasakan sesuatu hari ini. Terasa gelisah di hati, dan omongan Gura yang membuatnya khawatir itu.

Sima pergi dari rumah diam-diam. Ia berjalan seperti biasanya sambil melirik-lirik ke sekitar. Memastikan tak ada orang yang membuntuti.

Suasana di malam hari diramaikan oleh banyak kendaraan lalu lalang di jalan raya. Dan ketika itu, seseorang yang memakai masker membuat Sima tersentak.

Sesaat berhenti berjalan, diam dan memandang punggung pria itu. Sekilas melihat tato ikan di lengannya. Sima kemudian membuntuti.

Faksi Pertama, kelompok preman dengan tato ikan yang suka berbuat rusuh di Blok D. Tak ada habisnya mereka melakukan tindak kejahatan yang membuat korban tak bisa bicara pada pihak yang berwajib.

Inilah yang membuat Sima resah. Beruntung wajah Sima tak mudah dikenali apalagi hari sudah malam.

Tap ...tap ...

Melangkah pelan sembari mengikat rambutnya. Sima berwaspada akan sekitar dan kemudian mendapati pria itu bertemu dengan 3 orang lainnya.

Mereka memasuki gang terpencil di samping kafe Dadi Muncul yang tutup lebih awal. Firasat Sima semakin tidak enak, ada sesuatu buruk telah terjadi lagi.

“Kau anggap aku ini apa? Penjahat? Silahkan laporkan kalau kau bisa, pria culun!”

“Lihat ini, wajahnya sudah babak belur. Aku ingin tahu apakah dia akan melaporkan ini atau tidak?”

“Foto dia, dan kirim pada bos besar. Bilang padanya bahwa Blok D terancam preman seperti kita.”

“Ambil uangnya lalu kita pergi!”

Suara pukulan atau gebukan pun semakin terdengar di area gang. Kemudian disusul rintihan seorang pria. Sima mempercepat langkah dan menghajar mereka semua dalam sekali pukulan beruntun.

Tidak hanya 3-4 orang saja. Ternyata muncul lagi beberapa orang yang siap menghajar Sima. Mereka menganggap perempuan itu memang kuat kalau menyerang secara dadakan. Lalu bagaimana kalau dihadapkan secara langsung?

Sekitar 2-3 orang, satu dari salah mereka mengajukan diri seraya tersenyum mengejek dan mengeratkan tinjunya.

“Nona? Wanita yang sungguh kuat, tapi tak seharusnya kau kemari, bukan? Lagipula untuk apa ke sini, oh ...” Pria itu lantas melirik ke arah pria yang tersungkur di tanah.

“Jangan bilang menyelamatkan pacarmu?” pikirnya.

Sima tak berbicara sepatah kata. Ia tetap diam sambil menahan amarah namun kepalan itu sudah siap untuk meninju mereka. Sima berjalan ke arah mereka dengan santai seraya ia mengambil topi yang tergeletak.

Sima mengenakan topi agar wajahnya tidak diketahui oleh mereka. Lantas melesat cepat dan meninju di bagian ulu hati preman tersebut.

Buakk!

Saking cepat, preman tak bisa mengelak. Ia ambruk dan terus mengerang kesakitan. Merasa sesak setelah kena tinju seorang wanita, hendak membalas serangan namun apa daya tubuhnya tak merespon.

Sima tersenyum tipis. Tatapan itu sekilas nampak bercahaya kebiruan. Lalu melanjutkan serangan demi serangan pada dua orang yang tersisa.

“Awas!” Tetapi, tiba-tiba pria yang sebelumnya tersungkur ke tanah itu bergerak dan menundukkan kepala Sima secepat mungkin.

Buak!

Bagian kepalanya terkena pentungan. Tidak ada yang mengira bahwa preman tadi masih sanggup berdiri dan berniat memukul kepala Sima dari belakang.

Berkat pria ini, Sima tidak terpukul namun sebagai gantinya, kepala dia sendiri yang jadi korbannya.

“Ugh, rasanya sakit sekali ...”

Darah terus mengalir keluar. Sima nampak kaget dengan barusan yang terjadi. Dua orang tadi pun sudah melarikan diri. Tersisa seorang pemukul yang masih berani mengangkat senjata.

“Tunggu, jangan sakiti wanita! Wanita ini tidak ada hubungannya.”

Lagi-lagi ia dibuat terkejut. Pria ini masih sanggup berdiri setelah apa yang terjadi pada kepalanya itu. Ia bisa mati dengan pendarahan hebat.

Dalam benak, Sima bertanya-tanya, kenapa orang lemah ini masih saja memasang badan untuk seorang wanita yang bahkan tidak dikenalinya? Begitu gigih ia melawan pemukul sedangkan ia tak bersenjata sama sekali.

Entah bodoh atau mungkin sedang jaga harga diri.

“Jangan ikut campur kau, pria culun!” teriak si preman seraya melayangkan pemukul itu.

Dengan sigap, Sima menarik kerah baju pria bodoh itu lalu menahan pemukulnya yang nyaris mengenai wajah Sima. Sesaat ia mendekat dan menaruh secarik kertas terlipat di kantong kemeja preman itu.

Lalu Sima mengakhiri dengan memukul wajahnya. Dan seketika preman tumbang dengan wajah memar.

Situasi pun hening. Gang yang sempit. Diapit oleh toko dan kafe, suara mereka tidak pernah terdengar oleh orang lain. Seolah berada di ruangan kedap suara.

Sima mendesah lelah. Lalu mengembalikan topi itu padanya dan berjalan pergi.

“Te-terima kasih!” ucap pria itu dengan tergagap.

Setelah dipikir-pikir Sima merasa suara ini cukup familiar didengarnya. Kalau tidak salah, pria dengan wajah polos, yang bekerja sebagai pelayan di kafe Dadi Muncul.

Kalau benar maka itu gawat. Buru-buru Sima melangkah lebih cepat namun pria itu mengikutinya dan terus berterima kasih.

“Terima kasih, terima kasih. Kau wanita yang kuat. Entah kenapa aku jadi malu sendiri, padahal sudah bersikap sok melindungi tapi pada akhirnya kau dapat menghajar mereka,” tuturnya memuji sambil tersenyum lebar.

Cahaya lampu yang ada di pinggir jalan pun menyorot wajah si pria. Sima sempat menoleh ke belakang dan memastikan bahwa itu benar-benar pelayan yang sebelum ini ia temui.

“Oh, Mbak ini ...”

“Gawat dia mulai sadar. Aku harus cepat-cepat pergi.”

Sima lekas pergi secepatnya. Beruntung pria itu tak lagi mengejar, sepertinya ia tengah berpikir bahwa sosok Sima mungkin sudah ia kenal.

“Hm, entah kenapa aku merasa pernah melihat wajahnya. Apa aku pernah melihatnya?” pikir pria itu dengan bergumam.

Lantas berbalik badan dan sekali lagi ia bergumam, “Yah ...mungkin saja salah satu pelanggan.”

Sedangkan saat itu Sima yang berwas-was pada sekitarnya. Mempercepat langkah dan terus berharap agar pria itu tak mengenali Sima. Tapi di sisi lain, terutama di lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa senang kalau pria itu memujinya keren. Serta berdecak kagum karena pria itu juga berniat melindunginya.

Episodes
1 001. Hadiah = Selingkuh
2 002. Surat Cinta = Penistaan Manis
3 003. Pertemuan Kedua = Saling Melindungi
4 004. Ajakan = Curiga
5 005. [Duka] Bertengkar = Upaya Pendekatan?
6 006. Kecaman = Pengakuan Palsu
7 007. Perasaan = Luka
8 008. Perhatian = Disucikan
9 009. Hak Tinggi dan Sandal Jepit
10 010. Tuduhan = Ancaman
11 011. Khawatir = Perasaan yang Membelenggu
12 012. Polos = Waspada
13 013. Kencan Buta Dengan Ketua Faksi Pertama?
14 014. Dewasa = Beringas
15 015. Kencan = Tinju Melayang
16 016. Di Manakah Dendi?
17 017. Hilang = Tersembunyi
18 018. Kencan = Bermain
19 019. Diculik = Hajar Balik
20 020. Ketua Palsu = Sedarah
21 021. Sima = Misa
22 022. Mimpi = Berharap Untuk Jadi Nyata
23 023. Simpati yang Berlebihan
24 024. Cinta = Di Luar Logika
25 025. Mengintai = Terlupakan
26 026. First Kiss Kepolosan
27 027. Eriana = Teman Kecil Dendi
28 028. Bersaing Sehat
29 029. Kerja Sama Dalam Bayangan
30 030. Tamu = Penyergapan
31 031. Yang Tidak Baik = Candu
32 032. Pengkhianatan dan Kemalangan
33 033. Indra Aji = Orang yang Malang
34 034. Muncul Wanita Penggoda!
35 035. Kesempatan Dalam Kegelapan
36 036. Degup Jantung
37 037. Pengakuan Tentang Seri = Bantuan
38 038. Dalang = Hacker
39 039. Aksi Heroik = Tendangan Super Si Bos
40 040. Cinta, Cinta, Semuanya Demi Cinta!
41 041. Anak Perempuan = Takdir
42 042. Penderitaan
43 043. Hacker = Han
44 044. Masa Kebahagiaan
45 045. Pikirkan Tentang Perasaan = Nyata atau Tidak?
46 046. Peringatan = Kewaspadaan
47 047. Bersenang-senang = Keberkahan
48 048. Sang Ahli Peretas Beraksi Layaknya Cahaya
49 049. Ketahuan = Salah Paham
50 050. Kecelakaan Maut
51 051. Ingatan Kelam = Kesalahan
52 052. Keluarga = Musuh
53 053. Ketidakberuntungan Berturut-turut
54 054. Cinta itu apa?
55 055. Bermalam di Hotel
56 056. Tangan Berlumur Darah
57 057. Yang Terjadi Dua Kali
58 058. Firasat
59 059. Kedok yang Terbongkar
60 060. Dua Jiwa Seakan Bersatu, Pasangan Tipu Daya
Episodes

Updated 60 Episodes

1
001. Hadiah = Selingkuh
2
002. Surat Cinta = Penistaan Manis
3
003. Pertemuan Kedua = Saling Melindungi
4
004. Ajakan = Curiga
5
005. [Duka] Bertengkar = Upaya Pendekatan?
6
006. Kecaman = Pengakuan Palsu
7
007. Perasaan = Luka
8
008. Perhatian = Disucikan
9
009. Hak Tinggi dan Sandal Jepit
10
010. Tuduhan = Ancaman
11
011. Khawatir = Perasaan yang Membelenggu
12
012. Polos = Waspada
13
013. Kencan Buta Dengan Ketua Faksi Pertama?
14
014. Dewasa = Beringas
15
015. Kencan = Tinju Melayang
16
016. Di Manakah Dendi?
17
017. Hilang = Tersembunyi
18
018. Kencan = Bermain
19
019. Diculik = Hajar Balik
20
020. Ketua Palsu = Sedarah
21
021. Sima = Misa
22
022. Mimpi = Berharap Untuk Jadi Nyata
23
023. Simpati yang Berlebihan
24
024. Cinta = Di Luar Logika
25
025. Mengintai = Terlupakan
26
026. First Kiss Kepolosan
27
027. Eriana = Teman Kecil Dendi
28
028. Bersaing Sehat
29
029. Kerja Sama Dalam Bayangan
30
030. Tamu = Penyergapan
31
031. Yang Tidak Baik = Candu
32
032. Pengkhianatan dan Kemalangan
33
033. Indra Aji = Orang yang Malang
34
034. Muncul Wanita Penggoda!
35
035. Kesempatan Dalam Kegelapan
36
036. Degup Jantung
37
037. Pengakuan Tentang Seri = Bantuan
38
038. Dalang = Hacker
39
039. Aksi Heroik = Tendangan Super Si Bos
40
040. Cinta, Cinta, Semuanya Demi Cinta!
41
041. Anak Perempuan = Takdir
42
042. Penderitaan
43
043. Hacker = Han
44
044. Masa Kebahagiaan
45
045. Pikirkan Tentang Perasaan = Nyata atau Tidak?
46
046. Peringatan = Kewaspadaan
47
047. Bersenang-senang = Keberkahan
48
048. Sang Ahli Peretas Beraksi Layaknya Cahaya
49
049. Ketahuan = Salah Paham
50
050. Kecelakaan Maut
51
051. Ingatan Kelam = Kesalahan
52
052. Keluarga = Musuh
53
053. Ketidakberuntungan Berturut-turut
54
054. Cinta itu apa?
55
055. Bermalam di Hotel
56
056. Tangan Berlumur Darah
57
057. Yang Terjadi Dua Kali
58
058. Firasat
59
059. Kedok yang Terbongkar
60
060. Dua Jiwa Seakan Bersatu, Pasangan Tipu Daya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!