Mengejar Cinta Pak Duda 03

Di pagi buta Fio yang  merasa ada yang aneh di depan rumahnya. Suara keributan seperti kang sayur dan para buibu kompleks sedang beradu suara, menggema sampai di kamarnya.

Dengan langkah malas, Fio mengintip dari celah jendela. Dia ingin memastikan apa yang sedang terjadi.

"Gak usah ngintip nanti bintittan," celoteh Daniel yang sudah siap dengan seragam putih abu-abunya.

"Berisik luh," sentak Fio.

"Yaelah … perempuan mah gitu suka kepo!" cibir Daniel lagi.

Fio yang merasa masih merasa penasaran memilih mencari keberadaan ibunya. Karena Fio sempat melihat pak duren berjalan masuk nke teras rumah. 

"Bu … Ibu!" teriak Fio.

Tak ada sahutan dari ibunya bahwa di dapur juga tidak ada. Apakah itu artinya sang ibu juga sedang berada di depan?

Dari arah halaman rumah Fio mendengar ibunya seperti sedang marah-marah. Apakah ibunya sedang marah kepada bapaknya? Lagi-lagi Fio merasa semakin penasaran.

"Setiap pagi, siang dan malam burung saja yang harus diurusi. Lama-lama aku sate kami!"

Kini Fio tahu jika ibunya sedang marah kepada lingling, burung kesayangan bapaknya yang sangat berharga dibandingkan anak dan istrinya.

"Ibu ngapain disini?" Gio melihat ibunya yang sedang memberikan makan dan minum untuk lingling, burung beo yang paling berharga di rumahnya.

"Apa kamu gak liat kalau ibu sedang ngurus burung bapakmu?" sindir ibunya 

Fio tertawa kecil sambil mendekati ibunya. "Memangnya bapak kemana, Bu? Kok ibu yang ngurusin burungnya bapak?"

"Bapak belanja. Sembako di kios sudah menipis," sahut ibunya.

"Bu …." panggil Fio.

"Hmm."

"Ibu udah belanja? Di depan ada mang Jajang, lho," kata Fio.

Ibu Fio meliriknya sekilas. Tidak biasanya sang anak akan mengingatkan dirinya untuk berbelanja, sedangkan saat ini saja Fio baru bangun dari tidurnya.

"Kamu ngapain tanya ibu udah belanja apa belum? Kayak mau masak aja!" ketus ibunya.

"Cuma nanya aja langsung sensi. Marah sama lingling gak usah dilampiaskan ke Fio dong, Bu."

"Sudahlah ke intinya aja! Ada pada?"

Fio pun segera bertanya kepada ibunya mengapa pada ribut di jalan depan para buibi dan juga mang Jajang. Sontak ibunya malah menertawakan Fio. Sejak kapan sang anak peduli lingkungan sekitarnya. 

"Sejak kapan kamu jadi tukang kepo, Fi?"

Merasa kesal karena hanya mendapatkan tawa ada ibunya, Fio segera masuk lagi kedalam rumah. Hatinya belum tenang saat belum mengetahui update pagi ini.

Tidak hilang akal, Fio langsung mencari ponselnya dan menscrol sebuah akun sosial media milik jejanda muda, berharap menemukan jawaban atasa keresahan hatinya saat ini.

"Oh my Go …. " Fio menangkup bibirnya dengan kedua tangannya. 

Sebuah foto bercaption foto bareng calon imam.

Fio mencebik dengan kesal lalu melemparkan ponselnya begitu saja. "Dasar janda gatel! Mana mungkin pak duren mau sama model seperti itu. Liat buah naganya saja pasti pak duren langsung muntah. Masih mending aku, meskipun hanya satu genggam tapi aku masih perawan."

***

Sudah satu minggu Fio hanya memperhatikan tetangga depan rumahnya yang terlihat berbeda. Sosok anak kecil yang selalu bermain di teras rumah bersama dengan neneknya, membuat Fio merasa iba. Karena biasanya anak seusia bocah itu pasti akan ditemani oleh ibunya.

"Jangan cuma dilihatin aja! Disamperin, diajak maian. Deketin dulu anaknya. Lama-lama nanti bapaknya juga akan mendekati kamu." Suara ibu Fio membuyarkan lamunannya.

Fio hanya tersenyum canggung, merasa malu telah ketahuan oleh ibunya. Eh, sejak kapan Fio punya rasa malu?

"Tapi Fio malu, Bu."

"Malu sama siapa? Sama pak Sakya aja kamu gak malu. Tapi malu-maluin."

Fio dan ibunya yang hanya menjadi wanita pengangguran biasanya setelah menyiapkan pekerjaan rumah mereka akan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masingnya. Ibunya yang sering bertandang ke rumah tetangganya dan Fio yang sibuk dengan ponselnya. Namun, tiba-tiba Fio terkejut dengan hadirnya anak kecil yang menyapa dirinya.

"Bibi sedang apa?"

Fio memperhatikan bocah itu dengan jeli. Tidak salah lagi jika bocah ini adalah anaknya pak duren. Lalu mengapa bisa sampai di rumahnya. 

Fio belum menjawab pertanyaan anak itu. Dia masih celingukan berharap menemukan pak duren di depan rumahnya. Namun, ternyata nihil.

"Bibi cari siapa?" tanyanya lagi.

"Itu … kamu anaknya pak Sakya 'kan? Kok bisa ada disini?" Fio malah bertanya kepada anak itu.

"Ibu yang bawa Nesya kesini," sahut ibunya Fio yang sedang membawa tas kecil dan beberapa boneka milik anaknya pak Sakya 

Fio tertegun saat melihat ibu dan anaknya pak duren sudah terlihat sangat akrab. Bahkan saat ini anak itu mengikuti ibu Fio masuk kedalam rumah.

"Apakah aku telah meletakkan sebuah berita?" Fio juga bergegas menyusul ibunya.

"Bu, jelaskan. Apa maksudnya ini?"

Ibunya Fio menyuruh Nesya untuk bermain. Dengan patuh, bocah yang bernama Nesya itu mengangguk pelan. "Iya Nek," ucapnya.

Ibu Fio membawa Fio ke dapur dan menjelaskan kepada Fio, jika mulai hari ini Nesya akan dititipkan di rumahnya kerena mertuanya pak duren sudah pulang.

"Apa?" Fio terkejut dengan ketidakpercayaan.

1 jam yang lalu ….

Saat ibu Fio pulang dari tempat wak Yeni, dia melihat jika pak duren sedang sibuk bertelepon dan terlihat begitu genting. Anaknya juga sedang menangis, meskipun sudah berada dalam gendongan ayahnya. Hati seorang ibu pun tersentuh untuk membantu anak pak duren agar berhenti menangis.

"Kenapa, Nak. Sini sama nenek."

Sakya melihat ibunya Fio lalu menyerahkan anaknya untuk di gendongnya. Perlahan tangisan itu hilang dan menyisakan sesenggukan saja.

"Kenapa anaknya, Pak?" tanya ibunya Fio.

"Saya juga tidak tahu, Bu. Mungkin Nesya mencari neneknya," jawab Sakya.

Sakya yang sedang dikejar oleh pekerjaan merasa bingung akan bagaimana karena selama ini dia tidak pernah mengasuh Nesya.

"Bu, bisa saya minta tolong untuk hari ini titip Nesya? Saya belum sempat mencarikan pengasuh." tanya Sakya ragu-ragu. Dia takut jika ibunya Fio tidak mau dan membuatnya beban.

"Gak apa-apa, Pak. Biar di rumah aja. Lagian di rumah juga ada Fio yang gak punya kerjaan. Dari pada main hp terus, mending momong Nesya."

Jawaban ibunya Fio membuat Sakya merasa sangat lega. Sebelum menyerahkan Nesya, Sakya mempersiapkan keperluan anaknya agar tidak terlalu merepotkan ibunya Fio. Dari mulai bekal, snack dan mainan milik Neysa dibawakan.

"Sebelumnya saya terimakasih karena ibu sudah mau direpotkan. Nesya anak yang baik kok dan nurut kok, Bu."

Setelah menitipkan Nesya, Sakya segera meninggalkan halaman rumahnya karena dia sudah sangat terlambat untuk menghadiri sidang hari ini.

"Nesya, kita pulang ke rumah nenek ya. Disana ada bibi Fio. Nanti Nesya main sama bibi Fio ya," bujuk ibunya Fio.

Dengan sebuah anggukan kecil, Nesya memberi isyarat bahwa dia setuju.

Terpopuler

Comments

🅰️Rion bee 🐝

🅰️Rion bee 🐝

berasa tua banget fio dipanggil bibi.. 😅😅😅

2022-08-04

1

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

AlmiraAzniAdzkia🥰🌺

smngat fio,,,Pepet trus pak duda nya,,,dr anakny dulu yaa

2022-08-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 44 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!