Mengejar Cinta Pak Duda
Bulan Desember adalah puncak tertinggi musim penghujan. Dimana hujan turun satu hari penuh. Terkadang dari pagi hingga pagi lagi. Keluh kesah pun selalu terucap oleh seorang gadis yang bernama Fiona. Dia harus keluar masuk untuk mengangkat jemurannya yang tak kunjung kering.
Sudah satu minggu ini hujan begitu awet layaknya terkena formalin. Mentari hanya sebentar menampakkan diri lalu menghilang begitu saja lenyap di tutup awan gelap.
Sudah tiga bulan Fio tak lagi bekerja, dia resign dari tempatnya bekerja karena gaji yang tidak sesuai. Bagi Fio uang 600 ribu hanya cukup untuk membeli skin carenya saja. Tak sesuai dengan pekerjaan yang menguras tenaga dan pikirannya.
“Fio, Ibu mau ke tempat Wak Yeni, nanti kalo hujan tolong angkat juga jemuran pak Sakya, dia lagi sakit!” pesan ibu Fiona.
Fiona yang sibuk dengan ponselnya harus mendengus kesal saat harus berurusan lagi dengan duren depan rumahnya.
Duda keren yang baru saja ditinggal oleh sang istri untuk selamanya. Meskipun menyandang sebagai duda, tetapi kharisma Sakya mampu mengguncangkan hati kaum hawa di kompleksnya, terutama janda muda.
Dengan keterpaksaan Fio menyanggupi pesan Ibunya. Sebenarnya Fio sangat malas jika harus berurusan dengan duren depan rumahnya. Belum apa-apa Fio pasti akan langsung terkena serangan jantung akibat pesona pak duren. Namun, itu bukanlah masalah besar untuknya. Yang membuatnya malas itu adalah dia paling tidak suka dengan mulut pedas tetangga yang sudah seperti bon cabe level 50.
“Huh,” gerutunya, saat gerimis mulai berjatuhan. Setelah mengangkat semua pakaiannya, Fio pun segera berlari ke depan rumah, dimana banyak sekali jemuran milik pak duren masih setengah basah.
“Kenapa gak pakai jasa Laundry aja sih,” gerutu Fio lagi saat mendapati banyaknya jemuran milik Sakya yang harus dia angkat. Bisa dipastikan ini adalah cucian selama satu minggu.
“Pakai jasa Laundry itu butuh biaya, Neng.”
Suara lelaki dari belakang membuat Fio terkejut.
Fio segera menoleh ke arah suara berasal. Fio semakin terkejut saat sang pak duren juga telah membopong beberapa kain jemurannya.
Dalam hati Fio merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa melupakan pesan ibunya yang mengatakan jika Sakya tengah sakit. Namun sepertinya pak duren hanya demam biasa karena dia masih beraktivitas.
Jika tahu Sakya hanya demam biasa, Fio tidak akan sibuk untuk mengangkat jemuran miliknya. Terlebih saat ini Sakya juga terlihat baik-baik saja.
"Katanya sakit?" Fio melirik kearah Sakya yang sedang membantu membawa kain jemurannya.
"Udah mendingan kok, cuma demam biasa. Terimakasih sudah mau membantu."
Fio hanya mengangguk pelan dan membawa jemuran itu masuk kedalam rumah bersama dengan Sakya.
Untung saja tak ada tetangga yang melihatnya saat ini jika Fio mengikuti Sakya masuk kedalam rumahnya. Jika sampai ada tetangga yang tahu, pasti dirinya akan menjadi bulan-bulanan tetangga, terutama para janda muda.
“Itu rumah atau gudang?” gumam Fio saat Sakya membawa Fio ke salah satu ruangan yang kosong. Hanya ada keranjang pakaian dan pakaian yang menggunung belum dilipat.
Sebelumnya rumah itu selalu rapi, tetapi setelah kepergian sang istri, rumah Sakya tidak terurus lagi. Bahkan halaman depan banyak di tumbuhi rumput liar. Itu memang salah satu kekurangan Sakya yang tidak bisa membagi waktunya.
Dia harus pergi pagi pulang malam. Bahkan hari libur pun kadang Sakya masih harus tetap bekerja untuk klien-nya.
***
Suasana pagi selalu saja ribut oleh suara Bu Laila. Daniel yang setiap pagi harus dibangunkan dan pak Mail yang selalu saja menemani LingLing si burung Beo kesayangannya.
“Sampai kapan kamu ini mau jadi pengangguran, Fi?” tegur ibunya saat mendapati Fio hanya memainkan ponselnya.
“Ini juga lagi usaha Bu,” sanggah Fio. Lagi-lagi gadis itu menjadi sasaran ibunya saat kedua lelaki yang membuat kesal sudah meninggalkan rumah. Daniel adik Fio saat ini sudah pergi sekolah dan bapaknya juga sudah pergi ke kios.
“Nih antar sana!” perintah ibunya sambil menyodorkan sebuah undangan kepada Fio. Mata Fio terbelalak saat melihat nama yang tertera. “Kok aku sih, Bu?”
Berkali-kali Fio menolak tapi tetap tidak mengubah perintah Ibunya.
"Memangnya kenapa?" tanya ibunya.
"Masalahnya jantung Fio itu tidak bisa terkontrol saat berdekatan dengan pak duren itu, Bu."
“Jangankan kamu Fi, Ibu saja juga jantungan,” sahut ibunya.
Fio mendengus kesal, tetapi satu sisi lain ria merasa sangat senang karena bisa melihat wajah tampan pak duda.
Meskipun seorang duda, tetapi auranya mampu menghipnotis seseorang untuk tidak jera menatapnya.
Selama ini Fio hanya mampu mengagumi Sakya dari jarak jauh. Sebab saat itu Sakya sudah ada yang punya.
Sarah, mendiang istri Sakya pun juga sangat cantik, membuat para tetangga merasa bahwa mereka sangat serasi. Namun, ternyata takdir berkata lain. Sarah harus menghadap kepada sang Ilahi setelah melawan keras penyakitnya.
Fio mengurung diri di kamar dengan perasaan kesal karena harus kembali lagi ke rumah Sakya. Fio merasa kesal karena dia tidak akan bisa mengontrol detak jantungnya yang akan terus bergerumuh saat berdekatan dengan pak duren.
Fio segera merebahkan tubuhnya diatas ranjang lalu menarik selimutnya.
"Harusnya aku seneng dong bisa natap pak duda itu," gumam Fio yang terhanyut dalam pemikiran tentang Sakya.
"Fio!" teriakan ibunya menggema hingga kamarnya.
"Anak gadis pemalas!" Seketika selimut telah terlempar ke lantai.
Fio hanya menggeliat, "Apa sih Bu?" tanya Fio dengan malas.
"Kamu ini ya, kebiasaan! Habis makan langsung tidur! Kamu tahu gak makanan yang kamu makan tadi itu tidak bisa dicerna dengan baik jika kamu langsung tidur!"
"Tapi Fi ngantuk, Bu. Apalagi cuaca mendung kayak gini. Enaknya kan tidak, Bu."
"Fio kamu ini ya!" Terlihat sang ibu sudah mengambil gagang sapu, Fio pun segera bangkit dari tempat tidurnya dan langsung ngacir keluar kamar.
"Astaga ... itu yang namanya ibu kandung rasa ibu tiri."
Siapa yang menyangka jika sang ibu juga mengikuti Fio yang hendak ke kamar mandi.
"Setelah mandi jangan lupa langsung antarkan undangan itu sama pak Sakya! Nanti keburu orangnya berangkat kerja!"
"Iya, Bu. Nanti Fio antar. Sekarang Fio mandi dulu," ucap Fio yang kemudian menutup pintu kamar mandi. Namun, di dalam kamar mandi bukannya langsung mandi, Fio masih menyempatkan untuk menscrol akun media sosialnya untuk mengetahui berita terkini tentang artis k-pop idola.
"Pak Sakya mirip banget sih sama oppa-ku."
Fio tertawa pelan sambil menutup mulutnya agar suaranya tak terdengar keluar.
"Berhubung saat ini pak duren gak ada yang punya, berarti inilah saatnya beraksi untuk mendapatkannya." Fio melihat tubuhnya sendiri yang masih memiliki banyak kekurangan. Apalagi bagian depan dadanya yang tidak bisa menonjol seperti janda muda tetangganya.
"Ini peres banget sih, gak kayak punya teteh Mala yang super jumbo, apalagi kayak punya teteh Shanti yang waao. Tapi setidaknya masih mending dari pada seperti punya teteh Nining, sih." Fio tertawa lagi sambil memegangi buah semangkanya yang tidak terlalu besar.
"Fio! Kamu jangan main-main di kamar mandi! Apalagi bermain dengan setan!" teriak ibunya dari luar.
...Bersambung...
Tes dulu, kalau ada yang baca dan kasih dukungan aku lanjutkan. 😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Mbak Jupe
lanjut Thor
2022-10-08
0
Irma Kirana
Hadir kak 😍 semangat
2022-08-24
1
AlmiraAzniAdzkia🥰🌺
lanjutkn donk thor,,,aq baru mampir ini,,,
2022-08-03
1