Bab 4. Tertidur

Abigail menggeliat saat mendengar alarm yang ia pasang berbunyi. Ia mengerjapkan mata berulang kali berusaha mengumpulkan kesadarannya. Dengan langkah yang berat ia bersiap untuk kembali bekerja.

Berulang kali Abigail menatap tempelan-tempelan kertas yang berisi jadwal serta kebiasaan Darren Wang.

"Mau mundur tapi gengsi. Masa iya baru beberapa hari sudah menyerah." gumam Abigail saat mematut diri di depan cermin.

Setelah ia merasa sudah lebih baik, Abigail bergegas meninggalkan apartemen sewaan agensi dan menuju tempat tinggal Darren.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Abigail tiba di apartemen Darren pukul 06.00 pagi. Seperti biasa, ia akan memeriksa sekeliling terlebih dahulu sebelum masuk.

Selama beberapa hari bekerja, Abigail selalu tiba sebelum Darren bangun. Karena sudah mulai menghafal kebiasaan pemuda itu, maka hari ini Abigail bergegas memasang kamera tersembunyi dan alat penyadap suara di beberapa titik.

Setelah semua beres, Abigail segera menyiapkan perlengkapan Darren yang ada di ruang kerja.

"Ekhmm!" Darren berdehem sebab Abigail tak menyadari jika ia telah bangun.

Abigail menjengit karena terkejut, ia segera berbalik dan semakin terkejut melihat penampilan Darren yang tak menunjukkan jika pemuda itu baru bangun tidur. Wajah pucat sekaligus kusam dan mata yang memerah disertai lingkaran hitam di bawah mata. Semua itu sudah cukup menjelaskan apa yang terjadi.

"Se..selamat pagi, Tuan." Abigail sedikit membungkuk untuk memberi hormat.

"Hmmm." jawab Darren sambil membalikkan tubuhnya. "Katakan pada Trias, aku tak ingin kemana-mana hari ini." ucapnya sambil meninggalkan Abigail dan kembali ke kamarnya.

Abigail bergegas mengambil ponsel yang ia gunakan khusus untuk tugas kali ini. Kemudian ia menelepon Trias dan menyampaikan pesan Darren.

Selagi menunggu kedatangan Trias, Abigail merebus air untuk menyeduh teh melati yang akan ia sajikan pada Darren dan Trias. Tak lupa Abigail juga menyiapkan beberapa biskuit sebagai pelengkap.

"Apa yang kau lakukan?" suara Darren membuat Abigail terperanjat. Ia membalikkan tubuh dan melihat Darren sedang duduk di meja dengan kedua tangan menyangga dagu.

"Merebus air untuk menyeduh teh, Tuan."

Darren menatap Abigail dengan malas. "Sudah menghubungi Trias?"

Abigail mengangguk. "Sudah Tuan." ujarnya lagi.

"Aku tak ingin mendengarmu memanggilku Tuan." ujar Darren dengan ketus.

Abigail terdiam, ia memikirkan kata yang tepat untuk memanggil Darren.

"Saya akan memanggil Pak saja." ucap Abigail setelah menentukan pilihan.

"Apa aku setua itu?" Darren terlihat mulai marah. "Ah sudahlah!" ucapnya lagi dan beranjak meninggalkan Abigail yang masih bingung.

"Masih pagi sudah mengajak perang!" desis Abigail sambil melempar kain lap yang ia pegang.

"Hahhh, aku harus belajar bersabar. Kalau tidak aku akan berakhir menjadi istri seseorang yang tidak aku kenal." keluh Abigail lagi sambil mengelus dada.

Bunyi uap yang keluar dari ketel membuat Abigail tersadar. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti mengasihani diri sendiri.

Tak lama setelah pekerjaan Abigail selesai, bel berbunyi. Ia menuju pintu dan memeriksa ke layar terlebih dahulu untuk mengetahui siapa yang datang. Begitu melihat wajah Trias, Abigail segera membuka pintu.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi Kak." Abigail bergeser agar Trias dapat masuk dengan leluasa.

"Dimana dia?" Trias mengedarkan pandangan mencari keberadaan Darren.

"Sepertinya ada di dalam kamar."

Trias mengangguk dan berjalan menuju kamar Darren serta mengetuk pintunya.

Abigail memilih kembali ke pantry untuk mengambil teh dan biskuit. Saat ia kembali ke ruang tengah untuk menyajikan minuman dan kudapan ringan, terlihat Darren dan Trias sedang berbicara serius.

"Abigail, tolong keluar dulu." pinta Darren.

Abigail tak menjawab, ia hanya mengangguk dan mengambil tas miliknya. Namun ia tak pergi jauh, Abigail hanya duduk sambil bersandar di dinding depan pintu unit apartemen Darren.

Ia segera mengambil ponsel khusus sekaligus earphone untuk mencuri dengar melalui penyadap yang sudah ia pasang sebelumnya.

"Wajahnya begitu mengerikan, dengan tatapan mata yang seakan-akan meminta pertolongan. Semua itu membuatku ketakutan dan tak bisa kembali tidur." terdengar suara Darren yang bercerita pada Trias. "Aku harus bagaimana?"

Ternyata Darren memimpikan korban pembunuhan itu, gumam Abigail dalam hati.

Hening, Abigail mengambil kembali ponsel dan mengotak-atik benda tersebut untuk mendapat tampilan visual di dalam ruangan karena tak terdengar suara apa pun untuk beberapa saat. Hingga akhirnya terdengar Trias berbicara.

"Untuk saat ini, aku akan meminta resep obat penenang agar kau bisa tidur."

Terdengar helaan napas panjang. "Baiklah, jika hanya itu yang bisa diperbuat untuk saat ini." ucap Darren yang terdengar putus asa.

"Kalau begitu aku akan mencarikanmu obat dan membawanya kemari." tampak Trias berdiri disusul Darren.

Abigail segera membereskan peralatannya dan berdiri.

"Aku pergi dulu." ucap Trias berpamitan. Ia melihat Abigail dan tersenyum. "Terima kasih untuk tehnya."

"Sama-sama." jawab Abigail sambil sedikit menunduk.

Setelah Trias memasuki lift, Abigail merasa tak nyaman pada sisi kiri tubuhnya. Saat Abigail menoleh, ternyata Darren sedang menatapnya dengan tajam.

"Aku tak mengijinkanmu pulang, namun aku juga tak ingin melihatmu saat ini. Terserah padamu bagaimana mengartikan ucapanku ini." ucap Darren dengan ketus.

Abigail terdiam, ia berpikir sejenak sebelum akhirnya menjawab. "Kalau begitu saya akan menunggu disini."

Darren hanya mengangkat kedua bahunya tak peduli kemudian menutup pintu, membiarkan Abigail sendiri di depan unitnya.

Abigail menarik napas dalam-dalam. Ia berusaha meredam emosi yang mulai menjalar naik. Abigail memilih kembali duduk di lantai dan mengeluarkan notebook. Tanpa harus menunggu instruksi dari Trias, Abigail mulai menyusun kembali jadwal Darren.

Tanpa terasa, hingga waktu makan siang, Abigail masih setia berada di tempat duduknya. Ia melirik jam tangannya dan menghembuskan napas dengan kasar. Ia terpaksa menyantap makan siang di luar ruangan karena Darren belum juga memberi ijin baginya untuk masuk.

Tak butuh waktu lama bagi Abigail untuk menyelesaikan makan siangnya. Setelah membereskan kotak bekal, ia berdiri dan berpikir akan melakukan apa untuk menghabiskan waktu. Sementara ia berlikir, tampak pintu terbuka dengan cepat.

"Masuklah." Darren membuka pintu dan kembali masuk.

Abigail segera mengambil tasnya dan mengikuti langkah Darren tanpa bersuara. Ia menatap tajam ke arah punggung pemuda itu.

"Duduk disitu." kembali Darren memberi perintah sambil menunjuk sebuah sofa minimalis yang terletak tak jauh dari grand piano. "Dengarkan lagu ini dan ungkapkan pendapatmu." imbuhnya lagi sambil duduk menghadap pianonya dan membelakangi Abigail.

Tanpa menunggu jawaban asistennya itu, Darren segera menekan tuts piano dan memainkan sebuah lagu bergenre pop yang memiliki irama mendayu khas lagu melow.

Abigail memejamkan mata, permainan musik Darren terdengar sedih sekaligus menenangkan. Ia merubah posisi duduknya dengan bersandar agar lebih menikmati lagu yang dibawakan Darren. Hingga tanpa sadar, Abigail pun jatuh terlelap.

Darren memainkan lagu barunya dengan penuh perasaan. Dipenghujung lagunya, ia menoleh ke belakang untuk melihat Abigail.

Betapa terkejutnya Darren saat melihat Abigail yang tertidur di sofa dan tidak mendengarkan lagunya sampai selesai.

Karena kesal Darren menekan tuts berulang kali dengan kasar menggunakan kesepuluh jarinya. Hal ini sukses membuat Abigail terbangun dari tidurnya.

"Aku menyuruhmu masuk untuk mendengar lagu baruku dan memberikan pendapat! Tapi kau malah tertidur!" Darren berdiri dengan napas tersengal karena menahan marah. "Lebih baik kau pulang sekarang juga!" imbuhnya lagi sambil menunjuk ke arah pintu.

"Ma..maaf Tuan, eh Pak." sahut Abigail dengan gugup sebab ia sendiri terkejut mendapati dirinya tertidur.

"Kau memanggilku apa?!" Darren semakin marah.

"Eh, maaf." ucap Abigail sekali lagi.

Tak ingin ikut tersulut emosi, Abigail segera mengambil tas dan pergi dari sana. Di belakangnya terdengar Darren yang mengumpat melampiaskan kekesalannya.

Setibanya di apartemen, Abigail langsung menelepon Mikha. Kali ini tekatnya sudah bulat. Ia berjalan kesana kemari di dalam kamarnya saat menunggu Mikha mengangkat panggilannya.

"Halo." terdengar suara Mikha diujung sambungan telepon.

"Halo Kak."

"Apa yang terjadi? Kau terdengar lesu. Apakah kau sakit Ai?" Mikha terdengar khawatir.

Abigail menggeleng, meski ia tahu Mikha tak akan bisa melihat itu.

"Rasanya aku ingin berhenti." Abigail menempelkan dahinya di kaca jendela kamarnya. "Aku bisa mati terkena serangan jantung karena terus menerus menahan emosi."

Mendengar keluhan Abigail, Mikha tertawa terpingkal-pingkal. Dan respon Mikha membuat wajah Abigail semakin kusut.

"Apa kau yakin? Kalau yakin, dengan senang hati Kakak akan mengurus penggantimu." Mikha terdengar senang. "Dan artinya kau...."

"Tidak, aku akan bertahan." Abigail memotong ucapan Mikha dan dengan cepat memutuskan sambungan telepon.

"Tidak, aku belum mau menikah." lirihnya sambil menatap ke jalan raya yang berada jauh di bawah.

......................

Terpopuler

Comments

Adzkia Zhafira

Adzkia Zhafira

wkwkwk....saking menghayati lagu barunya daren,.abigail sampai tertidur

2022-09-21

2

AdindaRa

AdindaRa

Sebenarnya apa yang jadi masa lalu Darren yaa? Jadi penasaran deh eike 🙄 yuuuk kaaak. Gaaskeen

2022-08-11

3

As3

As3

meraba alur ceritanya tp aku selalu suka dg pemeran wanita tangguh

2022-08-10

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Babysitter
2 Bab 2. Asisten
3 Bab 3. Menahan Emosi
4 Bab 4. Tertidur
5 Bab 5. Pisau Berlumur Darah
6 Bab 6. Walk in Closet
7 Bab 7. Kemeja Putih
8 Bab 8. Abi?
9 Bab 9. Sifat Asli
10 Bab 10. Muse
11 Bab 11. Cuti
12 Bab 12. Hadiah
13 Bab 13. Pisau Beracun
14 Bab 14. Terpaksa Berkhianat
15 Bab 15. Gugup
16 Bab 16. Bos Terbaik
17 Bab 17. Penyesalan Zai
18 Bab 18. Monster
19 Bab 19. Mimpi Buruk
20 Bab 20. Maaf
21 Bab 21. Hari Yang Baik
22 Bab 22. Gegabah
23 Bab 23. Perempuan Gila
24 Bab 24. Menahan Diri
25 Bab 25. Identitas Tersembunyi Si Asisten Culun
26 Bab 26. Takut?
27 Bab 27. Membalas
28 Bab 28. Ditarik Dari Misi
29 Bab 29. Jika Terus Bersama
30 Bab 30. Malu
31 Bab 31. Distrik Harlem
32 Bab 32. Aku Rindu
33 Bab 33. Menjadi Umpan
34 Bab 34. Bertemu Di Saat Yang Tidak Tepat
35 Bab 35. Yang Pertama?
36 Bab 36. Tunggu Aku
37 Bab 37. Liam Yang Posesif
38 Bab 38. Serangan Draco
39 Bab 39. Tidak Kenal
40 Bab 40. Merasa Tertantang
41 Bab 41. Menjadi Umpan (2)
42 Bab 42. Gym
43 Bab 43. Khawatir?
44 Bab 44. Manis
45 Bab 45. Lukisan
46 Bab 46. Putra?
47 Bab 47. Hangatnya Keluarga Yang Tak Utuh
48 Bab 48. Pangeran Keluarga Zee
49 Bab 49. Kecelakaan
50 Bab 50. Sudah Ingat?
51 Bab 51. Ada Apa Dengan Abi?
52 Bab 52. Kebenaran
53 Bab 53. Padang Bunga
54 Bab 54. Malaikat Maut
55 Bab 55. Gala Dinner
56 Bab 56. Iri Hati
57 Bab 57. Musuh Terbesar Abigail
58 Bab 58. Sarah Yang Dungu
59 Bab 59. Mantan!
60 Bab 60. Akhir Dari Robert
61 Bab 61. Berkualifikasi Atau Tidak
62 Bab 62. Cemburu Tanda Cinta
63 Bab 63. Hanya Dia Satu-Satunya
64 Bab 64. Tidak Mudah
65 Bab 65. Mine
66 Bab 66. Obat Sakit Kepala
67 Bab 67. Bunga Bangkai
68 Bab 68. Terima Kasih
69 Bab 69. Dia Menakjubkan
70 Bab 70. Asisten Culun
71 Bab 71. I Love You
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1. Babysitter
2
Bab 2. Asisten
3
Bab 3. Menahan Emosi
4
Bab 4. Tertidur
5
Bab 5. Pisau Berlumur Darah
6
Bab 6. Walk in Closet
7
Bab 7. Kemeja Putih
8
Bab 8. Abi?
9
Bab 9. Sifat Asli
10
Bab 10. Muse
11
Bab 11. Cuti
12
Bab 12. Hadiah
13
Bab 13. Pisau Beracun
14
Bab 14. Terpaksa Berkhianat
15
Bab 15. Gugup
16
Bab 16. Bos Terbaik
17
Bab 17. Penyesalan Zai
18
Bab 18. Monster
19
Bab 19. Mimpi Buruk
20
Bab 20. Maaf
21
Bab 21. Hari Yang Baik
22
Bab 22. Gegabah
23
Bab 23. Perempuan Gila
24
Bab 24. Menahan Diri
25
Bab 25. Identitas Tersembunyi Si Asisten Culun
26
Bab 26. Takut?
27
Bab 27. Membalas
28
Bab 28. Ditarik Dari Misi
29
Bab 29. Jika Terus Bersama
30
Bab 30. Malu
31
Bab 31. Distrik Harlem
32
Bab 32. Aku Rindu
33
Bab 33. Menjadi Umpan
34
Bab 34. Bertemu Di Saat Yang Tidak Tepat
35
Bab 35. Yang Pertama?
36
Bab 36. Tunggu Aku
37
Bab 37. Liam Yang Posesif
38
Bab 38. Serangan Draco
39
Bab 39. Tidak Kenal
40
Bab 40. Merasa Tertantang
41
Bab 41. Menjadi Umpan (2)
42
Bab 42. Gym
43
Bab 43. Khawatir?
44
Bab 44. Manis
45
Bab 45. Lukisan
46
Bab 46. Putra?
47
Bab 47. Hangatnya Keluarga Yang Tak Utuh
48
Bab 48. Pangeran Keluarga Zee
49
Bab 49. Kecelakaan
50
Bab 50. Sudah Ingat?
51
Bab 51. Ada Apa Dengan Abi?
52
Bab 52. Kebenaran
53
Bab 53. Padang Bunga
54
Bab 54. Malaikat Maut
55
Bab 55. Gala Dinner
56
Bab 56. Iri Hati
57
Bab 57. Musuh Terbesar Abigail
58
Bab 58. Sarah Yang Dungu
59
Bab 59. Mantan!
60
Bab 60. Akhir Dari Robert
61
Bab 61. Berkualifikasi Atau Tidak
62
Bab 62. Cemburu Tanda Cinta
63
Bab 63. Hanya Dia Satu-Satunya
64
Bab 64. Tidak Mudah
65
Bab 65. Mine
66
Bab 66. Obat Sakit Kepala
67
Bab 67. Bunga Bangkai
68
Bab 68. Terima Kasih
69
Bab 69. Dia Menakjubkan
70
Bab 70. Asisten Culun
71
Bab 71. I Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!