ASISTEN CULUN
Kota Y
"Bagaimana? Sudah bisa menghubungi babysitter itu?" seorang wanita berparas cantik bertanya pada suaminya yang baru masuk ke ruang kerja kediaman mereka.
"Tidak, ponselnya tidak aktif." pria itu menggeleng lemah.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada mereka saat ini? Tolong lindungi putriku Tuhan." Wanita itu mulai menangis histeris.
"Camila, sayang, kita harus berpikiran positif, mereka pasti baik-baik saja." Ucap Sang Suami berusaha menenangkannya. Namun Camila tak bisa berhenti menangis.
Ibu mana yang tidak histeris saat mengetahui tempat balitanya bersekolah di kepung beberapa perampok yang melarikan diri dari kejaran polisi dan mereka menggunakan anak-anak tidak berdosa itu sebagai tameng.
"Justin, ayo kita kesana. Ayo kita selamatkan Yuka." Pinta Camila lagi.
"Tapi kita tidak bisa melakukannya sayang, jika perampok itu mengetahui putri kita ada disana, maka keadaan akan lebih buruk lagi."
"Astaga Justin!!! Lakukan sesuatu, aku bisa gila!!!" Camila semakin histeris, ia meraung menyalurkan rasa takut yang menguasai dirinya saat ini. Tak lama kemudian Camila jatuh tak sadarkan diri.
Beberapa pelayan dengan sigap membantu Justin mengangkat istrinya dan memindahkan wanita itu ke dalam kamar pribadi mereka.
Sementara itu, suasana mencekam terlihat di Y Kindergarten. Bangunan itu terlihat sepi, namun di bagian luar gerbang dipenuhi dengan polisi bersenjata lengkap. Dan sekitar 10 meter ke arah kiri dan kanan jalan dipasangi pembatas. Disanalah reporter dari berbagai stasiun tv berkerumun menunggu informasi terbaru.
Di gedung olahraga taman kanak-kanak itulah para perampok menyandera anak-anak beserta guru dan babysitter mereka. Lima orang perampok bersenjata versus balita dan wanita, bukanlah lawan yang seimbang.
"Sudah selesai memeriksa?" Tanya seorang perampok pada rekannya.
"Sudah, tapi yang kita cari tidak ada diantara anak-anak ini."
"Psssttt, pelankan suaramu." Tegur perampok yang lainnya. "Tapi benar ini adalah alamat sekolah yang diberikan Kontraktor."
"Benar, kita berlima sudah membacanya berulang kali, bahkan kita sudah bertanya pada kepala sekolahnya."
Mereka saling berpandangan, dan dengan kode menggunakan mata mereka kembali memeriksa anak-anak itu satu per satu. Bahkan mereka memisahkan murid laki-laki dan perempuan. Beberapa menit kemudian mereka kembali saling berpandangan dan menggeleng.
Salah satu diantara mereka memberi kode dengan menggerakkan kepala agar semuanya kembali ke tempat awal, menjauh dari para sandera.
"Kalau begitu, dimana anak itu?"
"Kita telusuri saja sekolah ini. Mungkin ada yang bersembunyi, terpisah saat kita menggiring mereka ke tempat ini." Jawab seseorang yang berperan sebagai pemimpin kelompok.
"Baiklah kalau begitu. Jadi, siapa yang pertama?"
"Tentu saja dirimu, dan ajak seorang lagi." Ucap pemimpin itu tak ingin dibantah.
Pria itu berjalan dan memanggil rekannya menggunakan kode. Pria bernama Dan segera mendekat. "Ada apa, Luk?"
"Ikut aku."
Keduanya keluar sambil mengendap-endap, mereka mewaspadai jika ada polisi yang tiba-tiba menyerang. Setibanya di tempat yang dirasa aman, Dan menepuk bahu rekannya tadi.
"Luk, apa yang kita lakukan di luar sini?"
"Rudi menyuruh kita mencari anak kecil itu."
"Kalau begitu lebih baik kita berpencar, akan lebih cepat menemukannya jika kita berjalan sendiri-sendiri."
Luk berhenti kemudian memikirkan ide Dan. "Sepertinya itu ide yang bagus. Kau ke arah sana dan aku ke arah sini. Satu jam kemudian kita bertemu kembali disini." Ucap Luk sambil menunjuk arah depan dan belakang mereka. Dan mengangguk dan kemudian berjalan ke arah yang ditunjuk Luk.
Dan mulai menyusuri ruangan demi ruangan dengan hati-hati. Setiap rak dan lemari penyimpanan ia periksa. Atau tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat bersembunyi seorang anak kecil.
Hampir setengah jam Dan keluar masuk ruangan, namun ia tak kunjung menemukan anak yang mereka cari.
"Seingatku dulu taman kanak-kanak tempatku sekolah tidak sebesar ini. Mengapa orang-orang kaya sangat suka membangun bangunan besar sedangkan manusia yang menempati bangunan itu hanya sedikit." Gerutunya.
Ketika akan membuka pintu di depannya, ujung matanya menangkap sekelebat bayangan yang berlari melintasi lorong. Dan memfokuskan pandangannya. Ia maju mendekati ujung gedung tempat ia melihat bayangan tadi. Senjata laras panjang yang ia gunakan mengarah tepat ke depan dengan jari telunjuk tangan kanan berada di pelatuk. Pria ini siap memuntahkan timah panas yang mematikan dari senjatanya.
Dan bergerak selangkah demi selangkah. Tiba di ujung gedung ia dengan cepat memutar tubuh ke arah kiri.
Kosong, tak ada siapapun disana, Dan mengernyit. Ia jelas melihat sesosok bayangan manusia. Perlahan ia menurunkan senjatanya dan menarik napas dalam-dalam sambil sedikit menengadah.
Mata Dan membulat, namun yang sedang dilihatnya itu bergerak lebih cepat dari respon otaknya. Tubuh Dan bergetar saat stun gun itu menyentuh lehernya. Sosok manusia yang dilihat Dan bergantung terbalik seperti kelelawar itu segera turun kemudian menyeret tubuh Dan.
"Satu." Ucap gadis itu. Ia segera melucuti persenjataan Dan, kemudian mengikat kaki, mulut serta tangan pria itu.
Gadis itu bergegas kembali ke tempat persembunyiannya bersama seorang anak kecil yang sempat melihat aksinya tadi.
"Yuka, sembunyi dulu disini. Nanny akan segera kembali."
Yuka tak menjawab, ia hanya terus mengunyah bekal buah yang dibawa sambil menatap babysitternya dengan sorot mata penuh kekaguman.
Di tempat yang berlawanan arah dengan Dan, Luk berjalan kembali ke tempat mereka berpisah. Ternyata arah yang ia tuju tak memiliki banyak ruangan. Hingga ia memutuskan untuk berbalik dan membantu Dan.
"Pasti dia sudah menggerutu karena luasnya area pencarian yang menjadi bagiannya." Gumam Luk.
Begitu tiba di area pencarian Dan, Luk berhenti sesaat dan mengamati sekitarnya. Ia mengernyitkan dahi, karena sama sekali tak melihat ada pergerakan Dan.
Tempat rekannya itu mencari adalah bagian belakang dari kompleks sekolah tersebut. Oleh sebab itu mereka lebih leluasa bergerak karena tak terlihat dari gerbang yang dipenuhi polisi.
"Kemana dia pergi?" Luk bertanya-tanya sambil terus maju dan masuk ke ruangan yang ada di depannya.
"Sepertinya dia sudah mendatangi tempat ini." Luk mengambil kesimpulan setelah melihat kondisi ruangan itu.
Ketika Luk berbalik ia terkejut melihat seorang gadis berseragam babysitter sudah berdiri menghalangi jalannya.
"Sedang apa kau disini? Cepat bergabung dengan yang lain!" perintah Luk sambil menodongkan senjata dan mendekati gadis itu.
Saat posisi Luk sudah dalam jangkauannya, Sang Babysitter mengangkat kaki, menendang senjata Luk dengan kaki kanannya. Kemudian dengan satu gerakan ia memukul ulu hati Luk yang terekspos karena tangannya bergerak ke atas mengikuti senjata yang ditendang gadis itu.
"Uhkkk!!" Luk merasakan nyeri yang luar biasa hingga ia tak sadarkan diri.
"Dua." ucap gadis itu kemudian menyeret tubuh Luk ke tengah ruangan dan melakukan hal yang sama seperti pada Dan.
Ia memeriksa kantong baju Luk dan menemukan secarik kertas berisi alamat sekolah dan foto anak yang ia asuh. Gadis itu tersenyum sinis melihat benda yang sama dengan yang ia temukan di kantong orang pertama.
"Perampok??? Huhhh!!! yang benar saja."
Sementara itu di gedung olahraga, Rudi mulai gelisah karena kedua rekannya tak kunjung kembali. Ia memberi kode pada dua rekannya untuk bergerak menjauh dari sandera.
"Dan juga Luk belum kembali. Kalian susul mereka berdua, biar aku sendiri yang berjaga."
"Baiklah." kedua orang itu mengangguk dan segera melaksanakan perintah Rudi.
Selepas kepergian rekan-rekannya, Rudi mengambil senjatanya dan berjalan mengelilingi sandera. Tatapannya sudah cukup membuat anak-anak dan wanita disana ketakutan. Tak ada satu pun dari mereka yang berani mendongakkan kepala.
Dua jam berlalu, Rudi mulai gelisah. Ia menatap kedua pintu besar gedung tersebut kemudian berjalan mendekati salah satunya dan mengikatnya dengan simpul yang ia yakini tak akan bisa dilepaskan seorang wanita.
"Jika ada yang berani keluar dari gedung ini, akan ku tembak mati saat itu juga." ancam Rudi setelah selesai mengunci pintu pertama.
Rudi memutuskan untuk keluar dan mengganjal pintu menggunakan sebilah kayu sehingga orang yang berada di dalam tak bisa membuka pintu tersebut.
Setelah memastikan pintu itu tak bisa di dorong dari dalam, Rudi berbalik hendak mencari rekan-rekannya.
"Lima." ucap gadis yang entah muncul dari mana disertai gerakan yang secepat kilat. Sang Babysitter melayangkan pukulan yang membuat pandangan Rudi menjadi gelap.
......................
Camila tak dapat menahan perasaannya yang membuncah saat melihat Yuka turun dari mobil dan berlari ke arahnya. Wanita itu merentangkan kedua tangannya dan menyambut Yuka yang menghambur dalam pelukannya.
"Yuka, putriku." tangis Camila sambil memeluk Yuka. Justin pun tak kuasa menahan dirinya, ia memeluk istri dan anaknya dengan erat.
Sesaat kemudian Justin mengurai pelukannya dan membalikkan badan menatap Babysitter putri mereka dengan air mata yang masih menggenang.
"Terima kasih sudah melindunginya."
"Saya dibayar untuk itu. Sekarang anda bisa menunggu hasil pemungutan suara pemilihan walikota dengan tenang, Tuan. Tinggal hitungan jam."
"Kau benar."
Camila yang sudah bisa mengendalikan dirinya berdiri dan menghampiri babysitter putrinya kemudian memeluk gadis itu.
"Terima kasih, terima kasih banyak."
"Itu kewajiban saya, Nyonya."
"Nanny." Yuka datang dan memeluk kaki babysitternya.
"Hai sweetheart." gadis cantik itu mengusap kepala Yuka.
"Ma, saat besar nanti aku ingin menjadi kuat dan hebat seperti Nanny."
"Iya sayang, Mama akan mengijinkanmu berlatih bela diri." jawab Camilla disambut sorak kegembiraan Yuka. "Abigail, tinggallah beberapa hari lagi." Pinta Camilla setelah mengalihkan pandangan dari Putrinya.
"Seandainya saya bisa, Nyonya. Tapi terima kasih banyak untuk tawaran anda." Tolak Abigail secara halus.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
lazy
seruuu kak, suka ciwi jeger lanjutkan americano buat abigail
2022-11-28
2
renjana biru
Abigail,, slh 1 nama kesukaan mana karakternya badas lg
smngt makkk
2022-08-21
5
renjana biru
tau ndiri lah,, org kaya suka gabut dg duit mereka yg berserakan
2022-08-21
2