NovelToon NovelToon

SHAPESHIFTER

Part 1

Masih siang ditengah hari, tetapi pepohonan yang tinggi, dan lebat menjadi payung hutan yang tidak tertembus sinar matahari.

Suara kepakkan sayap membahana, dan menggema memecah kesunyian ditengah kegelapan hutan sub tropis.

Dedaunan kering beterbangan dihempas angin, yang dihasilkan kibasan sayap yang bergerak cepat diatas permukaan tanah.

Perlahan-lahan suara itu semakin pelan, dan akhirnya berhenti dan menghilang.

Bukan burung elang biasa.

Sayap dengan rentang lebar mencapai lebih dari tujuh meter dari ujung ke ujung, yang menempel dipunggungnya, sepasang kaki tanpa alasnya, menginjak tanah berlumut, yang basah dan licin.

Sebagian tubuhnya sudah kembali ke wujud aslinya, tersisa sayap besarnya dan beberapa helai bulu keras yang masih menutupi bagian pinggang sampai ke betis.

Kalau saja ada manusia lain yang melihatnya saat ini, pasti akan berteriak histeris ketakutan.

Dengan terburu-buru, Marco menunduk dan mengambil pakaiannya, yang dia simpan diantara sela-sela pepohonan.

Marco baru saja selesai berkeliling diudara, untuk memeriksa perbatasan hutan yang menjadi tempat persembunyiannya selama ini.

Dihutan ini saja Marco bisa dengan bebasnya berkeliaran, dan berubah bentuk sesuka hatinya, tanpa perlu khawatir ada manusia biasa yang bisa melihatnya.

Itu sebabnya, Marco sering terbang dengan berbagai bentuk burung, agar dia bisa tahu kalau-kalau ada manusia, yang merambah masuk kedalam hutan.

Tidak ada satupun orang yang akan menduga apa-apa, kalau Marco sudah berpakaian seperti saat ini.

Orang akan mengira, kalau Marco Belmont hanyalah pemuda tampan biasa, dengan postur tubuh yang bagus.

Perutnya yang terasa sangat lapar, memaksanya untuk segera kembali ke kota.

Tas ransel yang hanya dipakai sebelah talinya saja, menggantung bebas disalah satu sisi bahu Marco.

Setengah berlari, Marco menerobos sela-sela pepohonan, agar bisa mencapai jalan raya secepatnya.

Keringat kini membasahi punggung dan dahinya, hingga membuat kemeja yang dia pakai jadi terawang dan tembus pandang, memamerkan gundukan-gundukan otot latissimus dorsi, di bagian belakang tubuhnya.

Tanpa perlu terlalu banyak berpikir, Marco yang sudah menghapal semua bagian hutan diluar kepalanya, memang tidak merasa kesulitan untuk masuk dan keluar dari sana.

Hanya butuh waktu dengan hitungan belasan menit, Marco sudah berdiri diatas aspal jalanan yang panas yang berada didekat hutan.

Marco bisa saja lebih cepat dari itu untuk mencapai jalan raya, kalau dia mau berubah bentuk tubuhnya menjadi seekor cheetah.

Tapi, itu terlalu beresiko.

Bagaimana kalau ada orang yang melihatnya?

Sudah cukup sekali, pengalaman mengerikan yang dialaminya waktu itu.

Tanpa sengaja, Marco tenggelam dalam pikirannya, saat melihat seekor singa ditengah gerombolan sirkus.

Rasa kasihan karena melihat singa yang diperlakukan dengan buruk, membuat Marco terbawa perasaan, dan tiba-tiba berubah menjadi seekor singa disitu.

Marco yang waktu itu masih berusia dua belas tahun, ditangkap petugas berseragam kepolisian dan dibawa ke kebun binatang, karena mereka menduga bahwa Marco adalah singa, yang melarikan diri dari kebun binatang kota.

Ketika Marco kembali ke bentuk manusia, terang saja hal itu menjadi kehebohan yang luar biasa.

Marco nyaris dijadikan bahan eksperimen didalam laboratorium, kalau saja saat itu dia tidak bisa berkonsentrasi, dan berubah menjadi burung walet yang lincah, dan melarikan diri dari sana.

Dengan semua kekacauan yang terjadi, Mommy Marco jatuh sakit karena shock berat, dan hanya dalam hitungan hari, akhirnya Mommy Marco meninggal dunia.

Begitu juga Daddy Marco.

Setelah kejadian buruk yang dialami Marco, dan Mommy Marco sudah tiada, Daddy Marco membawa Marco pindah kekota lain.

Tapi, saat Marco berusia tujuh belasan tahun, dan baru saja pulang dari sekolah, Daddy Marco ditemukan meninggal dunia dirumah secara mendadak, dengan hasil autopsi terkena emboli paru.

Benar-benar kenangan yang buruk bagi Marco, dan hampir membuatnya menjadi gila.

Sejak saat itu, Marco memang berhati-hati, dan belajar mengendalikan pikirannya, agar tidak berubah bentuk disaat-saat yang tidak tepat, dan bisa menarik perhatian orang-orang.

Jangan ada yang bertanya kenapa.

Marco juga tidak tahu, mengapa dia bisa mengubah bentuk tubuhnya menjadi binatang yang dia inginkan.

Marco yang menganggap dirinya sama seperti teman-teman sebayanya, baru menyadari kemampuan yang dimilikinya, saat dia menginjak di usia sepuluh tahun.

Berubah bentuk menjadi seekor kucing, saat bermain dengan kucing peliharaan tetangganya, yang masuk kedalam rumah pohon miliknya, adalah perubahan bentuk pertama yang bisa Marco lakukan.

Sangat menakutkan bagi Marco kecil pada awalnya, saat melihat wajahnya dipantulan kaca jendela rumahnya, dengan bentuk tubuh yang bukan dirinya lagi, membuat Marco berteriak dan menangis histeris sekeras yang dia bisa.

Dan tentu saja, Marco hanya mengeluarkan suara kucing yang meraung-raung, seolah-olah ada sesuatu yang menyakitinya.

Tidak ada tempat Marco bisa bertanya.

Orang tua yang merawatnya sejak kecil dengan penuh kasih sayang sampai akhir hayat mereka, dan dianggap Marco sebagai Mommy dan Daddy-nya, ternyata bukanlah orang tua kandungnya.

Menurut pengakuan Daddy-nya, Marco hanyalah seorang anak yang diadopsi mereka dari panti asuhan, ketika Marco yang diperkirakan saat itu masih berusia satu minggu.

Seorang suster menemukan bayi Marco didalam keranjang, yang hanya digeletakkan begitu saja didepan panti asuhan millik sebuah yayasan gereja katolik.

Tanpa ada sedikit pun titik terang, akan kejelasan asal usul Marco yang sebenarnya, selain sebuah kalung dengan liontin kecil yang terpasang melingkar dileher bayi Marco.

Tanggal ditemukannya Marco oleh suster itu, akhirnya dijadikan sebagai tanggal kelahirannya.

Dengan semua pikiran yang mengganggu benaknya, Marco bertekad untuk menemukan kebenaran akan asal usulnya, dengan semua pertanyaan yang ingin dia ajukan kepada orang tua kandungnya.

Setelah Daddy Marco meninggal dunia, Marco tidak melanjutkan sekolahnya lagi, dan memilih untuk segera kembali kekota asal, dimana dia menghabiskan masa kecilnya, sampai Mommy-nya menghembuskan nafas terakhirnya.

Marco menduga dan berharap, kalau dia mungkin bisa menemukan jawaban ditempat itu, karena disana jugalah berada panti asuhan tempat Marco diadopsi.

Meski sudah beberapa tahun belakangan, Marco masih belum bisa menemukan apa-apa.

Dijalanan, terlihat cukup banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Marco berjalan pelan menuju mobilnya, yang terparkir dipinggir jalan, dan dengan kecepatan rata-rata, mobil Marco melaju dijalan raya, sampai memasuki jalanan kota Bridget.

Bridget merupakan kota kecil, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu padat.

Rumah lama orang tuanya yang letaknya cukup berjauhan dari tetangga, dianggap Marco menjadi tempat terbaik untuknya tinggal menetap.

Dengan memanfaatkan warisan Mommy dan Daddy-nya, sejak kepindahannya waktu itu, Marco memelihara beberapa hewan ternak, dan membuat perkebunan jagung, dengan hasilnya yang cukup untuk kebutuhannya sehari-hari.

Bahkan, hasil penjualan ternak dan jagungnya, bisa membuat rumah lama itu terlihat jauh lebih baik, setelah Marco merenovasi sedikit demi sedikit sendirian, selama setahun belakangan.

Part 2

Air yang direbus diatas tungku perapian, sudah mendidih.

Uap air yang memaksa keluar dari ujung ketel, menghasilkan suara mendecit yang nyaring, dan cukup mengganggu pendengaran.

Marco mengangkat ketel dari atas api, dan menuangkan sedikit air kedalam cangkir besar berisi kopi tanpa gula.

Dua butir telur, beberapa potong bacon, dan segenggam irisan kentang, digoreng bergantian didalam panci penggorengan datar, yang sudah dipanaskan diatas kompor.

Semestinya, semua itu adalah menu untuk sarapan.

Marco belum sempat berbelanja bahan makanan, untuk isi lemari esnya.

Apa saja yang tersisa didalam sana, akan jadi menu makannya siang ini, tanpa perlu terlalu dipikirkannya.

Marco harus makan sesuatu, untuk mengganti energi yang dia keluarkan, saat dia terbang dengan waktu yang cukup lama tadi.

Setiap kali Marco berubah bentuk, menjadi seekor elang, adalah bentuk hewan yang paling menguras tenaganya.

Dengan lahapnya, Marco menghabiskan makanan yang sudah matang, dan tersaji didalam piring.

Setelah makan, barulah Marco akan pergi berbelanja untuk stok makanannya.

Meskipun jagung hasil kebunnya berlimpah-limpah, tidak mungkin Marco hanya akan memakan itu setiap hari.

Melihatnya saja, tenggorokan Marco sudah merasa kenyang, meskipun perutnya masih bergetar dengan keras.

Bahan-bahan bangunan, mulai dari potongan papan dan balok-balok, masih berhamburan dilantai.

Renovasi rumah itu masih membutuhkan waktu lama, sampai benar-benar maksimal perbaikannya.

Hanya mendorongnya dengan kaki, Marco menyingkirkan beberapa potongan balok, yang mengganggu jalannya, untuk masuk keluar dari pintu rumahnya.

Mobil semi truk tua yang dibelinya, dengan hasil tabungannya tahun lalu, masih terlihat baik meski catnya kini sudah mulai pudar, dan tampak agak kusam.

Menggunakan mobil tuanya itu, Marco melaju dijalanan dengan kecepatan sedang.

Minimarket yang jadi tujuannya, tidak terlalu jauh dari rumahnya, dan dia juga berencana untuk singgah ditoko grosir yang menyediakan bahan makanan segar.

Sabun, dan semua perlengkapan mandi dan mencuci, sudah masuk didalam keranjang, kini tertinggal beberapa bahan makanan kalengan dan instan, untuk keadaan darurat yang akan diambil Marco dari pajangan.

Beberapa pengunjung minimarket berusia lanjut yang sebagian besar adalah penduduk kota, tampak berbisik-bisik saat melihat Marco.

Marco tahu apa yang mereka bicarakan, meski dia tetap bersikap acuh tak acuh dengan gerak-gerik mereka disitu.

Cerita tentang manusia yang bisa berubah jadi hewan, memang sempat menghebohkan kota.

Meskipun tidak ada satupun penduduk kota, yang bisa memastikan kalau itu adalah Marco, namun dugaan-dugaan yang mengarah kepadanya, tetap muncul dipermukaan.

Saat melihat salah satu dari wanita-wanita tua itu, tampak kesulitan mengambil barang dari bagian atas pajangan, Marco berjalan mendekat, dan menghampiri mereka disitu.

"Apa ada yang bisa saya bantu?"

Sebisanya, Marco berusaha agar tetap bisa terlihat ramah, dan mengurangi pembicaraan buruk tentangnya.

Raut wajah wanita-wanita itu berubah drastis, dan sekarang tampak malu-malu, seolah-olah baru saja tertangkap basah, saat sedang melakukan suatu kejahatan.

"Oh, iya...! Tolong saya! Ambilkan, botol shampoo itu!" jawab wanita itu, sambil menunjuk dengan jari keriputnya dan lemah gemetaran, ke bagian atas pajangan toko.

Marco mengulurkan tangannya keatas situ, lalu mengambil benda yang dimaksud perempuan renta itu, dan menyerahkannya kepadanya.

"Terimakasih!" kata wanita tua itu, sambil tersenyum lebar.

"Maafkan Saya! Tapi, saya mau tahu sesuatu... Apa kamu anak laki-laki dari Greg Belmont?" Wanita itu terlihat sangat penasaran Dimata Marco.

Keriput diwajahnya makin bertambah banyak saat mengernyitkan alis, dan mengerutkan bibirnya, seolah-olah sedang memperbaiki posisi gigi palsunya.

Marco tersenyum, lalu berkata,

"Iya. Saya putra Greg Belmont!"

Perlahan Marco mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, dengan wanita tua itu, dan disambut dengan genggaman pelan tangan yang terasa dingin diujung-ujung jarinya.

"Anda semua pasti mengenal Daddy dan Mommy saya dengan baik!" kata Marco.

"Mungkin saja, masih ada yang mengingat saya waktu masih bersekolah disini," lanjut Marco.

"Maafkan kami! Untuk usia yang renta, ingatan kami sudah mulai memburuk." Salah satu wanita tua yang menjabat tangan Marco, berkata dengan wajah yang tampak gusar.

Marco melepaskan tangannya dari genggaman wanita tua itu, dengan perlahan-lahan.

"Tidak apa-apa. Saya memakluminya... Terlalu lama saya pergi dengan Daddy, untuk melanjutkan sekolah. Lalu, ketika saya kembali kesini, saya belum pernah ikut bergabung diacara kota," kata Marco, yang tetap berusaha ramah dengan mereka disitu.

"Besok malam, pesta ulang tahun kota ini! Sebaiknya kamu datang! Jangan hanya sibuk dengan pekerjaan dirumah saja!" kata wanita itu yang kini tampaknya sudah terpengaruh dengan keramahan Marco.

"Baik! Saya pasti datang. Apa kegiatannya masih seperti dulu? Warga kota membawa makanan ke balaikota?" tanya Marco.

"Iya... Tapi, kalau tidak bisa membawa apa-apa, tidak ada masalah. Biasanya, semua makanan dan minuman disana, sudah lebih dari cukup," kata wanita tua itu.

Bagus!

Sampai Marco keluar dari dalam minimarket itu, para wanita tua tadi bisa tersenyum, tanpa terlihat seolah-olah masih mencurigai, atau bergunjing di belakang Marco.

Marco melambaikan tangannya kearah mereka, dan dibalas dengan lambaian tangan, dan senyum mereka yang lebar.

Setelah pembicaraan tadi dengan wanita-wanita tua itu, Marco akhirnya bisa menyadari, kalau selama ini, dia yang lebih banyak berdiam diri dirumahnya, dan hanya sering keluar untuk pergi ke hutan, memang melakukan kesalahan besar dengan sikapnya, yang tidak pernah bergabung dengan penduduk kota.

Mau tidak mau, Marco harus mencoba berbaur dengan warga yang lain, kalau dia tidak mau menjadi bahan pembicaraan lagi.

Sebenarnya bukan tanpa alasan, Marco tidak pernah mengikuti acara ataupun kegiatan yang berlangsung dikota itu.

Disaat-saat dia tidak bekerja dirumahnya, mengurus ternak dan kebunnya, atau pergi berganti bentuk didalam hutan, Marco sering menghabiskan waktunya dengan membaca artikel yang tercetak di koran lama, yang bisa dia lihat didalam komputernya.

Marco masih berharap agar dia bisa mendapatkan sesuatu, meski hanya sedikit informasi yang terkait, yang bisa membantunya menemukan orang tua kandungnya.

Tapi, dengan waktu yang terlewatkan selama beberapa tahun belakangan tanpa petunjuk, selayaknya Marco harus mengubah pola hidupnya.

Pasti, Marco akan jadi bahan pergunjingan selamanya, kalau dia tetap bersikeras hanya mencari informasi, yang tidak ada perkembangannya sama sekali, dan mengabaikan hubungan antara dirinya dengan warga dikota itu.

Marco menarik nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya dengan kasar.

Beberapa kantong plastik sudah mengisi bagian belakang bak mobilnya, dan kelihatannya semua yang dia perlukan, sudah terbeli segala sesuatunya.

Marco mengemudi mobilnya, menyusuri jalan sepi ditengah kota, dan kembali pulang kerumahnya.

Api di perapian sudah terlanjur mati, sedangkan hari sudah mulai sore, dan suhu yang turun drastis, membuatnya merasa dingin, meskipun sudah berada didalam rumah.

Sebelum menata barang-barang belanjaannya, Marco menyalakan kembali api di perapian.

Part 3

Suara binatang malam, menjadi teman bagi Marco yang duduk bersantai di beranda rumahnya.

Semua pekerjaan rumah selain merenovasi, yang biasanya harus dia lakukan, sudah selesai dia kerjakan.

Mengenakan jaket tebal dan segelas kopi, Marco memandangi kunang-kunang yang terbang bergerombol, diatas tanaman jagung miliknya.

Selama ini, Marco belum pernah mencoba berubah bentuk menjadi hewan yang kecil.

Tikus putih berekor panjang, adalah hewan terkecil yang pernah dia tiru.

Sedikit rasa khawatir, sering muncul saat dia ingin berubah bentuk jadi hewan kecil.

Bayangan terburuknya, adalah kalau-kalau dia sampai dimakan hewan pemangsa lain.

Marco tertawa sendiri, saat membayangkan kalau-kalau saat dia berubah menjadi serangga, lalu seekor katak menelannya.

Kira-kira apa yang akan terjadi?

Apa mungkin dia akan langsung mati?

Atau mungkin dia masih sempat berubah wujud kembali menjadi manusia, dan meledakkan perut katak yang melahapnya?

Sebaiknya Marco tidak mencoba sesuatu, yang beresiko, dan yang berkemungkinan buruk bisa terjadi.

Seekor rakun terlihat memanjat pagar rumahnya, dan seolah-olah sedang berbicara dengan Marco.

Meskipun Marco bisa meniru bentuk dan suara hewan-hewan itu, namun Marco belum bisa memahami apa yang dikatakan hewan kepadanya.

Semua suara hewan-hewan itu, hanya seperti kosakata yang tidak beraturan, dan membingungkan pikirannya, saat memaksa untuk memahami apa yang mereka katakan.

Seperti sekarang ini, ketika Marco berubah bentuk menjadi rakun, seperti yang ada dipagar rumahnya, dan mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan rakun itu.

"Kamu"

"Jagung"

"Meminta"

"Anak-anakku"

"Dimakan"

"Aku"

Dan masih banyak lagi kata-kata, yang diucapkan rakun itu saat ini.

Kata-kata hewan itu terdengar jelas, tapi karena dengan susunan kata dalam kalimat yang kacau, akhirnya tidak dapat dimengerti oleh Marco.

Dengan mata rakun yang tajam penglihatannya dimalam hari, Marco memandangi semua area disekelilingnya, yang terjangkau oleh pandangannya.

Setelah memastikan kalau dia memang hanya sendirian, dengan terburu-buru, Marco kembali ke wujud manusianya.

Meskipun letak antar rumah berjauhan jaraknya, tapi tetap tidak menutup kemungkinan, kalau-kalau ada orang yang melihat perubahan bentuk Marco, dan itu akan jadi masalah besar baginya nanti.

Dinginnya suhu diluar itu, menusuk sampai ke tulang-tulang Marco, yang ketika kembali menjadi manusia, selalu berada dalam kondisi telanjang bulat.

Pakaiannya yang terjatuh kelantai, disambar kedua tangannya, dan dengan cepat memakai pakaiannya itu kembali.

Sambil memakai pakaiannya, mata Marco tetap sibuk melihat kesana kemari.

Ini kesalahan bodoh!

Malam ini, Marco berubah menjadi rakun, bukan karena dia sengaja melakukannya.

Padahal, Marco sudah berusaha keras untuk belajar mengendalikan pikirannya, tapi pasti ada-ada saja waktunya, dia akan tenggelam dalam pikiran tentang hewan didepannya, lalu berubah bentuk seperti hewan itu.

Cairan dari cangkir kopi yang juga terjatuh kelantai, berhamburan membasahi lantai kayu diberanda rumahnya itu.

Kalau Marco tidak langsung membersihkannya, maka akan menjadi noda yang tidak sedap untuk dipandang mata.

Dengan kain pel, sikat dan seember air sabun yang diambil Marco dari dalam rumah, Marco membersihkan bekas tumpahan kopi yang meluber kemana-mana, cipratannya pun sampai ke dinding rumahnya.

Sial!

Dasar sial!

Rakun bodoh!

Atau Marco yang bodoh?

Di suhu sedingin itu, Marco harus membasahi tangannya dengan air dingin, benar-benar menyiksa.

Kedua telapak tangannya seakan tertusuk ribuan jarum yang menancap, dan menembus sampai ke punggung tangannya.

Keram dan ngilu, terasa sampai di kedua lengannya.

Marco melihat-lihat kesegala arah diberanda rumahnya, dan kelihatannya semua bekas hitam kopi itu, sudah menghilang bersih dicucinya.

Sebaiknya, Marco menghangatkan tangannya didepan perapian, dan sudah cukup baginya untuk duduk berlama-lama diluar.

Marco mengunci pintu rumah, lalu duduk bersila didepan perapian, sambil menjulurkan kedua tangannya kedekat api yang menyala.

Untung saja kejadian tadi hanya berlangsung dirumahnya.

Membayangkan kalau dia sampai berubah bentuk diantara orang banyak, bisa membuat lutut Marco gemetar hebat.

Mudah-mudahan sesuai perkiraan Marco, bahwa tidak seorang pun yang melihatnya tadi.

Malam ini, Marco memilih untuk tidur didekat perapian, daripada pergi tidur didalam kamarnya yang dingin.

Beralaskan matras tipis, lengkap dengan bantal dan selimut tebal, berikut juga suara gemercik dari kayu yang terbakar didalam perapian, Marco tertidur dengan nyenyak sampai pagi.

Seperti biasanya, setiap Marco terbangun dipagi harinya, seluruh anggota tubuhnya pasti terasa seakan remuk redam.

Meskipun yang Marco tahu, kalau dia terlelap tidur dengan pulas sepanjang malam, tapi setiap pagi keadaannya selalu sama saja.

Mimpi yang sama selalu hadir disetiap malamnya, sejak perubahan bentuknya yang pertama terjadi, hingga saat ini.

Sebuah bangunan megah yang tampak seperti kastil atau gereja tua, berada diantara batang pepohonan besar yang rimbun dan rindang.

Sepintas, dipenglihatan Marco didalam mimpinya, tempat itu seperti berada ditengah-tengah hutan belantara, yang belum pernah terjamah oleh manusia.

Tangisan yang menyayat hati, terdengar menggema dari dalam bangunan itu, dan menembus sampai keluar.

Tidak ada satupun keberadaan sesuatu yang berwujud manusia, yang dapat dilihat Marco, ditempat yang ada didalam mimpinya itu.

Benar-benar hanya suara kesedihan yang melengking tajam memekik, dan memekakkan telinga memecah keheningan tanpa wujud, yang bisa disadari Marco.

Mimpi itu terasa sangat nyata, seolah-olah hal itu memang dilihatnya dengan sadar, dengan mata kepalanya sendiri.

Akan tetapi, setiap Marco berjalan dan mencoba masuk kedalam bangunan itu, tidak pernah berhasil, karena Marco pasti terbangun dari tidurnya, dan di alam nyata, pasti sudah pagi.

Mimpi yang berulang setiap malam, dan hanya itu saja yang Marco tahu, tanpa bisa mencari tahu lebih jauh ada apa, atau siapa didalam bangunan itu.

Marco meregangkan tubuhnya, sebelum dia merapikan matras dan peralatan tidur yang masih berantakan dilantai.

Memberi makan ternak, memutik telur ayam, dan memerah susu sapi, sudah jadi rutinitas dalam kesehariannya setiap pagi.

Ladang jagung baru saja berbunga, dan masih butuh beberapa bulan lagi, sampai Marco akan sibuk untuk memanen buahnya.

Tiga ember susu segar disterilkan, lalu dimasukkan kedalam botol-botol kaca yang sudah bersih, dengan tutupnya yang berbahan kayu.

Hasil susu sapi miliknya mulai menurun, karena sapi-sapinya yang sudah mulai tua.

Pekan perdagangan ternak, yang biasanya diselenggarakan dihari minggu nanti, akan menjadi saatnya bagi Marco untuk menjual sapi-sapinya, dan membeli sapi-sapi yang muda sebagai penggantinya.

Puluhan butir telur sudah tersusun rapi didalam box kayu beralaskan jerami, dan sudah dimasukkan Marco kedalam bak belakang mobilnya.

Sebotol susu dimasukkan ke dalam lemari es, disisakan untuk dirinya sendiri, dan yang lainnya dimasukkan kedalam mobilnya, bersama telur-telur tadi.

Tanpa perlu sarapan, Marco kemudian membawa hasil ternaknya ke toko grosir penyedia bahan makanan segar untuk dijual.

Harga bahan makanan segar yang cukup tinggi dipasaran, membuat Marco mendapat uang yang juga lumayan banyak, meski hanya menjual telur dan susu.

Tidak seberapa jika dibanding biasanya, botol susu yang berkurang jumlahnya, sangat mempengaruhi hasil penjualan Marco.

Sepulangnya dari menjual susu dan telur tadi, Marco lalu memasak sedikit jagung giling dicampur susu, yang dijadikannya sup, yang dimakannya bersama dengan roti keras, dan telur omelet, ditemani dengan secangkir kopi.

Sarapan kesiangan, yang lebih dari cukup baginya, untuk mengisi tenaganya saat itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!