Mengejar Cinta Pak Duda 02

Dengan langkah gontai Fio mengetuk pintu rumah Sakya. Ketukan pintu dan ucapan salam berkali-kali Fio ucapkan, tetapi tak kunjung ada sahutan dari dalam rumah. Fio yakin jika pak duren belum berangkat kerja, karena mobilnya masih terparkir di teras rumahnya.

“Pak Sakya.”  Untuk kesekian kali Fio berteriak. Namun, tetap saja tak ada jawaban.

“Astaga jangan jangan mati,” ucap Fio seketika dengan menutup mulutnya. Namun, matanya terbelalak saat pintu dibuka dengan memperlihatkan ciptaan Tuhan paling tampan.

“Kamu bilang apa?” Dengan tangan yang dilipat di dadanya Sakya menatap intens kearah Fio, membuat gadis itu merasa risih. 

Dengan segera Fio memberikan sebuah undangan yang diberikan oleh ibunya tadi kepada Sakya.

"Pak, ini ada titipan undangan buat bapak." Fio menyodorkan undangannya.

"Terimakasih." Sakya yang menerima kartu undangan seolah berpikir sejenak dengan menatap Fio yang tampak canggung.

"Kamu gak kerja?" tanya Sakya.

"Udah berhenti, Pak."

“Nah, kebetulan kalau begitu. Pagi ini saya ada sidang, jadi tolong kamu gosokkan semua pakaian saya. Nanti saya kasih upah. Soalnya nanti malam mertua saya mau kesini.” Tanpa persetujuan dari Fio, Sakya telah menyeret Fio untuk masuk kedalam rumahnya.

“Udah tengang aja, masalah Ibu biar saya yang bilang nanti,” imbuhnya lagi.

Fio masih tak percaya dengan apa yang di alaminya. Ia menepuk pipinya berharap itu mimpi. “Auuw,” ringisnya.

Sebenernya Fio paling malas untuk menggosok pakaian, apalagi yang sudah terlanjur menggunung seperti pakaian milik Sakya saat ini. Namun, Fio tidak akan menyia-nyiakan kesempatan langka untuk dekat dengan Sakya.

"Oh, iya satu lagi. Tolong bereskan juga rumah saya ya. Tenang, nanti saya akan kasih kamu upah."

Karena Sakya sedang buru-buru, maka dia segera meninggalkan Fio di dalam rumahnya serta meningkatkan kunci rumah kepada Fio.

“Ah yang benar saja, membereskan semuanya,” gerutunya Fio sambil menautkan alisnya.

Berhubung Sakya mengatakan jika akan ada bayaran, maka Fio dengan semangat untuk mengerjakan apa yang dikatakan oleh Sakya tadi. Selain dapat duit, hitungan-hitung Fio juga belajar menjadi calon istri yang berguna untuk Sakya kelak.

"Bermimpi itu perlu. Kali aja besok-besok di suruh masak. Terus karena kesepian langsung deh disuruh jadi istrinya." Fio menertawaka khayalan tingkat dewanya.

"Untuk tadi aku mandi dulu, kalau masih bau bantal 'kan malu."

Saat Fio sudah mulai mengerjakan tugasnya, Sakya menepati janjinya untuk memberitahu ibunya Fio, jika hari ini Sakya meminjam Fio untuk membereskan rumahnya.

Siapa yang menyangka jika ternyata ibunya Fio sama sekali tidak keberatan dan malah berantusias untuk membantu Fio, setelah pekerjaan rumahnya selesai.

"Sekali lagi terimakasih, Bu," kata Sakya yang merasa sangat bersyukur.

"Ah, tidak apa-apa. Kita itu kan tetangga, Pak. Jangan sungkan-sungkan jika membutuhkan bantuan. Apakah sama anak pemalas itu. Ibu senang kalau Fio punya kesibukan lain selain main hp terus," ujar ibunya Fio.

Sakya yang telah diburu waktu segera berpamitan kepada ibunya Fio. Sebenarnya Sakya merasa tidak enak, tetapi dia terpaksa melakukan. Jadwal pekerjaan yang menguras hari-harinya membuat Sakya tidak bisa membereskan rumahnya. Terlebih nanti sore mertuanya akan datang.

Sepeninggal Sakya, ibunya Fio segera menyiapkan pekerjaan rumah dan akan segera menyusul Fio ke rumah Sakya.

“Eh Ibu.” Fio terkejut saat emaknya menghampiri dengan wajah yang berbinar.

“Sudah sini Ibu  bantu. Kamu sapu terus pel lantainya. Yang bersih ya! ” Kini ibu Fio telah mengambil alih tugas Fio karena dia tahu jika anaknya tidak akan pernah tapi untuk menggosok pakaian. Dengan senang hati Fio menuruti perintah ibunya.

"Makasih ibuku sayang," kekeh Fio yang segera bangkit dari tempanya.

Cukup melelahkan, ternyata tak seperti yang dipikirkan oleh Fio sebelumnya. Karena selama ini Fio tidak pernah dipaksa untuk mengerjakan rumah oleh ibunya.

Hampir satu jam Fio membereskan rumah Sakya. Jika tidak ada ibunya, mungkin Fio akan pura-pura sakit agar bisa mengelak dari tanggung jawabnya.

"Gimana Fi rasanya beres-beres rumah?" tanya ibunya saat Fio telah menjatuhkan tubuhnya diatas sofa dengan peluh yang telah membasahi bajunya.

"Capek sekali, Bu," keluh Fio yang masih mengatur napasnya.

"Nah, itu yang ibu rasakan selama ini. Kamu baru beberes satu jam lho dan udah ngeluh. Dasar payah! Gimana coba nanti kalau kamu jadi istrinya pak Sakya? Siapa yang bantuin kamu? Gak mungkin ibu 'kan Fi?"

Fio memutar bola matanya yang telah membulat. "Ibu bilang apa tadi? Aku jadi istrinya pak Sakya?"

"Ya ... kali aja jodoh Fi. Ibu sih maunya gitu. Gak mungkin juga 'kan ibu tinggalin bapak kamu demi pak Sakya?"

Karena Fio merasa ada lampu hijau dari ibunya, dia merasa semakin percaya diri untuk mendekati Sakya. Berharap doa ibunya diaminkan oleh para malaikat.

"Fio maunya juga gitu. Tapi saingan Fio berat, Bu."

"Saingan?" cicit ibunya.

"Itu para janda-janda muda yang buah semangkanya pada besar-besar. Coba lihat buah semangka punya Fio, cuma satu genggam, Bu," gerutu Fio dengan mencebikan bibirnya.

Ibu Fio menggeleng dengan pemikiran anaknya yang terlalu jauh. Para janda muda itu sebenarnya hanya mengagumi sosok Sakya saja, sama seperti dirinya. Meskipun memang memiliki perasaan, tentu saja Sakya tidak akan memilih salah satu para janda muda yang meresahkan buibu kompleks.

"Pak Sakya itu orang yang berpendidikan. Dia tidak akan melirik ondel-ondel seperti itu. Sudahlah kalau sudah selesai, ayo pulang. Gak enak lama-lama disini."

***

“Huh,” Fio membuang napas beratnya. Dia merebahkan tubuhnya diatas sofa. Malam ini dia bergabung bersama kelurganya yang sedang menonton acara drama di televisi. Namun, isi kepalanya hanya memikirkan tentang Sakya. Selama Tiga tahun  bertetangga dia belum tahu seperti apa sosok Sakya yang sebenarnya. Menurut para tetangga Sakya adalah orang yang baik, dermawan dan tegas. Meski sudah berkepala tiga auranya masih seperti anak seusia Fio.

Tetapi semua berubah setelah kepergian  sang istri. Sakya  berubah drastis. Bahkan dia terlihat acuh pada dirinya sendiri dan terus menyibukkan dirinya dengan pekerjaan.

Tak lama terdengar suara mobil yang masuk ke halaman rumah Sakya. Sudah pasti itu Sakya.

Fio segera beranjak untuk mengintip pelan dari jendela. Terlihat samar-samar Sakya keluar dari mobil dengan menggendong anak kecil lalu diikuti oleh wanita tengah baya yang membawa sebuah koper.

Gio yakin jika itu adalah anak dan mertuanya pak duren. Tiba-tiba saja raut wajah Fio berubah murung saat menyadari kenyataan yang ada.

"Lho, mau kemana?" tanya Daniel kepada Fio yang meninggalkan acara drama begitu saja.

"Mau ngadem di kulkas sebenarnya," celoteh Fio asal.

...🌹🌹🌹...

Terpopuler

Comments

🅰️Rion bee 🐝

🅰️Rion bee 🐝

daniel siapa ??

2022-08-02

3

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!