Trias dan Abigail sedang mengerjakan jadwal Darren saat bel berbunyi.
"Biar aku yang membuka pintunya." Kata Trias saat melihat Abigail akan berdiri. Abigail mengangguk dan mengamati ke arah pintu dengan penuh kewaspadaan.
"Masuklah." Trias mempersilahkan tamunya masuk.
"Dimana pria tampanku?" Seorang laki-laki dengan suara dan gerakan gemulai mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Ah mataku!" Serunya tiba-tiba sambil menutup mata dengan kedua tangannya.
"Ada apa?" Trias mendekatinya dengan cemas, termasuk dua orang wanita yang mengikuti laki-laki jadi-jadian itu.
"Mataku tersakiti dengan pemandangan mengerikan itu." Ucapnya sambil menunjuk Abigail yang saat ini sedang berdiri menatapnya takut-takut.
Dua orang asisten yang mengikutinya menarik napas dan memegangi dada mereka. "Mengerikan!" Seru keduanya bersamaan.
"Siapa dia?" pria kurang setengah itu menatap Trias dengan kerutan yang terlihat jelas di dahinya.
"Abigail, asisten baru Darren. Dan Abigail, perkenalkan. Ini adalah Roki, desainer yang mengurus outfit Darren dan kedua wanita itu adalah asistennya." Trias memperkenalkan Roki pada Abigail.
"Roki???? No, bukan Roki. Tapi Rosi, R-o-s-i, ROSI." protes Sang Desainer.
"Terserah kau saja." Trias menuju kamar Darren untuk memanggilnya keluar.
"Heh buruk rupa!!! Ambilkan kami air mineral dingin!!" Perintah salah satu asisten Rosi.
Abigail tak menjawab, namun gadis itu berjalan menuju pantri. Saat melewati mereka, seorang asisten sengaja mendorong Abigail hingga gadis itu terhuyung. Keduanya tertawa kecil melihat Abigail hampir jatuh.
Abigail diam sejenak, giginya bergemeletuk menahan emosi yang mulai naik. Namun ia masih bisa mengendalikan diri dan kembali melangkah menuju pantri. Ia mengambil yang diminta asisten Rosi.
Setelah kembali pada tamunya, ia melihat Darren sudah ada dan berbincang dengan Rosi. Bisa Abigail lihat betapa genitnya kedua Asisten desainer itu. Mereka menatap Darren dengan tatapan lapar dan penuh puja. Setelah meletakkan minuman, Abigail memilih kembali ke pantri.
Tak lama kemudian, seorang asisten berjalan menuju kamar kecil yang ada di dekat pantri. Dengan sedikit menutup pintu wanita itu segera memperbaiki riasannya dan menyemprotkan wewangian. Abigail mengendap untuk mengatur gagang pel yang memang sudah ada disana. Ia pergi dengan cepat sebelum wanita di dalam kamar mandi menyadarinya.
Beberapa menit kemudian, wanita di dalam kamar mandi tersebut keluar. Saat melangkah ia tak memperhatikan jalan dan akhirnya jatuh tersungkur dengan sangat memalukan.
"Ada apa?" Trias dan lainnya bergegas datang setelah mendengar suara kesakitan asisten itu.
"Aduh Zai, kenapa bisa jatuh begitu? Sangat tidak cantik." Seru Rosi.
"Pasti si buruk rupa mengerjaiku." Jawab Zai yang sedang duduk sambil menunjuk gagang alat pel yang ada di dekatnya.
"Jangan sembarang menuduh, dia dari tadi bersama kami." Kata Rosi. Meski ia tak menyukai penampilan Abigail, namun bukan berarti ia aka nasal menuduh. Apalagi pada kenyataannya, tak lama sejak Zai pergi, Abigail memang sudah kembali bersama mereka.
"Dan peralatan pel memang di gantung di dekat pintu, mungkin tadi terjatuh." Trias menjelaskan.
"Tapi...."
"Sudahlah Zai." Rosi berbalik diikuti yang lain.
Sementara itu Zai mencoba berdiri dengan dibantu rekannya. Saat kembali menuju ruang tamu, Abigail diam-diam tersenyum tanpa diketahui yang lain.
Jika aku terhuyung, maka kau harus jatuh, gumam Abigail dalam hati.
......................
Terdengar suara indah dari ruang latihan vokal. Darren sedang berlatih di bawah bimbingan coach yang dipekerjakan Sky High Entertainment. Abigail duduk dengan tenang di kursi yang tersedia disana.
"Baiklah, untuk hari ini cukup." Ujar sang coach.
"Terima kasih banyak." Darren menjabat tangan coach di hadapannya dan tersenyum ramah.
Abigail membereskan barang-barang yang dibawa Darren dengan cekatan.
"Aku ingin istirahat disini dulu. Buatkan aku kopi." Perintah Darren pada Abigail.
"Tuan, anda belum boleh minum kopi. Se....."
"Aku tak ingin dibantah!!!"
"Baik Tuan."
Abigail segera menuju pantri untuk menyeduh kopi tanpa gula, seperti yang tertulis di daftar yang diberikan Trias. Ia menggunakan dispenser yang berada di pantri. Beberapa menit kemudian gadis itu kembali dengan secangkir kopi.
"Rasanya tidak enak!!! Hei culun!! Kau ingin membunuhku?!" Seru Darren setelah menyesap kopinya. "Ganti yang baru!!!"
Abigail terkejut, namun ia memilih untuk diam saja. Dia kembali ke pantri dan menyalakan kompor untuk merebus air.
Setelah siap, ia kembali membawa secangkir kopi dan meletakkannya di meja.
"Kopinya Tuan." Ucapnya pada Darren yang sedang berdiri menatap keluar jendela.
Darren segera berbalik dan meminum kopinya. "Huh!!! Membuat kopi saja kau tak becus?!!!" seru Darren yang terlihat marah. "Buat yang baru!"
Diam-diam Abigail menarik napas menahan kesal. Ia segera berbalik kembali ke pantri. Setibanya di tempat itu ia terdiam memikirkan sesuatu.
"Rasanya aku ingin membunuh seseorang!" gerutunya pelan.
Matanya memindai ruangan itu dan melihat teko listrik untuk memanaskan air. Abigail mendapat ide setelah melihat benda tersebut.
Gadis itu mengambilnya dan memanaskan air menggunakan benda itu. Sementara menunggu, tiba-tiba seseorang masuk. Dari tanda pengenal yang dikenakan, wanita itu adalah kru dibagian studio latihan tersebut.
"Aku tak menyangka penampilanmu ternyata lebih jelek dari yang diceritakan orang-orang." Ucap wanita yang baru masuk sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Dimana Tuan Triasaka memungutmu? Penampilan sampah seperti ini seharusnya bekerja sebagai pemungut sampah." Imbuhnya lagi. "Darren Wang sungguh sial memiliki pekerja jelek sepertimu. Menjijikkan!!!"
"Anda terlalu fokus menghina saya sampai tidak merasakan ada nyamuk hinggap di pipi anda." Abigail menanggapi kalimat pedas tadi dengan santai.
"Nyamuk? Mana?" Wanita tersebut panik.
"Biar aku yang menepuknya." Dan tanpa menunggu persetujuan, Abigail memukul nyamuk yang hinggap itu.
"Akkhhhh!!!" Wanita tersebut terhuyung sambil memegang pipinya yang terasa terbakar. "Kau!!!"
"Aku mendapatkan nyamuk itu!" Seru Abigail girang sambil menunjukkan nyamuk yang sudah tak berbentuk di telapak tangannya.
Wanita itu mendengus kemudian berbalik meninggalkan Abigail seorang diri.
"Terima kasih sudah membantuku menyalurkan energi negatif." Abigail menatap nyamuk yang ada di telapaknya. Kemudian Ia berbalik dan menyiapkan kopi untuk Darren.
"Ini kopinya Tuan." Ia kembali menyuguhkan kopi pada Darren.
Pemuda itu menatapnya sejenak dan meminum kopinya. "Lumayan." ia meletakkan kopi di meja dan berdiri. "Ayo, Trias sudah menunggu di mobil."
"Tapi Tuan, kopinya...."
"Biar saja, sudah cukup dengan minum air mineral." Jawab Darren dengan santainya.
Abigail menekan salivanya dengan kasar, ia menatap nanar pada kopi yang sudah ia buat.
Karena tak ada pilihan lain, ia mengambil tas peralatan Darren dan menggenggamnya sekuat tenaga. Abigail berusaha keras meredakan amarah yang menggelegak atas tindakan Darren yang semena-mena.
Ai sabar, Ai sabar, Ai sabar. Abigail berusaha menenangkan diri.
"Kau baik-baik saja?" Trias bertanya saat menemani Abigail meletakkan tas peralatan di bagasi.
"Iya Kak." Jawab Abigail disertai senyuman tipis.
"Darren mengerjaimu lagi?"
"Tidak Kak." Abigail setelah terdiam beberapa saat.
Tria mengangguk terlihat memaklumi . "Begitu ya. Baiklah, ayo kita pergi dari sini."
Abigail duduk di depan bersama Trias yang bertugas menyetir. Saat masuk ke mobil terlihat Darren sedang sibuk dengan ipad miliknya.
Dalam perjalanan pulang menuju apartemen, beberapa kali Abigail melirik ke spion. Ia tersenyum samar melihat seorang pemotor yang menguntit mereka sejak awal. Abigail memilih untuk mengesksekusi begitu mereka tiba di apartemen. Abigail memejamkan matanya, ia ingin meredakan emosi yang masih ia rasakan.
Ponsel Darren berbunyi, pemuda itu menatap layar dengan kening berkerut. Saat panggilan akan berakhir, barulah ia menggeser ikon hijau untuk mengangkat telepon yang masuk.
"Ada apa Rosalin?"
"......."
"Baguslah."
"....."
"Aku hanya lelah."
"....."
"Baiklah. Bye."
Darren menatap kosong ke luar jendela, ia menyandarkan punggungnya berusaha mencari kenyamanan. Pemuda itu terlihat sangat lelah.
Trias melirik Abigail, sepertinya dia sudah tidur, pikir Trias.
"Kenapa kau sangat dingin pada Rosalin? Aku pikir kau ingin memberinya kesempatan lagi." Trias menatap Darren dari kaca spion. Tanpa ia ketahui, Abigail sedang menajamkan pendengarannya.
"Entahlah, aku merasa ada yang tidak beres."
"Maksudmu?"
"Aku diliputi rasa cemas dan was-was saat berbicara dengannya. Perasaanku mengatakan ada yang tidak beres dengannya, lebih baik aku menjauhinya."
"Mungkin kau masih kecewa atas perkataannya."
"Sudahlah Trias, aku tak ingin membahasnya lagi." Darren menghembuskan napas dengan kasar. " Sepertinya si jelek tertidur. Bangunkan dia agar bisa segera pulang."
"Aku akan mengantarnya setelah mengantarmu naik."
"Cihh! Kau terlalu baik pada gadis culun seperti itu."
Trias hanya tersenyum, ia tak ingin menanggapi ucapan Darren.
Tak lama kemudian mobil berhenti di basement gedung apartemen tempat tinggal Darren. Kedua pemuda itu keluar tanpa membangunkan Abigail. Tanpa diketahui kedua pemuda itu, Abigail sebenarnya hanya berpura-pura tidur.
Abigail menegakkan badannya dan melihat ada pergerakan mencurigakan. Kemudian ia melihat sebuah bayangan berkelebat diantara mobil yang terparkir. Gadis itu keluar dari mobil dengan cepat tanpa membuat suara. Kemudian mengendap ke bagian belakang menuju tempat ia melihat bayangan itu.
Abigail menelungkup di lantai dan melihat ke bagian kolong mobil. Ia tersenyum melihat sepasang kaki tak jauh darinya.
Gadis itu bergerak cepat tanpa diketahui si penguntit. Sesaat kemudian ia sudah berada di belakang pria yang mengikuti mereka. Dengan satu pukulan yang mendarat di pangkal leher, pria tersebut tumbang tak sadarkan diri.
Abigail segera memeriksa penguntit itu dan bisa bernapas lega karena pelaku belum sempat mengirim info alamat mereka saat ini pada atasannya.
Abigail mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Hai Kak, tolong kirim orang untuk membereskan orang di basement gedung apartemen C. Aku akan meletakkan dia di sudut dekat pintu darurat."
Abigail menyimpan ponsel rahasianya itu dan menyeret pria yang berhasil ia lumpuhkan tadi. Kemudian ia bergegas kembali ke dalam mobil untuk menunggu Trias.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
pipih siti sofiah
lanjut d mari
mulai jatuh cinta ni
Q sm karya kk
padahal baru mau 2 judul
jngn pindah lapak ya ka
💪
2023-02-23
1
Adzkia Zhafira
suka dg gaya abigail, semoga dia berjodoh dg daren 🤭🤭
2022-09-21
1
nining masuma
bagus ceritanya...👍
2022-08-10
2