Kota X, 1 tahun kemudian
Ruang direksi utama The Light House Tower.
Seorang gadis cantik berbaring dengan cara unik di sofa yang terletak di seberang ruang kerja.
"Kepalamu tidak pusing? Sudah 30 menit kau berbaring dengan pose seperti itu Ai." Tegur seorang wanita berusia 46 tahun namun masih terlihat muda.
"Aku bosan kak." Jawab gadis yang dipanggil Ai masih dengan posisi kepala di pinggir sofa dan kakinya yang dibalut celana denim dengan sobekan pada beberapa tempat di bagian depan diletakkan pada sandaran si kursi empuk.
"Jadi aku rasa, otakku memerlukan pasokan oksigen lebih banyak dari biasanya." Imbuhnya lagi sambil menyugar rambutnya yang tidak terlalu panjang itu.
"Terserah kau saja." Ucap Sang wanita sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Atau lakukan audit pada bistromu."
"Kak Mikha, tidak ada misi baru?" Abigail memilih untuk tidak menanggapi usulan yang diberikan kakaknya.
"Ada, banyak. Tapi sudah kuberikan pada Tania, ia yang membagi misi."
"Lalu aku?" Gadis itu bangkit dan duduk dengan benar.
"Aku tak ingin mengambil resiko dengan selalu mengirimmu Abigail." Mikha melirik Abigail sejenak, kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
"Tapi sudah satu tahun aku libur dari misi Kak." Rengek gadis itu lagi.
"Kakak tidak ingin dibantah, Ai. Jadi hentikan."
Abigail terdiam, kalau intonasi bicara Kakak perempuannya itu sudah penuh penekanan, lebih baik jangan meneruskan perdebatan. Usia mereka terpaut lebih dari 20 tahun, jadi kadang Abigail lebih merasa memiliki seorang ibu dibanding Kakak.
Orang tuanya sudah meninggal dalam kecelakaan, hanya Mikha dan keluarga di desa yang Abigail miliki.
"Hhhh, aku rindu Bibi Lan. Kalau begitu aku pulang ke desa saja." Ucap Abigail sambil melangkah menuju jendela besar untuk melihat jalanan yang terlihat jauh di bawah.
Ucapan Abigail sukses menghentikan Mikha dari kegiatannya. Ia melepas kacamata dan menghampiri adiknya.
"Kau tidak bisa terlalu sering pulang. Dan juga bukankah kau punya usaha yang harus diperhatikan. Kakak tahu kau sedang bosan, tapi...."
Tok...Tok...Tok...
"Permisi Miss." seorang wanita yang usianya tak jauh dari Mikha muncul di ambang pintu.
"Masuklah Tania." Ucap Mikha sambil berjalan kembali ke tempat duduknya.
"Halo Abigail." sapa Tania pada Abigail.
"Hai Kak." Sahut Abigail tak bersemangat.
"Ada apa?" Tanya Mikha pada Tania perihal kedatangannya.
"Ini ada penawaran baru untuk model kita dan sebuah menu baru." Tania menyerahkan dua buah map pada Mikha.
Abigail yang mendengar itu langsung mendekati Kakaknya dan berdiri di sampingnya. Mikha tahu Abigail sudah tak sabar ingin melihat menu baru, namun ia sengaja membuka map penawaran untuk modelnya terlebih dahulu.
The Light House adalah agency yang menaungi banyak sekali model terkenal bertaraf internasional. Banyak perusahaan besar terutama dari industri entertainment berebut untuk bisa bekerja sama dengan mereka.
"Tawaran menarik, apalagi mereka menyerahkan pemilihan model kepada kita. Serahkan pada Louisa, ia tahu harus berbuat apa."
"Baik Miss."
"Aku rasa aku ingin melihat pemotretan...."
"Kakak!" Abigail mengguncang lengan Mikha, membuat wanita itu dan Tania tertawa kecil. Mereka tahu sedari tadi Abigail sudah bergerak-gerak gelisah.
Mikha membuka map kedua dan membaca rincian yang tertera disana. "Baiklah, menu baru ini untukmu. Selamat menikmati." Mikha menyerahkan map kedua pada Abigail.
Tania tertawa dengan menutup mulut menggunakan satu tangannya saat melihat ekspresi Abigail. "Sepertinya menu ini memang sangat cocok untuk Athena kita."
"Tapi Athena harus menjelma sebagai The Beast jika ingin sukses." Mikha mengamati adiknya dengan senyuman misterius.
"Sejelek apa?" Tanya Abigail sambil menatap Kakaknya.
"Tidak jelek-jelek amat." Mikha mengubah posisi duduknya dengan mata yang terus memindai tubuh Abigail. "Tapi ya jelek."
Abigail mengangkat bahu tanda tak peduli. "Terserah, yang penting menu ini untukku." Ujarnya kemudian lanjut membaca berkas yang tadi diserahkan Mikha.
The Light House bukan saja agency yang menyediakan model bertubuh indah berparas rupawan, tapi juga menyediakan pelindung khusus bagi orang yang memerlukan pengamanan.
Sebagian besar dari model yang berada di TLH merangkap juga sebagai agen, seperti Abigail yang memiliki julukan Athena di kalangan agen. Dan menu baru adalah istilah yang mereka gunakan untuk misi yang baru diajukan oleh calon klien.
"Seperti biasa, aku tidak ingin mengganti namaku." Ujar Abigail sambil meletakkan berkas kembali ke meja Mikha.
"Tapi kali ini hanya outfitmu saja yang diubah, tidak dengan wajah atau bagian tubuh lain. Terlalu beresiko jika tak mengganti nama." Mikha menjelaskan.
"Firasatku berkata semua akan baik-baik saja." Jawab Abigail dengan angkuhnya.
Selama ini ia memang belum pernah gagal. Dan dalam setiap penyamarannya, ia tetap terlihat cantik meski kadang terpaksa berpenampilan layaknya seperti orang gemuk.
Namun tidak untuk misi baru yang ia baca, penyamarannya kali ini akan membuatnya menjadi sasaran empuk gadis-gadis yang merasa diri sempurna karena wajah dan penampilan modis mereka. Sedangkan Abigail, yang selama ini selalu dipuja kaum Adam, tak pernah tahu rasanya menjadi orang yang dihina karena kekurangan pada wajah dan penampilan mereka.
"Dan jika firasatmu salah, ini akan menjadi misi terakhirmu." Ancam Mikha yang yakin adiknya tidak akan tahan dengan penyakit sosial yang selalu ada di perusahaan entertainment yang memuja kecantikan dan ketampanan serta penampilan yang paripurna.
"Deal!!" Abigail tanpa ragu menyodorkan tangannya.
"Kau jadi saksi hari ini Tania." Mikha menyambut uluran tangan Abigail dan menjabatnya kuat. "Deal!!! Plus menikah."
"Hei!!!! Kakak menjebakku??!! Tidak!!! Aku tidak mau." Tolak Abigail mentah-mentah.
"Terlambat, kita sudah berjabat tangan." Mikha menarik tangannya dengan senyum kemenangan.
......................
Abigail turun dari taksi dan memasuki bistro miliknya sendiri. Gadis itu mendapat tatapan sinis dari beberapa perempuan, termasuk pelayan yang ada disana. Namun Abigail tak ambil pusing.
Bistro yang terletak di pinggiran kota ini menawarkan pemandangan yang indah yang bisa dilihat dari jendela. Makanan yang disuguhkan pun tak kalah nikmat dengan restoran ternama di pusat kota.
"Anda mencari siapa, Nona?" Sapa seorang pelayan saat melihat Abigail kebingungan.
"Eh, i-itu. Saya mencari Tuan Triasaka." Jawab Abigail sambil memperbaiki kacamata yang terlihat aneh di wajahnya.
"Mari, saya antar Nona ke mejanya." Pelayan itu sepertinya tak mempermasalahkan penampilan Abigail.
"Terima kasih." Abigail tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi yang dilapisi kawat gigi.
"Sa-sama-sama Nona." Ucap pelayan tersebut setelah sempat terkejut melihat senyuman gadis dihadapannya, namun ia berusaha untuk tetap ramah. "Ehmmm!! Mari Nona ikut saya." Imbuhnya setelah berhasil mengatasi keterkejutannya.
"Permisi Tuan, sepertinya yang anda tunggu sudah tiba." Kata pelayan itu begitu sampai di meja paling ujung.
Seorang pria tampan berkacamata menatap ke arah pelayan tadi, kemudian pandangannya beralih pada gadis yang berada di belakangnya. Bola mata pria itu membulat saat melihat gadis yang berada di belakang si Pelayan. Trias memindai gadis itu secara terang-terangan.
Ya Tuhan, apa ini? Keluhnya dalam hati.
Di hadapannya berdiri seorang gadis dengan penampilan yang menyakiti matanya. Rok semata kaki bermotif bunga-bunga, kemeja yang terlihat kebesaran dengan motif bunga yang lebih kecil. Kacamata besar yang sangat tak cocok dengan wajahnya, rambut pendek nan kusut yang sepertinya bisa merontokkan sisir.
"Selamat siang Tuan Triasaka." Sapa gadis itu sambil tersenyum lebar.
Trias menahan napas saat melihat senyuman itu. Kawat gigi yang menyeramkan.
"Selamat siang." Sahut Trias setelah berhasil menguasai diri. "Silahkan duduk. Dan terima kasih sudah mengantarnya. Ini untukmu." Trias memberikan sejumlah uang namun pelayan tersebut menolak.
"Sama-sama Tuan, sudah tugas saya. Permisi."
Abigail menatap kepergian pelayan tadi dengan senyuman samar.
"Baiklah, Nona Abigail. Benar kan anda Nona Abigail?"
"Benar Tuan, nama saya Abigail. Anda bisa memanggil saya Abigail tanpa embel-embel Nona."
Trias mengangguk-anggukkan kepala. "Baiklah kalau begitu. Aku mendapat rekomendasi dari seorang kenalan. Jadi aku akan menjelaskan pekerjaanmu."
Abigail mengangguk dan memperhatikan dengan seksama.
"Kau akan menjadi asisten pribadi Darren Wang. Ini adalah daftar tugasmu, di dalamnya ada makanan dan minuman yang disukai Darren, dan banyak hal lagi. Silahkan dibaca." Trias menyodorkan sebuah map. "Ada pertanyaan?"
"Kemana asisten yang lama?"
Trias diam, tampak ia sedang berpikir sebelum menjawab pertanyaan Abigail. "Meninggal akibat overdosis obat terlarang."
Abigail mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Jika tidak ada prtanyaan lagi, kita akan menemui Darren sekarang."
"Iya Tuan."
Trias berhenti menata tas kerjanya. "Tolong jangan panggil aku dengan sebutan itu."
"Tapi tidak mungkin aku hanya memanggil nama, sangat tidak sopan."
Trias mengangkat bahunya. "Pikirkanlah."
Mereka meninggalkan bistro dan segera menuju Sky City milik Blue Sky Entertainment.
......................
Trias dan Abigail menjadi pusat perhatian saat keluar dari lift khusus orang-orang yang bekerja di gedung tersebut. Bukan Trias yang menjadi penyebabnya, melainkan Abigail. Apalagi gadis itu berjalan sambil menunduk namun sesekali melihat ke kanan dan kirinya. Semakin terlihat aneh bagi mereka yang ada disana.
Mereka berhenti di depan pintu yang bertuliskan Darren Wang. Trias mengetuk sebelum membuka pintu dan mempersilahkan Abigail masuk lebih dulu.
Jauh di dalam ruangan, seorang pemuda tampan sedang memainkan gitarnya.
"Ini Abigail, asistenmu yang baru." Kata Trias saat mereka sudah berdiri tak jauh dari Darren.
Pemuda itu memalingkan wajah dan...
Teennggg......
Satu senar gitar tersebut tiba-tiba putus.
Abigail terkejut dan tanpa sadar ia mundur satu langkah.
"Badut dari mana ini? Aneh, culun, jelek." Darren terang-terangan menghina Abigail. "Cari yang lain, aku tak menyukainya. Aku ingin asisten yang cantik atau tampan seperti kebanyakan pekerja disini. Bukan yang seperti ini! Membuatku muak saja." Gerutu Darren.
Apa? Baru kali ini ada pemuda yang menghinaku seperti ini. Gerutu Abigail dalam hati dengan kedua tangan yang mengepal kuat di sisi tubuhnya. Namun akal sehatnya membuat gadis itu tersadar akan misinya.
"Tapi Tuan, saya datang untuk bekerja, bukan untuk disukai oleh anda." Sahut Abigail dengan tenang dan memaksakan senyuman.
"Apa kau bilang?!" Darren berdiri dan melempar gitarnya. Trias segera mendekati Darren dan memegang lengan pemuda itu.
"Kita membutuhkannya, kendalikan emosimu." Kata Trias.
Darren menghempaskan tangan Trias kemudian membalikkan badan menghadap jendela. Ia menghirup napas dalam-dalam, sedangkan Abigail tersenyum samar.
"Maafkan atas ucapannya yang kasar." Pinta Trias saat sudah berada di depan Abigail.
"Iya Kak, tidak apa-apa."
Trias mengangkat kedua alisnya mendengar sebutan Abigail untuknya. Pemuda itu membalikkan tubuh untuk mengambil beberapa barang Darren dan tersenyum.
"Ayo kita pulang. Kita harus mengajarkan beberapa hal pada Abigail."
Mendengar hal itu Darren segera berbalik dan lebih dulu keluar ruangan.
Sepanjang perjalanan Darren memasang wajah masam. Ia masih tidak terima dengan ucapan Abigail. Namun benar yang dikatakan Trias, mereka membutuhkan Abigail. Darren dan Trias membawa Abigail ke apartemen baru Darren dan mulai mengajari Abigail menyiapkan segala keperluan Darren.
Abigail mengikuti Trias dengan alat tulis di tamgannya. Ia mencatat semua instruksi yang diberikan Trias, sedangkan Darren lebih memilih berdiam diri di dalam kamarnya. Ia berkata pada trias bahwa ia sakit kepala karena terlalu sering melihat Abigail.
Mendengar penuturan Darren, Abigail menggenggam pena ditangannya dengan sekuat tenaga. Ia jadi sadar kenapa Kak Mikha begitu yakin ia tak akan berhasil dengan misi kali ini.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Adzkia Zhafira
asisten sblmnya mati krn overdosis? sptnya ada yg disembunyikan, shga abigail hrs berganti wujud mnjadi the beast utk berada di samping darren, begitu kah thor?
2022-09-21
1
renjana biru
entar liat muka aslinya abi janji gk naksirrr luuu
2022-08-22
2
AdindaRa
Aku kirimkan secangkir kopi ☕ untuk Abigail. Ayooo gaaskeen kaaakaaak. Semangaaaat berkarya 😍
2022-08-10
4