Brakkk!!!
Suara tas terbanting ke atas meja didepan sofa terdengar begitu keras. Jika saja didalam tas itu ada benda yang gampang pecah, sudah dipastikan benda itu hancur karena kerasnya bantingan itu.
"Bi ... Udah pulang?" sapa seorang wanita tua menghampirinya.
Abi tak menjawab, Ia masih kesal pada wanita tua yang harus Ia akui neneknya itu. Bagaimana tidak? Sang oma yang seharusnya mendukung apapun tentang dirinya, justru menentang mentah-mentah hubungan Ia dengan gadis yang dicintainya.
Dengan dalih mereka masih keluarga, Abi harus melupakan perasaan yang sampai saat ini justru semakin besar. Lalu bagaimana dengan perjodohan yang dilakukan orang-orang bangsa timur tengah? Orang-orang disana dengan sengaja menjodohkan putra putri mereka dengan anak dari keluarganya sendiri.
Abi tak ingin lagi berdebat dengan sang oma. Ia memilih berlenggang pergi tanpa sepatah kata pun.
"Abi...!!!"
Panggilan itu kembali menghentikan langkah lelaki tampan berkulit putih itu. Lelaki dengan wajah dingin itu enggan menolehkan wajahnya.
"Bi, berhenti seperti ini! Oma tau kamu kecewa akan keputusan Oma sama mimih Asti. Tapi ini untuk kebaikan kalian." tegas Oma Asmi.
"Oma mohon Nak, kita keluarga. Jadi hilangkan perasaan itu, dan biarkan Sensen menikah." ucap Oma dengan nada memohon.
Wajah tampan itu menoleh dengan tatapan datar. "Jika aku gak bisa nikahin Sensen. Maka gak ada seorang pun yang dapat menikahinya." balas Abi dengan nada dingin, lalu berlenggang pergi.
Oma Asmi menghembuskan napasnya panjang. Sungguh sang Oma dibuat bingung dengan keadaan itu. "Ck! Gimana ini? Kalo sudah gini, apa kak Asti masih mau menentang." gerutu wanita baya yang masih segar diusianya itu.
Memikirkan cucu satu-satunya itu, membuat Oma Asmi merasakann denyut dikepala kanannya. Hingga Ia pun memutuskan untuk beristirahat dikamar.
Sementara itu, Abi memasuki kamarnya. Ia menutup pintu seraya menyenderkan tubuh dibalik pintu tersebut. Sebutir tetes hangat dari ujung mata lolos begitu saja kala mata itu tertutup rapat. Ia cengkram baju bagian dada yang begitu menyesakkan.
Setelah apa yang Ia lalui hari ini, Abi berpikir pulang kerumah akan membuat Ia tenang. Namun keyataan justru sebaliknya. Mendapat peringatan untuk kesekian kali dari sang Oma, sungguh membuat Ia semakin frustasi.
Abi melempar kembali tas ranselnya keatas tempat tidur. Kemudian berlalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin dengan cara itu, akan sedikit mengurangi rasa sakit dikepala yang berdenyut sedari tadi.
Setelah menanggalkan kain dari seluruh tubuhnya, Abi membiarkan diri terguyur jutaan titik air yang memabashi tubuh sispex itu. Namun ternyata air itu sama sekali tak mendinginkan hati dan pikirannya. Bahkan bayangan Sena tertawa bersama Deril terus berputar dikepala, bagai roll film rusak yang membuat Abi tak bisa menahan diri.
Pranggg!!!
Ribuan pecahan kaca berhamburan diatas lantai. Darah mengalir dari buku jari yang menghantam keras benda itu. Dengan napas terengah-engah, Abi tak memedulikan darah yang mengalir dari tangannya.
"Nggak Sen! Kau hanya milikku. Milikku!" ucap Abi dengan gertakan gigi yang beradu dan napas yang kian memburu.
**
Gludukk! Jedeeerr!!!
Kilat dan petir mengiringi hujan yang membasahi bumi. Keadaan malam kian mencekam membuat seorang gadis nampak ketakutan.
"Isshh kenapa harus sama petir sih? Kan bikin takut." gerutu Sena yang kini tengah berada didalam kamar seorang diri.
"Ck! Mana papa sama mama belum pulang lagi. Si aka juga, jam segini belum pulang." gerutunya lagi yang begitu menyesali keberadaan dirinya, dirumah seorang diri.
"Tau gini, aku ikut aja kerumah mimih. Ya ampun!"
Ditengah keresahannya, tiba-tiba terdengar suara bel dari bawah. Sena yang takut tak mau membuka pintu itu. Namun suara bising itu tak mau berhenti. Dengan terpaksa Sena turun kebawah untuk mengintip siapa yang bertamu malam-malam ditengah guyuran hujan seperti ini.
Setelah sampai dibawah, pelan-pelan Sena melangkah mendekati pintu. Lalu membuka sedikit gorden jendela disamping pintu itu.
Mata Sena membulat, alangkah terkejutnya Ia melihat seorang lelaki yang sangat Ia kenal basah kuyup diluar sana.
"Abi ...!!!" pekiknya.
Segera Ia membukakan pintu untuk sang mantan yang berdiri dengan tubuh bergetar diluar sana.
Ceklek!
"Abi ...!" cicitnya.
Tanpa diduga Abi menjatuhkan diri pada tubuh Sena. Gadis cantik itu shok bukan main mendapati tubuh Abi yang terkulai lemas. Sena hampir hilang keseimbangan karena bobot tubuh Abi yang lebih berat darinya. Bahkan dirinya hampir terkurung oleh tubuh tegap dan jangkung itu.
"Aku mencintaimu, Sena." lirih Abi dengan suara pelan.
Sena terdiam sejenak mendengar itu. Ia menggoyangkan tubuh Abi yang tak bergerak sama sekali.
"Bi ... Kamu kenapa?" tanya Sena. Tak ada jawaban apapun dari pria jangkung itu.
"Bi ...." sekali lagi Sena mencoba membangunkannya, namun masih juga tak ada suara atau gerakan apapun.
Sena yang khawatir segera memapah Abi memasuki rumah. Dengan langkah pelan namun pasti, Sena berhasil membawa Abi keatas sofa diruangan tv.
"Bi, bangun bi!" Sena menepuk pipi tampan itu berulang kali untuk menyadarkannya. Namun hasilnya masih tetap sama, nihil.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Bi?" tanyanya, seraya mengelap wajah basah yang semakin membuat wajah itu kian tampan.
Sena mengingat sesuatu, Ia berlari kedepan untuk menutup pintu depan yang masih terbuka. Melihat hujan dan petir yang disertai angin kencang, membuat gadis cantik itu segera menutup pintu rapat-rapat.
Teringat akan kondisi Abi, Sena berlalu menuju tangga untuk mengambil handuk dan baju Abi dikamarnya dulu.
Setelah kepulangan dady Rendi dan momy Aysa, Abi pun pulang kerumahnya. Tepat saat dirinya masuk kelas dua belas. Namun beberapa baju sengaja ditinggal Abi disana untuk keadaan urgent seperti sekarang atau ketika dirinya ingin menginap.
Sena mencari dahulu kunci kamar itu yang sengaja Ia simapn dilaci kamarnya. Hingga gadis cantik itu berhasil membuka pintu tersebut.
Kamar itu masih terawat apik, meski sudah beberapa bulan ini tak dihuni sama sekali. Setelah lulus SMA, Abi berencana akan melamar Sena. Mereka memutuskan akan menikah muda, menikah sambil kuliah. Namun harapan tak sesuain rencana, hubungan mereka tidak direstui kedua nenek mereka.
Mimih Asti lah yang begitu menentang hubungan mereka. Nenek empat cucu itu tak terima, jika salah satu cucunya harus bersatu dalam ikatan pernikahan dengan salah satu dari keluarga mereka. Wanita baya itu berpikir, jika itu terlalu mustahil. Mereka masih termasuk keluarga dan terasa aneh jika mereka harus berbesanan.
Akhirnya sejoli itu memutuskan untuk melupakan perasaannya, meski dengan kedua manusia itu tak tegur sapa sama sekali. Hingga papa Ar memutuskan untuk menjodohkan Sena dengan putra dari sahabatnya, Devan. Deril sosok yang dulu pernah dipuja Sena. Papa Ar berharap sang putri dapat move on dari Abi dan menjalani kehidupannya seperti dulu.
Sena yang cerewet mendadak kalem setelah berpisah dengan Abi. Dan hal itu benar-benar membuat kedua orang tua itu khawatir, hingga memutuskan demikian. Namun hal sebaliknya lah yang kini justru terjadi ....
******
Jejaknya jangan lupa yaa🤗 masih lanjut, tungguin up nya😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Rumit benar kisah mereka,Ikut Nyesek aku sama Abi..😭😭😭
2024-02-27
0
@Ani Nur Meilan
Kan sepupu nya juga karena nenek meraka yg kakak adik jadi klau nikah juga ngga apa 2..
2022-09-03
1
Vita Zhao
lagian kenapa sih nek kalau abi nikah sama sena mereka cuma saudara sepupu bukan saudara kandung🥺
2022-09-03
1