Setelah seharian meliburkan diri, Darren memutuskan untuk kembali pada aktifitasnya. Abigail yang sudah berada di apartemen Darren segera menyiapkan perlengkapan pemuda itu meski sikap Darren semakin dingin dan ketus kepadanya akibat masalah Abigail yang tertidur.
Namun Abigail tak ambil pusing, ia memilih menghadapi Darren ketimbang pulang untuk menikah.
Sesampainya di depan ruangan Darren, ketiganya dikejutkan dengan keberadaan seorang wanita yang dikerumuni banyak staf yang bertugas di lantai tiga tersebut.
"Rosalin." gumam Darian pelan namun bisa didengar oleh Abigail yang berada tepat di belakangnya.
Abigail menggeser sedikit tubuhnya dan tampaklah seorang wanita yang sedikit lebih pendek di banding Abigail. Mengenakan dress halter neck berwarna merah muda yang panjangnya tepat di atas lutut.
Rosalin mengalihkan pandangannya dari beberapa orang di hadapannya. Sepertinya ia menyadari kedatangan Darren. Dengan senyuman yang tak luntur ia segera berjalan mendekat.
"Darren!" serunya dengan riang.
Setelah Rosalin mendekat, semakin jelas terlihat wajahnya yang cantik dan terlihat sangat ramah, membuat Abigail kagum.
Selama ini Abigail memang sering mendengar nama Rosalin diperbincangkan beberapa model pria di agensi, namun baru kali ini melihatnya secara langsung.
Trias pun meminta agar orang-orang tadi kembali bekerja dan segera membuka pintu ruangan Darren. Abigail segera menyusul masuk ke ruangan meninggalkan Darren yang terlihat tersenyum manis pada Rosalin.
"Letakkan saja semuanya disini." kata Trias pada Abigail sambil menunjuk sebuah tempat.
"Apa kabar Trias?" pertanyaan Rosalin membuat Abigail dan Trias berbalik menghadap pintu. "Sepertinya kamu makin kurus." imbuhnya lagi tanpa melepas lengan Darren dalam dekapannya.
"Aku baik, terima kasih sudah bertanya."
Sekilas Abigail melihat Rosalin sempat melirik ke arahnya dengan tatapan meremehkan. Namun dengan cepat Rosalin kembali mengubah ekspresi wajahnya menjadi Rosalin yang terkenal lemah lembut serta ramah.
Ternyata hanya topeng, gumam Abigail dalam hatinya.
Darren melepas tangan Rosalin, dan yang membuat Abigail terkejut adalah raut wajah Darren yang terlihat enggan. Saat pemuda itu melangkah lebih jauh ke dalam ruangannya, Rosalin tetap mengikuti dan kembali meraih lengan Darren.
"Aku rindu padamu." tanpa menghiraukan keberadaan Trias dan Abigail, Rosalin mengecup pipi Darren berulang kali.
Abigail merasa jengah, ia segera keluar dari ruangan Darren setelah meletakkan tas yang ia bawa.
"Aku ingin kopi." lirihnya sambil menuju mesin pembuat kopi yang berada di sudut ruangan. Meski beberapa orang wanita terang-terangan menatapnya dengan sinis, Abigail tak peduli.
Kemudian ia membawa kopi dalam gelas kertas itu menuju jendela. Abigail ingin menikmati minumannya sambil menatap ke luar gedung.
"Apa yang terjadi kemarin?" suara Trias yang sudah berada di samping Abigail membuat gadis itu mengalihkan matanya dari pemandangan di luar dan menatap Sang Manager.
"Kemarin sore aku datang kembali dan ingin mengantarmu pulang. Namun Darren berkata sudah mengusirmu."
Abigail tersenyum tipis. "Saya membuat kesalahan Kak."
"Kesalahan?" Trias mengernyit. "Kesalahan apa yang membuat Darren begitu marah hingga mengusirmu?"
"Ehmm, itu." Abigail menggaruk tengkuknya. "Aku tertidur saat Tuan Darren menyanyikan lagu barunya. Padahal sebelumnya ia sudah memerintahkan aku untuk mendengarkan dan beri pendapat." imbuhnya dengan diliputi perasaan bersalah mengingat kejadian kemarin.
Trias tertawa kecil mendengar penuturan Abigail. "Apa kau selelah itu hingga tertidur?"
Abigail menunduk malu karena merasa tidak profesional. "Sebenarnya tidak terlalu. Saya juga tidak tahu kenapa bisa terlelap."
"Mungkin saja suara Darren membuatmu merasa tenang dan nyaman hingga akhirnya kau pun tertidur."
"Mungkin saja Kak." Abigail tersenyum kikuk.
"Permisi Tuan Trias." seorang petugas keamanan datang menghampiri. "Ada kurir membawa paket dan berkata harus anda sendiri yang menerimanya." ucapnya lagi sambil bergeser memberi jalan pada Sang Kurir.
"Maaf Tuan, ini yang tertera pada pesan khusus pada resi. Jadi saya harus melaksanakannya." ujar Sang Kurir.
"Tidak masalah." Trias menghampiri dan menandatangani sebuah kertas yang disodorkan Kurir sebelum menerima paket.
"Terima kasih Tuan." ucap Kurir itu sambil menyerahkan sebuah karton berbentuk persegi panjang yang ukurannya tidak terlalu besar. "Saya permisi." imbuhnya lagi setelah paket berada di tangan Trias.
"Saya juga Tuan." Petugas Keamanan itu ikut berpamitan.
Trias memandangi paket yang ada di tangannya dengan heran. "Seingatku, belakangan ini aku tidak membeli sesuatu secara online. Atau mungkin Darren memesan sesuatu tanpa memberitahuku?" gumamnya.
"Aneh." ujarnya lagi dan itu menarik perhatian Abigail hingga gadis itu mendekat.
"Ada apa Kak?"
"Di paket ini tertulis nama pemesan Darren Wang. Tapi pada pesan khusus tertulis agar aku yang menerimanya secara langsung."
"Mungkin saja Tuan Darren yang memintanya." Abigail memberikan pendapatnya.
"Mungkin, hanya saja aneh karena tidak biasanya ia begitu."
Abigail terdiam, ia lupa untuk memeriksa daftar transaksi keuangan Darren selama beberapa hari. Kemarahannya atas sikap Darren membuatnya melupakan beberapa hal penting yang sudah menjadi tugasnya.
Ini semua karena penyamaran aneh ini. Kalau dia tahu aku pengawal pribadinya, tidak mungkin aku mengalami penghinaan yang membuatku selalu marah.
Abigail yang sibuk dengan pikirannya sendiri tak menyadari jika Trias tengah mengamatinya.
"Eh!" Abigail tersadar saat mendengar suara jentikan jari tepat di depan wajahnya.
"Apa yang kau pikirkan?" Trias menarik kembali tangannya sambil menahan senyum karena melihat ekspresi terkejut Abigail.
"Ti..tidak ada Kak." ucap Abigail berbohong.
"Ayo, sudah saatnya kita mengganggu mereka berdua. Jika tidak, semua jadwal Darren akan berantakan."
Abigail membuang gelas kertasnya yang sudah kosong dan mengikuti Trias. Namun belum sempat mereka membuka pintu, Rosalin telah lebih dulu membukanya dari dalam.
Wanita itu terlihat sangat marah. Begitu melihat Trias dan Abigail, ia segera mengubah ekspresi wajahnya bahkan tersenyum manis.
"Maaf sudah mengganggu jadwal Darren." suara Rosalin yang lembut membuat Abigail terpana. Apalagi dengan kecepatan wanita itu mengganti ekspresi.
Benar-benar aktris hebat. Tapi sayang, kontroversinya yang lebih dikenal ketimbang prestasi. Abigail tersenyum samar.
"Tidak apa-apa, aku mengerti kalian sedang melepas rindu."
Mendengar tanggapan Trias, Rosalin tertawa. "Terima kasih atas pengertiannya." ujarnya lalu melangkah dengan cepat meninggalkan Trias dan Abigail.
Tanpa melihat lagi ke arah Rosalin, Trias serta Abigail segera masuk dan mendapati Darren sedang menatap ke arah pintu dengan wajah yang terlihat kesal.
"Aku muak dengannya."
Tanpa dijelaskan, Trias paham arah pembicaraan Darren. "Lain kali aku akan menghalangi Rosalin untuk mendekatimu."
Darren mengangguk. "Apa itu?" ia menanyakan paket yang berada di tangan Trias.
"Paket untukmu. Apa kau memesan sesuatu?" Trias melangkah dan menyerahkan paket itu.
"Aku tak pernah membeli apa pun secara online sejak..." Darren tak meneruskan kalimatnya saat ia menyadari keberadaan Abigail di ruangan itu.
"Ayo kita buka." ucapnya sambil mengamati paket di hadapannya.
Abigail mengambil sebuah pisau kecil dan menyerahkannya pada Darren.
"Terima kasih."
Abigail hanya mengangguk, sepertinya kedatangan Rosalin telah mengalihkan rasa kesal Darren darinya dan berganti pada wanita itu.
"Oh ****!" umpat Darren sembari mendorong paket ke tengah meja. Ia terlihat menunduk sambil menarik rambut dengan kedua tangannya.
Abigail dan Trias segera menengok ke dalam paket dan keduanya sontak menahan napas. Trias mundur karena merasa sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Pemuda itu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Sedangkan Abigail dengan cepat dapat mengatasi keterkejutannya kemudian mengamati benda tersebut. Setelah ia merasa sudah mengingat detil dari yang ia lihat, Abigail mundur selangkah.
Dalam kotak paket terdapat sebilah pisau yang berlumuran darah. Pada dasar kotak yang dilapisi kain berwarna putih serta sisi-sisi kotak pun terlihat percikan-percikan darah.
Menyadari sesuatu, Darren kembali menarik kotak paket dan mengamati gagang pisau tersebut.
"Abigail, tolong ambilkan kami air mineral." pinta Darren secara tiba-tiba.
"Baik Tuan." Abigail menuju sisi lain ruangan yang menyerupai bar mini.
"Simbol pada gagang pisau ini sama dengan yang kulihat pada jaket hitam pelaku pembunuhan itu." Darren berusaha mengatakannya dengan pelan. Namun Abigail masih bisa mendengar karena tanpa diketahui Darren dan Trias, Abigail sengaja melangkah dengan pelan.
"Apa kau yakin?" Trias tampak ragu.
"Aku sangat yakin."
Abigail merasa yang ia dengar sudah lebih dari cukup. Oleh sebab itu ia mempercepat langkah mengambil air mineral untuk Darren dan Trias.
Sementara itu, dalam sebuah mobil yang terparkir di basement, Rosalin terlihat melampiaskan kekesalannya dengan memukuli sandaran bangku yang ada di depannya.
"Aarrgghh!!! Mengapa sulit sekali membuat Darren kembali ke dalam genggamanku?!"
"Ayo kita ke gym, gunakan samsak tinju yang ada di sana untuk melampiaskan emosimu." Brenda, manager Rosalin, berusaha memberi saran.
Rosalin menghentikan aksinya dan menatap tajam pada Brenda.
"Apa kau tahu bagaimana Darren menghinaku?! Dia merendahkanku Brenda!!" ujar Rosalin berapi-api. "Untung saja hanya kami berdua di dalam ruangannya. Trias dan si Asisten Culun itu sudah keluar."
Menghadapi Rosalin yang seperti ini, Brenda tetap terlihat tenang.
"Aku tahu kau terluka. Tapi kau harus bersabar. Sebab hubunganmu dengan Darren bisa meredam isu wanita simpanan itu."
Rosalin mengangkat kedua tangannya yang mengepal ke udara berulang kali diiringi jeritan tertahan.
"Dia bilang akan tetap mengumumkan status hubungan kami setelah kontrak wewangian untuk pasangan kekasih berakhir."
"Kau pasti menemukan cara lain." ujar Brenda sambil menepuk pundak Rosalin agar wanita itu tenang.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Adzkia Zhafira
si penguntit kan sdh disingkirkan knp msh ada paket yg dtg ke apartemen daren ya?
2022-09-21
1
nining masuma
jadi penasaran dengan lanjutan nya...
2022-08-11
3
AdindaRa
Aku berasa baca novel genre horor ini mah. Dag dig dug derrrrr liat isi dalam kotak. Padahal di judul bab ya udah ditulis
2022-08-11
3