SHAPESHIFTER
Masih siang ditengah hari, tetapi pepohonan yang tinggi, dan lebat menjadi payung hutan yang tidak tertembus sinar matahari.
Suara kepakkan sayap membahana, dan menggema memecah kesunyian ditengah kegelapan hutan sub tropis.
Dedaunan kering beterbangan dihempas angin, yang dihasilkan kibasan sayap yang bergerak cepat diatas permukaan tanah.
Perlahan-lahan suara itu semakin pelan, dan akhirnya berhenti dan menghilang.
Bukan burung elang biasa.
Sayap dengan rentang lebar mencapai lebih dari tujuh meter dari ujung ke ujung, yang menempel dipunggungnya, sepasang kaki tanpa alasnya, menginjak tanah berlumut, yang basah dan licin.
Sebagian tubuhnya sudah kembali ke wujud aslinya, tersisa sayap besarnya dan beberapa helai bulu keras yang masih menutupi bagian pinggang sampai ke betis.
Kalau saja ada manusia lain yang melihatnya saat ini, pasti akan berteriak histeris ketakutan.
Dengan terburu-buru, Marco menunduk dan mengambil pakaiannya, yang dia simpan diantara sela-sela pepohonan.
Marco baru saja selesai berkeliling diudara, untuk memeriksa perbatasan hutan yang menjadi tempat persembunyiannya selama ini.
Dihutan ini saja Marco bisa dengan bebasnya berkeliaran, dan berubah bentuk sesuka hatinya, tanpa perlu khawatir ada manusia biasa yang bisa melihatnya.
Itu sebabnya, Marco sering terbang dengan berbagai bentuk burung, agar dia bisa tahu kalau-kalau ada manusia, yang merambah masuk kedalam hutan.
Tidak ada satupun orang yang akan menduga apa-apa, kalau Marco sudah berpakaian seperti saat ini.
Orang akan mengira, kalau Marco Belmont hanyalah pemuda tampan biasa, dengan postur tubuh yang bagus.
Perutnya yang terasa sangat lapar, memaksanya untuk segera kembali ke kota.
Tas ransel yang hanya dipakai sebelah talinya saja, menggantung bebas disalah satu sisi bahu Marco.
Setengah berlari, Marco menerobos sela-sela pepohonan, agar bisa mencapai jalan raya secepatnya.
Keringat kini membasahi punggung dan dahinya, hingga membuat kemeja yang dia pakai jadi terawang dan tembus pandang, memamerkan gundukan-gundukan otot latissimus dorsi, di bagian belakang tubuhnya.
Tanpa perlu terlalu banyak berpikir, Marco yang sudah menghapal semua bagian hutan diluar kepalanya, memang tidak merasa kesulitan untuk masuk dan keluar dari sana.
Hanya butuh waktu dengan hitungan belasan menit, Marco sudah berdiri diatas aspal jalanan yang panas yang berada didekat hutan.
Marco bisa saja lebih cepat dari itu untuk mencapai jalan raya, kalau dia mau berubah bentuk tubuhnya menjadi seekor cheetah.
Tapi, itu terlalu beresiko.
Bagaimana kalau ada orang yang melihatnya?
Sudah cukup sekali, pengalaman mengerikan yang dialaminya waktu itu.
Tanpa sengaja, Marco tenggelam dalam pikirannya, saat melihat seekor singa ditengah gerombolan sirkus.
Rasa kasihan karena melihat singa yang diperlakukan dengan buruk, membuat Marco terbawa perasaan, dan tiba-tiba berubah menjadi seekor singa disitu.
Marco yang waktu itu masih berusia dua belas tahun, ditangkap petugas berseragam kepolisian dan dibawa ke kebun binatang, karena mereka menduga bahwa Marco adalah singa, yang melarikan diri dari kebun binatang kota.
Ketika Marco kembali ke bentuk manusia, terang saja hal itu menjadi kehebohan yang luar biasa.
Marco nyaris dijadikan bahan eksperimen didalam laboratorium, kalau saja saat itu dia tidak bisa berkonsentrasi, dan berubah menjadi burung walet yang lincah, dan melarikan diri dari sana.
Dengan semua kekacauan yang terjadi, Mommy Marco jatuh sakit karena shock berat, dan hanya dalam hitungan hari, akhirnya Mommy Marco meninggal dunia.
Begitu juga Daddy Marco.
Setelah kejadian buruk yang dialami Marco, dan Mommy Marco sudah tiada, Daddy Marco membawa Marco pindah kekota lain.
Tapi, saat Marco berusia tujuh belasan tahun, dan baru saja pulang dari sekolah, Daddy Marco ditemukan meninggal dunia dirumah secara mendadak, dengan hasil autopsi terkena emboli paru.
Benar-benar kenangan yang buruk bagi Marco, dan hampir membuatnya menjadi gila.
Sejak saat itu, Marco memang berhati-hati, dan belajar mengendalikan pikirannya, agar tidak berubah bentuk disaat-saat yang tidak tepat, dan bisa menarik perhatian orang-orang.
Jangan ada yang bertanya kenapa.
Marco juga tidak tahu, mengapa dia bisa mengubah bentuk tubuhnya menjadi binatang yang dia inginkan.
Marco yang menganggap dirinya sama seperti teman-teman sebayanya, baru menyadari kemampuan yang dimilikinya, saat dia menginjak di usia sepuluh tahun.
Berubah bentuk menjadi seekor kucing, saat bermain dengan kucing peliharaan tetangganya, yang masuk kedalam rumah pohon miliknya, adalah perubahan bentuk pertama yang bisa Marco lakukan.
Sangat menakutkan bagi Marco kecil pada awalnya, saat melihat wajahnya dipantulan kaca jendela rumahnya, dengan bentuk tubuh yang bukan dirinya lagi, membuat Marco berteriak dan menangis histeris sekeras yang dia bisa.
Dan tentu saja, Marco hanya mengeluarkan suara kucing yang meraung-raung, seolah-olah ada sesuatu yang menyakitinya.
Tidak ada tempat Marco bisa bertanya.
Orang tua yang merawatnya sejak kecil dengan penuh kasih sayang sampai akhir hayat mereka, dan dianggap Marco sebagai Mommy dan Daddy-nya, ternyata bukanlah orang tua kandungnya.
Menurut pengakuan Daddy-nya, Marco hanyalah seorang anak yang diadopsi mereka dari panti asuhan, ketika Marco yang diperkirakan saat itu masih berusia satu minggu.
Seorang suster menemukan bayi Marco didalam keranjang, yang hanya digeletakkan begitu saja didepan panti asuhan millik sebuah yayasan gereja katolik.
Tanpa ada sedikit pun titik terang, akan kejelasan asal usul Marco yang sebenarnya, selain sebuah kalung dengan liontin kecil yang terpasang melingkar dileher bayi Marco.
Tanggal ditemukannya Marco oleh suster itu, akhirnya dijadikan sebagai tanggal kelahirannya.
Dengan semua pikiran yang mengganggu benaknya, Marco bertekad untuk menemukan kebenaran akan asal usulnya, dengan semua pertanyaan yang ingin dia ajukan kepada orang tua kandungnya.
Setelah Daddy Marco meninggal dunia, Marco tidak melanjutkan sekolahnya lagi, dan memilih untuk segera kembali kekota asal, dimana dia menghabiskan masa kecilnya, sampai Mommy-nya menghembuskan nafas terakhirnya.
Marco menduga dan berharap, kalau dia mungkin bisa menemukan jawaban ditempat itu, karena disana jugalah berada panti asuhan tempat Marco diadopsi.
Meski sudah beberapa tahun belakangan, Marco masih belum bisa menemukan apa-apa.
Dijalanan, terlihat cukup banyak kendaraan yang berlalu lalang.
Marco berjalan pelan menuju mobilnya, yang terparkir dipinggir jalan, dan dengan kecepatan rata-rata, mobil Marco melaju dijalan raya, sampai memasuki jalanan kota Bridget.
Bridget merupakan kota kecil, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat.
Rumah lama orang tuanya yang letaknya cukup berjauhan dari tetangga, dianggap Marco menjadi tempat terbaik untuknya tinggal menetap.
Dengan memanfaatkan warisan Mommy dan Daddy-nya, sejak kepindahannya waktu itu, Marco memelihara beberapa hewan ternak, dan membuat perkebunan jagung, dengan hasilnya yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari.
Bahkan, hasil penjualan ternak dan jagungnya, bisa membuat rumah lama itu terlihat jauh lebih baik, setelah Marco merenovasi sedikit demi sedikit sendirian, selama setahun belakangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Arsyila Syafika
a
2024-06-09
1
Muhammad Maulana
𝗱𝘂𝗹𝘂 𝘁𝗵𝗻 '𝟴𝟬 𝗮𝗻, 𝗮𝗱𝗮 𝗳𝗶𝗹𝗺 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗲 𝗧𝗩 𝗵𝗼𝗹𝗹𝗶𝘄𝗼𝗼𝗱 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗿𝘀𝗶𝘀 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗱𝗶 𝗻𝗼𝘃𝗲𝗹 𝗶𝗻𝗶. 𝗠𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗶𝘀𝗮 𝗺𝗲𝗿𝘂𝗯𝗮𝗵 𝘄𝘂𝗷𝘂𝗱𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺 - 𝗺𝗮𝗰𝗮𝗺 𝗵𝗲𝘄𝗮𝗻, 𝗷𝘂𝗱𝘂𝗹𝗻𝘆𝗮 " 𝗠𝗮𝗻𝗶𝗺𝗮𝗹 ". 𝗣𝗿𝗼𝗱𝘂𝗸𝘀𝗶 𝘁𝗵𝗻 𝟭𝟵𝟴𝟯.
2022-10-06
0
Evos Gaming
apaituh
2022-10-03
1