Melakukan itu

Mentari pagi menyapa Abi yang baru saja membuaka mata. Mata dengan bola kecoklatan itu mengerjap berulang kali, kala sang sinar mengganggu indera penglihatannnya.

Ia bangkit seraya memijit pelipis yang masih menyisakan denyut sisa semalam. Lelaki tampan dengan rambut acakadul yang semakin menambah ketampanannya menggulirkan kepala ke berbagai arah dan baru menyadari jika ini bukanlah dikamarnya.

Abi menyadari penampilannya yang polos tanpa sehelai benang pun. Seketika otaknya sampai dikejadian semalam.

"Apa aku melakukannya?" tanya Abi bermonolog sendiri. Namun sepertinya Ia tak mengingat beberapa kejadian semalam. Mungkin karena efek minuman yang terlalu banyak Ia tegak, hingga membuat Ia tak menyadari apa yang dilakukannya.

Ia bangkit untuk meraih kain-kain yang tercecar dibawah. Kaos dan celana yang sempat diambil Sena, ikut tercecar disana. Abi pun memilih mengambil pakaian itu.

Setelah selesai mengenakan kain itu, Abi duduk ditepi ranjang seraya mengingat kejadian semalam. Terakhir yang diingatnya, ketika Ia mengungkapkan cinta pada Sena dan setelah itu Ia benar-benar melupakan apa yang terjadi.

Abi menumpu tangan pada kakinya seraya memijit pelipis yang masih saja berdenyut itu, lalu tanpa sengaja tangan itu meraba area bibirnya.

"Ssstt ... Aww!!" Abi meringis merasakan sakit diujung bibir itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa aku lupa?" tanyanya bermonolog sendiri.

Ditengah kebingungan yang dirasa lelaki tampan itu. Tiba-tiba suara pintu terbuka dengan keras, mengalihkan atensinya.

Braakkk!!!

Seorang lelaki bermata tajam dengan rahang mengeras menatap nyalang pada Abi.

"Lu?" tunjuknya seraya menghampiri.

Tanpa aba-aba, lelaki tampan yang sebaya dengannya itu menonjokan kepalan tangan pada wajah Abi, dan tepat mengenai bagian yang sempat terasa sakit itu.

Bugghhh!!!

"Brengsek lu, ya!" umpatnya.

Lelaki dengan kilatan amarah dimatanya itu, menarik baju bagian depan yang dikenakan Abi.

"Lu bener-bener keterlaluan! Lu gak pantes disebut lakik. Bahkan lu gak pantas disebut manusia." bentaknya dengan kasar.

"B*nci lu!"

Bughh!!

Lagi-lagi bogeman mentah kembali didapati Abi dari lelaki tampan itu. Bahkan lelaki itu sampai naik ketubuh Abi dan mendudukinya, seraya kedua tangan lelaki itu mencengkram erat kerah baju Abi.

Abi hanya pasrah seraya memegang bekas tonjokan yang mampu mengeluarkan darah itu, tanpa menjawab sepatah kata pun.

"Gue tau lu cinta sama Sensen. Tapi cara lu ini salah!" bentaknya.

"Harusnya kalo lu cinta sama dia, lu perjuangin, lu buktiin. Bukan jadi pengecut kek gini." lanjutnya dengan nada yang sama.

Abi masih terdiam. Apa benar Ia melakukan itu pada Sena? Dan kenapa Ia tak mengigat apapun? Pikirnya.

"Dan sekarang, lu buat semuanya jadi kacau. Lu pasti puas, sekarang kemungkinan pernikahan Sensen dan Deril dibatalkan." Lanjutnya lagi.

"Tapi, apa lu gak mikir gimana keadaan Sensen sekarang, hah?" tanyanya. Seketika mata Abi menatap tajam pada kelaki itu.

"Iya, sekarang jiwa adek gue terguncang. Puas lu?" lanjut Shaka lagi seraya berdecih dengan menghempaskan Abi dengan kasar. Lalu Ia turun dari tubuh Abi dengan mengusap wajah kasar.

Otak Abi masih berputar, mengingat kembali apa yang memorinya lewatkan. Ingin Ia bahagia mendengar sang pujan yang mungkin gagal menikah. Namun Ia juga begitu khawatir mendengar keadaan sang gadis yang terdengar tak baik-baik saja. Sekejam itukah dirinya? Abi terus berperang dengan otak yang masih juga tak ingin menunjukan kejadian semalam.

"Seandainya itu bukan lu. Habis lu!" ucap Shaka dengan menatap tajam kearah Abi.

Abi bangkit dari posisinya. "Dimana dia sekarang?" tanyanya.

"Cih! Untuk apa? Dia gak akan mau ketemu lu lagi." balas Shaka berdecih sinis.

Abi berdiri dan melangkahkan kakinya. Namun baru beberapa langkah, pergerakan itu kembali terhenti.

"Apa lu pikir menggunakan cara itu akan mendapatkan restu mereka?" Pertanyaan Shaka membuat Abi terdiam dengan posisi yang sama.

Abi membalikan tubuhnya dan menatap kearah Shaka. Terlihat seringai tipis dari wajah Shaka, yang membuat wajah Abi kian datar.

**

"Sen! Jawab pertanyaan Mama, apa yang dilakuin Abi sama kamu?" tanya mama Ay, untuk kesekian kalinya.

Dari semenjak memasuki kamar Sena, mama Ay tak berhenti menanyai hal itu. Ia masih belum percaya, Abi yang sudah Ia anggap putra sendiri. Tega melakukan itu pada putrinya. Atau memang bener mereka melakukan itu, atas dasar suka sama suka? Pikir wanita paruh baya yang masih saja cantik diusianya itu.

Namun Sena sama sekali tak bersuara dan masih saja bungkam. Jika semalam Ia tak menjawab dan hanya menangis. Kini gadis cantik itu hanya terdiam dengan wajah sendu.

Sena masih bingung harus menjawab apa. Jika Ia jujur, Ia tak tau hukuman apa yang akan terjadi. Namun jika Ia bohong pun, tak tau pula akan konsekuensinya.

"Sen!" panggil mama Ay lagi, hingga membuat Sena mendongak.

"Apa benar kalian melakukan itu?" tanyanya lagi.

Sena terdiam sejenak. Ia hendak menjawab, namun suara seseorang mengalihkan atensi mereka.

"Iya. Kami melakukan itu."

Abi masuk kedalam, dan menghampiri mereka. Mama Ay menghembuskan napasnya berat. Hal yang Ia tolak mentah-mentah, justru itu benar-benar terjadi.

Berbeda dengan mama Ay, Sena sudah membolakan mata mendengar penuturan itu, sungguh Ia ingin segera menyelak, namun suara Abi kembali membungkamnya.

"Maafin aku, Ma!" Ucap Abi tertunduk.

"Bi ... Kita-" belum juga Sena memgeluarkan protesannya, telapak tangan mama Ay mendarat sempurna di pipi putih lelaki itu.

Plaakkk!!!

Sebuah tamparan keras dilayangkan ibu dua anak itu pada lelaki yang sudah ia anggap putranya itu. Bohong jika Ia bilang tak kecewa. Sebagai seorang ibu tentu mama Ay merasa telah gagal mendidik putra putrinya.

Rasa kebas yang dirasakan Abi dipipinya itu, membuat Abi menundukan kepala. "Aku akan bertanggung jawab."

Penuturan Abi sungguh membuat gadis cantik itu semakin membulatkan mata, hingga manik itu seolah akan keluar.

Mama Ay kembali menghembuskan napasnya kasar. Meski sulit untuk dipercaya, namun sepertinya Ia harus siap memberi protesan pada mamih dan tantenya.

Sena hendak protesan, namun tangan sang mama yang terangkat keatas menghentikan pergerakan bibir Sena.

Tanpa kata mama Ay berlenggang meninggalkan kamar Sena dengan pikiran melayang entah kemana. Bahkan panggilan Sena tak didengarnya sama sekali.

Setelah mama ay keluar, Sena menatap tajam kearah Abi. Ia berdiri dan mendekat kearah mantannya itu.

"Kamu kenapa ngomong gitu? Kita gak lakuin apa-apa." protes Sena kesal.

"Oh ya?" goda Abi yang mencondongkan diri, hingga wajah mereka terkikis.

"Apa sentuhanku itu gak nyata?" tanya Abi dengan nada yang sama. Sena terdiam dengan wajah tegangnya.

"Apa itu hanya mimpiku saja?" tanya Abi lagi, semakin mendekatkan wajahnya. Lalu, tiba-tiba saja senyuman manis itu terbit dari wajah tampan Abi. Senyum yang selalu memporak porandakan hati Sena.

"Bertahanlah! Sebentar lagi, kita benar-benar akan melakukannya."

******

Jangan lupa jejaknya yaa gaiss🤗

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Shaka..

2024-02-27

0

Vita Zhao

Vita Zhao

ya ampun abi kau benar2 ya😅😅😅

2022-09-03

1

Maaaaaak"utun"..nie🍉

Maaaaaak"utun"..nie🍉

alaaaaaaah,abi malaaah manfaatken uy,,,hahahahahha...semngaaat abi cnta hruuz ttp diperjuangkan🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2022-08-05

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!