Part 5

Kalau saja saat ini Marco tidak sempat mengingat semi truknya yang sudah berumur, mungkin saja Marco akan menutup pintu mobilnya, dengan membanting helaian pintu itu dengan keras.

Bagi orang lain, mengintip wanita yang hanya tertinggal kulit sebagai pembungkus tubuhnya, mungkin adalah sesuatu kenangan yang indah dan menarik, sebaliknya bagi Marco.

Penyesalannya karena mengintip tadi memuncak.

Marco laki-laki dewasa yang normal dalam emosinya, meski dia memiliki kelebihan khusus, atau lebih tepatnya dia menyebutnya, adalah kekurangan khusus yang tidak biasa, dibandingkan dengan orang kebanyakan.

Setengah berlari, Marco pergi ketempat biasanya dia membelah kayu untuk bahan bakar perapiannya.

Ayunan kapaknya yang mampu membelah kayu dalam satu kali hentakan, menjadi pelampiasan Marco akan kekesalannya.

Marco membenci dirinya sendiri, yang berbeda dari orang lain.

Ketakutan akan kemungkinan bocornya identitas aslinya mengacaukan hidupnya.

Kemampuannya untuk mengubah bentuk, dianggap Marco sebagai kesialan terbesar dalam hidupnya.

Bayangkan saja, kalau saja Marco sedang bersama seseorang, lalu dia berubah menjadi hewan secara tiba-tiba, kira-kira apa yang akan terjadi?

Terang saja, siapa pun yang melihatnya akan menganggap kalau dia manusia aneh, dengan raut wajah ketakutan sambil berteriak.

Potongan demi potongan kayu yang terbelah dua, menumpuk semakin banyak dan tinggi.

Keringat yang mengucur deras membasahi tubuhnya, membuat Marco membuka kausnya, dan melemparkannya begitu saja keatas lantai serambi rumahnya.

Dengan tertinggal celana panjang, Marco tetap membelah potongan kayu bakar, sampai tenaganya hampir habis.

Marco menyambar keringat di keningnya, dengan punggung tangannya, cepat dan kasar, sambil duduk diatas tumpukan kayu yang sudah terbelah.

Telapak tangannya yang kasar dan kapalan terasa pedih, dengan lengan dan bahu yang juga pegal, karena dia yang bekerja tanpa aturan.

Bukan sesuatu yang buruk, justru dengan kesakitan yang dia rasakan, bisa menghilangkan keinginan nafsu gilanya untuk menyentuh tubuh wanita.

Kapak ditangannya ditancapkan asal-asalan keatas alas bantalan, untuk membelah kayu.

Masih bertelanjang dada, Marco berbaring diatas tumpukan kayu, membiarkan dirinya terjemur matahari sampai kulitnya kemerahan.

Rasa lelah yang berlebihan, hampir membuat Marco tertidur diluar situ.

Apakah ada kemungkinan Marco bisa hidup normal?

Mahluk apa dia sebenarnya?

Apakah ada orang lain yang seperti dirinya?

Pertanyaan yang sering muncul didalam kepalanya tanpa ada jawaban, mengganggu ketenangan diri dan pikirannya.

Semestinya, Marco bisa merasakan kelegaan, saat bisa terbang menguasai langit diatas hutan tadi, tapi karena kebodohannya, malah hanya mengacaukan harinya saja.

Marco kemudian berjalan masuk kedalam rumahnya, sambil membawa beberapa potong kayu yang bisa dia angkat.

Dengan meletakkan potongan-potongan kayu kedekat perapian begitu saja, Marco pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Jatuhan air dingin yang mengalir deras dari atas kepalanya, cukup menyegarkan dan mengurangi tekanan dalam tubuhnya.

Setelah selesai berpakaian, hanya dengan mengenakan kaus tanpa lengan dan celana pendek, Marco memandangi liontin yang disimpannya didalam kotak perhiasan bekas mendiang Mommy Marco.

Liontin batu berwarna biru muda, berbentuk prisma, yang bening tembus pandang, tertanam didalam bingkai logam titanium, bergantung di rantai yang juga berbahan titanium yang sudah pendek.

Kalau Marco mau memakainya sekarang, kalung itu hanya bisa digunakannya sebagai gelang, yang longgar dipergelangan tangannya.

Tidak ada satupun tulisan, atau ukiran yang terlalu mencolok di kalung itu.

Hanya ukiran sederhana dibingkai liontin, meski tetap tidak mengurangi keindahannya, justru menonjolkan penampilan batunya.

Sama sekali tidak berguna, untuk dijadikan sebagai petunjuk.

Dipasar loak, atau garage sale, Marco pernah melihat liontin, yang bentuknya mirip-mirip dengan liontin yang ada ditangannya sekarang.

Tidak ada yang spesial saat Marco bertanya tentang liontin itu kepada penjualnya waktu itu.

"Murah saja kalau anda berminat. Itu hanya perhiasan yang dibeli mantan suami saya. Daripada saya membuangnya, lebih baik kalau benda itu bisa jadi uang."

Perkataan wanita yang tampaknya berusia pertengahan empat puluhan tahun, saat Marco mencoba mencari tahu, kalau-kalau ada yang istimewa dari liontin yang dijualnya itu.

Selain ukiran dibingkai liontin, tidak ada yang perbedaan yang mencolok, dibandingkan dengan liontin yang dimiliki Marco.

Kalau begitu, bisa saja benda itu hanya perhiasan biasa.

Satu-satunya yang mungkin bisa memberikan Marco sedikit petunjuk, hanyalah suster yang ada di panti asuhan.

Sialnya, semenjak Marco kembali kekota kecil itu, Marco belum bisa bertemu dengan suster Martha yang sedang sakit, dan mendapat perawatan khusus, tanpa ada orang luar yang bisa mengunjunginya.

Semua artikel tentang penemuan anak-anak, yang terjadi ditahun yang sama saat Marco ditemukan, juga tidak ada yang sesuai, atau memiliki kemiripan dengan kasusnya.

Rasanya, Marco sudah cukup teliti membaca artikel koran lama, yang masih bisa dia temukan di internet.

Tapi, masih belum membuahkan hasil apa-apa.

Marco menyimpan kembali kalung liontin itu kedalam kotak perhiasan, kemudian berjalan keluar dari kamarnya.

Malam ini akan ada pesta untuk ulang tahun kota.

Seingat Marco, biasanya sejak pagi, keramaian sudah merambat didepan balai kota.

Sebagian besar para Daddy yang membawa anak-anaknya bermain, sudah terkumpul disana, dimana biasanya ada tempat untuk anak-anak bermain.

Sebagaimana kenangan yang masih tertinggal dalam ingatan Marco ketika Mommy-nya masih hidup.

Disetiap hari ulang tahun kota, sejak pagi Mommy Marco sudah sibuk memasak berbagai jenis makanan untuk dibawanya ke balai kota, disore menjelang malam.

Sedangkan Daddy-nya, setelah sarapan bersama, akan membawa Marco pergi ke lapangan didepan balai kota, agar tidak mengganggu Mommy-nya memasak.

Wahana bermain sederhana banyak tersedia disana.

Mulai dari berjalan-jalan disekitar situ menaiki kuda poni, memberi makan hewan ternak yang berukuran kecil, melukis dengan cat khusus diwajah mereka, sampai menikmati jajanan yang dijual pedagang yang memanfaatkan padatnya keramaian, akan jadi kegiatan Marco dan Daddy-nya, sambil menunggu Mommy Marco menyelesaikan kegiatan masak-memasaknya.

Kenangan yang indah, meski hanya sempat dirasakan Marco disaat masih berusia belia.

Kini semua itu hanya tinggal kenangan yang melekat di ingatan akan kasih sayang Mommy dan Daddy Marco, diantara banyak kenangan indah lainnya, saat bersama orang tuanya itu.

Marco berjalan pelan menuju ke dapur.

Berniat membuat Pai labu, seperti yang biasa dibuatkan Mommy-nya saat beliau masih hidup.

Selain untuk menjadi buah tangan Marco saat pergi ke balai kota nanti, makanan itu juga bisa untuk mengobati kerinduannya kepada Mommy, wanita yang menjadi kesayangannya.

Semua bahan yang diperlukan untuk membuat Pai labu, dikeluarkan Marco dari dalam lemari es.

Sewaktu Mommy-nya masih hidup, Marco sempat diajarkan caranya memasak makanan itu, lengkap dengan resep yang kini masih menempel dengan tulisan buram, dipintu kabinet lemari dapur.

Terpopuler

Comments

$uRa

$uRa

pakai saja kalaung liontin itu di tanganmu Marco siapa tau ada petunjuk tentang siapa kamu sebenarnya..

2022-08-20

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 TUNGGU BERITA DARIKU : Part 1
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
TUNGGU BERITA DARIKU : Part 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!