Terjerat Cinta Pria Dingin

Terjerat Cinta Pria Dingin

Darah yang sama

Brakkk!!!!

Sebuah kepalan tangan mendarat sempurna pada sebuah lemari, tepat disamping wajah sang gadis yang kini memejamkan mata dengan ketakutan luar biasa. Tubuhnya bergetar dengan lelehan air mata yang membasahi pipi cantiknya.

"Apa harus seperti ini, hah?" tanya seorang lelaki dengan suara pelan namun penuh penekanan, yang kini tengah mengukung dirinya diantara lemari itu.

"Kau akan menyerah begitu saja?" tanyanya lagi dengan tatapan tajam mengarah pada gadis itu.

Lelaki itu mengangkat dagu sang gadis, "Buka matamu, tataplah aku!" titahnya.

Sang gadis membuka matanya perlahan, hingga mata keduanya bertemu. Manik berkabut amarah itu perlahan berganti dengan tatapan cinta setelah bertemu dengan manik berkaca milik sang gadis.

"Aku mencintaimu, Sena." ungkapnya.

Keduanya terdiam saling menyelami perasaannya masing-masing dengan tatapan saling mengunci. Kemudian lelaki itu memiringkan wajahnya dan menyambar bibir ranum sang gadis. Menyesap lembut bibir yang tak mampu Ia lupakan. Bibir yang beberapa bulan ini sama sekali tak dapat Ia jamah.

Keduanya hanyut dalam ciuman itu, menyalurkan rasa yang sama yang tak dapat mereka ubah. Sekeras apapun melupakan, namun rasa rindu semakin menumbuhkan rasa cinta itu.

Dengan napas tersenggal keduaya saling melepas pagutan itu. Sena menunduk dengan air mata yang tak dapat Ia tahan.

"Maafin aku, Bi. Kita harus melupakan ini." ucapnya diiringi isak yang menyesakan dadanya.

"Kenapa? Apa kau sudah melupakanku? Apa rasa cintamu untukku sudah tak ada lagi?" cecar Abi. Lelaki itu tertawa sumbang, menertawakan takdir yang seolah membencinya.

"Iya. Perasaanku sudah hilang, sejak kita disadarkan kalau kita tidak bisa memiliki perasaan ini," balas Sena dengan tegas menatap kearahnya.

"Bohong! Berhentilah membohongi dirimu sendiri dan kembalilah padaku, Sena!" selak Abi dengan sama tegasanya.

Sena menarik dan menghembuskan napasnya panjang untuk menetralkan dirinya."Lupakan aku! Satu minggu, sisa waktumu untuk melupakanku. Dan hari itu kau harus benar-benar melupakanku, karena hari itu juga aku milik orang lain."

Abi tersenyum sinis mendengar itu, "Milik orang lain?"

Abi mendekatkan wajahnya pada gadis itu. "Kamu denger baik-baik." ucapnya dengan nada penuh penekanan.

"Kita memang dilahirkan dari darah yang sama, tapi," Abi menjeda ucapannya sejenak.

"Kita ditakdirkan untuk menciptakan darah serupa." lanjutnya dengan tatapan menghunus tajam kearah Sena yang sekuat tenaga menahan diri dan hatinya, agar tak goyah dengan pendiriannya itu.

"Aku Abizar Radeeya Permana, bersumpah tak akan membiarkan siapapun menikahi Arsena Queenara Pratama. Karena Sena hanya milik Abi. Dan akan kupastikan hanya aku yang bisa menikahimu."

"Ingat itu!" peringatnya.

Setelah mengatakna itu, lelaki tampan itu pun berlenggang meninggalkan Sena yang kini ambruk dilantai. Tangisnya pecah seiring dengan berlalunya suara dari pintu yang tertutup keras.

Tangis memilukan menggema diruangan pengap itu. Sena tertunduk lemas seraya memegang baju bagian dada yang begitu menyesakan.

Ceklek!

Pintu terbuka tanpa Sena ketahui. Seorang gadis menghampiri dengan ikut mendudukan diri dihadapannya. Ia raih kepala Sena, lalu mendekapnya.

"Aku mencintainya ... Aku mencintainya ....." ungkap Sena dengan isak kian kencang.

Sang gadis tak menimpali, Ia hanya mengusap kepala dan punggung Sena bergantian untuk menenangkannya.

"Kenapa harus sesakit ini, Jin. Kenapa ...?" tanya Sena disela isak tangisnya.

"Jika memang cinta ini salah. Kenapa rasa itu ada? Kenapa ...?"

Jingga tak berhenti mengusapkan tangan, dipundak sahabatnya itu. Ia tau dan sangat mengerti apa yang dirasa sahabatnya kini.

"Tumpahkan! Setidaknya itu akan mengurangi rasa sakitmu." titahnya.

Sena pun benar-benar menumpahkan air mata sakitnya. Rasa sakit ketika harapan tak sesuai alur Tuhan. Rasa cinta pada seseorang yang tidak seharusnya Ia cintai. Ikatan darah yang menjadi penghalang, hingga Ia harus mengubur dalam-dalam rasa itu. Namun apa itu mudah?

**

"Apa ada masalah?" suara bariton seseorang berhasil menyadarkan Sena dari lamunannya.

Gadis cantik itu menolehkan wajah pada lelaki yang kini duduk disampingnya, yang tengah mengemudikan kijang besi yang keduanya tumpangi.

Sena tersenyum tipis dengan helaan napas pelan. "Gak ada." balasnya singkat.

"Come on, De. Kamu gak bisa bohongi Kakak!" bujuknya agar Sena mau bercerita.

Sena hanya diam tak menanggapi. Suasana hatinya benar-benar kacau hari ini. Ia benar-benar ingin istirahat dan memejamkan matanya.

Untuk beberapa saat keadaan hening didalam mobil itu. Hanya terdengar deru mesin mobil saja didalam sana. Lelaki itu tak ingin memaksa Sena untuk bercerita. Ia membiarkam gadis itu dengan segala pemikikirannya.

"Kak Deril?!" panggil Sena, untuk memulai obrolan.

"Hem, apa?" tanya Deril melirik sekilas kearah sang gadis, lalu kembali fokus kedepan.

Sena terdiam sejenak, sedikit ragu untuk bertanya pada pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

"Apa Kak Deril mencintai Sisil?" tanya Sena dengan hati-hati.

Lelaki tampan itu tersenyum, "Kenapa kau tanya itu?" bukan menjawab Deril justru balik bertanya.

"Nggak! Aku cuma pengen tau." balas Sena, lalu wajahnya kembali menatap jendela.

"Apa kau cemburu?" goda Deril dan hanya timpali decakan kesal gadis itu.

Deril terkekeh melihat reaksi sang gadis. Tentu Ia tau, mustahil untuk gadis itu cemburu akan masalalunya.

"Dulu iya. Sekarang ... Mungkin nggak!" jelas Deril. "Kenapa? Apa kamu masih mencintai Abi?" tanyanya.

"Iya." balas Sena singkat. Mungkin jujur akan sedikit melegakan hatinya.

"Ck! Jujur amat sih. Calon suami loh ini." goda Deril untuk membuat suasana lebih santai.

Sena tersenyum, ingin Ia akui itu. Namun hati kecilnya menolak akan hal yang seharusnya Ia akui. Benarkah Ia harus menerima lelaki disampingnya itu sebagai calon suaminya?

"Gimana cara Kakak lupain dia?" tanya Sena.

"Emmm ..." Deril tampak berpikir sejenak. "Mungkin dengan mencoba membuka hati untuk orang lain." balasnya tersenyum.

"Maksud Kak Deril aku?" tanya Sena dan dibalas tawa lelaki tampan itu.

"Hemm, orang lain ya?" sindir Sena membuat lelaki itu kian tergelak.

"Iya. Kan dulu kamu emang orang lain. Calon istri kan sekarang." balasnya hingga Sena ikut terkekeh.

"Kamu tuh aneh ya. Dulu aja ngejar-ngejar pengen jadi pacar Kakak. Eh, sekarang giliran mau dinikhin malah gak mau." ledek Deril hingga Sena pun ikut tertawa.

Tak dipungkiri, Sena memang pernah menyukai lelaki itu. Bahkan berani menyatakan perasaannya waktu masuk SMP dulu. Deril bagai sosok idol yang begitu dipujanya. Namun semua berubah setelah kembalinya Abi. Sosok dingin yang begitu menguasai hatinya.

Mengingat itu Ia kembali menghembuskan napasnya. Sosok yang ingin Ia hindari, justru semakin melekat diotak dan hatinya.

Sena terkesiap kala tangan besar menggenggam tangannya. "Belajarlah! Kita sama-sama belajar untuk saling mencintai. Meski mungkin itu sulit, yakinlah pada takdir yang sudah Tuhan kehendaki." ucap Deril dengan senyumnya dan dibalas senyum simpul oleh Sena.

'Apa aku bisa?' batinnya bertanya.

******

Hai haii.. Abi Sensen come back! Jangan pada protes, mak othor kasih bawang dulu yaa.. biar drama🙈 Jangan lupakan jejaknya yaa gaisss🤗 kasih hadiah dan vote pertama kalian...

Ada yang merindukanku??

Jangan lupa dukungannya, biar mak othor nya gak khilaf!🤣

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Abizar anak Aysa dan Rendi,Pacaran dengan Sena anaknya Ayra dan Ardi??Dua pupuan nih..Ayra dan Aysa sepupuan..

2024-02-27

0

kia

kia

permulaan yg seru

2023-01-24

1

Aqiyu

Aqiyu

komen

2022-10-10

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!