Menjadi makmumku

"Bi ...!!!"

Pekikan keras seorang gadis berhasil menghentikan langkah lelaki tampan yang tengah berjalan cepat dengan wajah datarnya.

"Ya ampun, Bi. Dari tadi aku panggil kamu gak nyahut-nyahut." cerocosnya menghampiri.

Dengan tak tau malunya sang gadis menggandeng lengan Abi dengan manja. Baru juga Ia mendekap lengan kekar itu, Abi menghempasnya dengan kasar.

"Stop! Jangan sentuh gue!" peringatnya dengan tatapan menghunus tajam pada gadis itu.

"Ihh kok gitu sih, Bi. Bentar lagi kan kita tunangan. Kamu jangan galak-galak dong sama aku, ntar aku bilangin mommy loh!" rengeknya dengan ancaman.

"Seraahhh!!!" pungkas Abi berlenggang meningalkan gadis itu.

Bahkan panggilannya sudah tak Ia pedulikan. Perasaannya kacau setelah menemui Sena digudang tadi. Ia memilih untuk meninggalkan kampus dengan kuda besi kesayangannya.

"Abi ....!!!!" pekik sang gadis.

"Ck! Ngeselin deh. Kurang apa coba gue? Kenapa Abi tetap aja dingin sama gue?" gerutunya.

"Apa jangan-jangan ini gara-gara Sena ya? Ihh ... Sena ngeselin deh. Udah punya kak Deril masih aja embat Abi. Lagian katanya masih keluarga, tapi kok kek gitu sih. Awas aja gue kasih peringatan dia!" cerocosnya lagi.

"Rena!!!" panggilan seseorang sukses membuat Ia menoleh.

"Apa?" tanya Renata dengan nada ketus.

"Idihhh galak amat!" balasnya meledek.

"Apa sih, Ki. Gaje deh!" balas Renata dengan wajah yang ditekuk.

"Heleh gue kan cuma nanya, biasa aja kali." balas Rizky dan ditimpali cebikan bibir gadis itu.

"Dah lah, gue jadi lupa kan. Lu lihat Abi gak?" tanya Rizky.

"Dia udah pergi." balas Renata masih dengan nada ketusnya.

"Ya ampun! Lu bisa gak sih jawabnya baik-baik. Orang cuma nanya juga. Heran gue!" Rizky jadi ikut menggerutu seraya menaikan satu tali tas dipundaknya yang hampir saja melorot.

"Lu maunya apa sih? Itu kan gue jawab." balas Renata tak terima.

"Jawab sih jawab, tapi gak gitu juga kali. Dah lah gue cabut." terlalu kesal untuk pemuda tampan itu mendapati jawaban kurang menyenangkan dari sang gadis, hingga Ia memutuskan untuk pergi.

"E-eeh tunggu dulu!" cegat Renata mencekal pergelangan tangan Rizky.

"Apa?" kini giliran Rizky yang bertanya ketus.

"Ihh kok jadi galakan lu sih." protesan Renata yang ditimpali dengusan kesal pemuda itu.

"Gue mau nanya. Apa Abi masih ada hubungan sama Sena?" tanyanya.

Rizky mengerutkan dahinya heran. Setau dia udah lama Abi sama Sena saling diam. Jangankan berhubungan, tegur sapa pun tak dilakukan kedua manusia itu. Bahkan sekarang Ia jadi sering berdua dengan Abi tanpa Sena dan Jingga. Mereka yang sering kemana-kemana berempat mendadak berpecah setelah Abi dan Sensen harus memutuskan hubungan mereka karena ditentang keras oleh keluarga mereka.

Bahkan keduanya sering menghindar jika berpapasan. Entah lah, Rizky sendiri tak mengerti. Kenapa persahabatan mereka menjadi seperti itu?

"Jangankan hubungan, ketemu aja mereka udah kek lihat makhluk halus." balas Rizky dan dibalas cebikan bibir oleh gadis itu.

"Dah lah gue cabut." tanpa menoleh lagi Rizky berlenggang menuju parkiran meningglakn Renata yang mendengus kesal.

"Segitu gak dibutuhkannya ya gue? Sampai semua orang ninggalin gue." lirihnya disertai decakan kesal dan berlenggang meninggalakan tempat itu.

**

Sementara itu Sena sudah sampai dihalaman rumahnya.

"Mampir dulu Kak?!" ajak Sena pada pria disampingnya.

"Gak usah, ntar aja. Si mama minta dijemput nih!" balas Deril memperlihatkan ponselnya.

Sena terkekeh mendengar itu. Ia tau mama pria disampingnya itu sangatlah fashionable. Meski usianya sudah tak muda lagi, namun mama Rilla selalu tetap menjaga penampilannya.

"Ya udah salam aja buat mama, ya!" ucap Sena memberi pesan.

"Cie ... Mama?" ledek Deril dan disambut tawa gadis cantik itu.

"Eh salah ya? Ya udah deh onty aja." canda Sena hingga keduanya tergelak. Dengan gemas Deril mengusek pucuk kepala Sena gemas.

"Ya udah berarti besok aja ya, kita fiting bajunya?" tanya Deril dan diangguki Sena.

"Kamu istirahat ya, jangan banyak pikiran! Bawa santai aja." titah Deril dan disambut senyum oleh gadis itu

"Lagian kalo kita udah nikah juga, Kakak gak akan nuntut kamu buat jalani kewajiban kamu sebagai seorang istri. Kita jalani aja kek gini, hem." jelas Deril dan diiyakan Sena diringi senyuman lebar dari bibir manis itu.

Ternyata interaksi kedua orang itu menjadi perhatian seseorang dari sudut rumah. Ia mengepalkan tangan dengan gigi menggeretak melihat canda tawa mereka yang nampak jelas dimobil itu. Ingin rasanya Ia menghampiri keduanya, namun sebisa mungkin Ia menahan diri untuk tidak berbuat kekacauan.

"Bi ...!!" Sapaan seseorang membuat Ia sedikit terkesiap dan reflek menolehkan wajahnya.

"Iya, Ma." balasnya.

Abi menghampiri mama Ay yang membawakan minum untuknya dikursi santai, diteras samping rumah itu dan ikut mendudukan diri dikursi itu.

"Ini bajunya dipake ntar buat hari -H, ya!" ucap mama Ay memberikan paper bag dan hanya diangguki Abi. Meski dalam hatinya Ia begitu mengutuk pernikahan itu.

Abi yang ditelpon dan disuruh mama Ay untuk mengambil baju yang sudah Ia siapkan, akhirnya pasrah dan pergi mengunjungi rumah itu. Namun siapa sangka, Ia justru harus melihat sang gadis bercanda dengan lelaki lain.

"Aku pulang, Ma!" pamit Abi seraya hendak berdiri, namun mama Ay mencegatnya.

"Tunggu, Bi! Kamu gak minum dulu. Ini kopi kesukaan kamu." tawar mama Ay.

"Gak usah, aku harus pulang." Tanpa menjawab lagi panggilan mama Ay, Abi berlenggang seraya membawa paper bag ditangannya.

"Bi..!!".

Mama Ay menghembuskan napasnya pasrah. Ia tau pastilah lelaki tampan itu masih belum bisa menerima keadaan. Melihat gerak geriknya tadi, mama Ay mengerti bahwa Abi tengah menahan kecemburuannya. Namun apalah daya, Ia tak bisa menentang apa yang sudah menjadi keputusan keluarganya.

"Maafin, Mama Bi. Mungkin ini jalan terbaik untuk kalian." cicit mama Ay memperhatikan punggung Abi yang kian menjauh.

Abi berjalan menuju kuda besi yang terparkir didepan rumah, tepat disamping mobil Deril yang terparkir. Tepat disaat itu pula Sena turun dari mobil itu dengan Deril yang membukakan pintu untuknya.

"Hai, Bi..!!" sapa Deril, namun tak ada jawaban dari Abi yang hanya fokus menatap tajam kearah Sena.

Sena yang sempat beradu tatap, segera berpamitan untuk menghindar dari tatapan mantan kekasihnya itu.

"Aku masuk, Kak!"

Sena berlenggang memasuki rumah. Abi pun beralih meraih helmnya dan segera memakainya. Ia hendak melesat, namun Deril memutar kunci motornya, hingga mesinnya berhenti menyala.

Abi menatap tajam pada Deril yang juga tengah menatapnya.

"Berhentilah bersikap seperti anak kecil!" peringat Deril dan disambut senyum sinis oleh Abi.

"Bukankah itu sebaliknya?" tanya Abi.

"Lupakan Sena! Kami akan segera menikah." lanjut Deril.

Abi menatap tajam kearah Deril seraya mendekatkan wajahnya dan berbisik yang diakhiri tepukan dibahunya.

"Sebelum kau nikahi dia. Kupastikan dia sudah menjadi makmumku."

******

Jangan lupa jejaknyaa yaa gaiss🤗

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Aku suka gaya Abi,yg berjuang dan mempertahankan miliknya 👍👍👍👏👏

2024-02-27

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Makanya jadi cewek jangan kencentilan banget..🙄

2024-02-27

0

Ade Raia

Ade Raia

halo mak othor,, maaf, pendatang baru nih,, nyoba dtg, tp blm paham dg benar. smp di bab 2 ini, kayaknya kisah ini sdh ada novel pendahulunya ya?
apa benar? klo iya, boleh tau dong, apa novel pendahulunya? mks mak othor....

2022-09-06

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!