Kesempurnaan Cinta Daddy Mafia

Kesempurnaan Cinta Daddy Mafia

Awal.

Menjadi seorang Ayah sekaligus seorang Ibu bukan hal mudah bagi Alfonso. Bagaimana tidak? Ia harus merawat keempat anaknya yang masih berusia empat tahun tanpa babysitter. Walaupun dibantu mertuanya, ibu Felisia. Tetap saja keempat anaknya selalu ingin bersama Alfonso.

"Horee...hari ini Alisha mulai sekolah," teriak Alisha sembari berlari mengelilingi kamar.

"Iya sayang, duduk yang diam biar Daddy kuncir rambutnya dengan benar." Alfonso mengikuti kemana Alisha kecil berlari sembari membawa karet warna warni dan sisir ditangan.

"Daddy... kejal Alisha," pekiknya terus berlari dan tertawa.

"Udah Daddy nyerah. Daddy kalah!" Alfonso akhirnya mengangkat kedua tangan keatas. Napasnya tersengal-sengal mungkin efek usia dan juga dulu sering merokok. Dia mendudukkan tubuhnya diatas karpet yang digelar dikamar.

"Dek...udah lari-larinya.Lihat daddy uda kecapean," tegur Aleijo yang sejak tadi hanya menonton Alisha mengerjai Alfonso. Sedangkan Alicia dan Alonzo asyik menonton film kartun kesukaan mereka.

"Maafin Sha, Daddy." Anak berusia empat tahun itu datang dengan cemberut. Dia menatap lekat Alfonso sembari menunduk menyesali perbuatannya.

"It's okey dear. Yuk..Daddy kuncir rambutnya. Nanti kalau Sha, terlambat masuk sekolah, mau gak, dihukum sama guru?" Alfonso mengoceh seraya menarik tubuh kecil Alisha duduk didepannya. Dia mulai menguncir rambut putri bungsunya, kepang dua sesuai request Alisha.

Jangan tanya dari mana Alfonso belajar menguncir? Dia rela tiap malam setelah mendongeng untuk keempat anaknya tidur. Alfonso membuka app YouTube, lalu menonton tutorial menguncir rambut disana.

"Masa seolang gulu jahat? Bukannya Gulu itu halus baik?" Dia memutar tubuhnya menatap Alfonso, matanya sayu ada rasa kwatir disana.

"Kalau ada siswa yang nakal dan nggak nurut pasti dihukum. Makanya dengarin apa kata guru disekolah." Alfonso mengecup kening Putrinya itu, Bibirnya tersenyum dia tidak tega melihat anaknya takut dan gelisah begitu.

Namun, demi kedisiplinan keempat anaknya, Alfonso terpaksa meminta guru-guru disekolah miliknya, tetap berlaku adil dalam mendidik. Walaupun itu anaknya, dia tidak ingin guru pilih kasih. Bagi Alfonso jika sikembar melakukan kesalahan mereka juga harus dihukum sesuai aturan yang berlaku disekolah.

Alisha diam. Dia menggerakkan kakinya memikirkan bagaimana nanti dia jika melakukan kesalahan lalu diihukum guru.

Waktu sudah menunjukkan pukul 6:30 pagi. Anak-anak sudah siap berangkat ke sekolah. Keempatnya masing-masing mengenakan tas dibelakang dengan gambar karakter film kartun kesukaan merek masing-masing.

"Okey...Let's go!" Alfonso menggandeng tangan Alisha dan Alonzo. Sedangkan, Alicia dan Aleijo berjalan lebih dulu diikuti Ketiganya dari belakang.

"Daddy Sha, duduk didepan bersama Daddy." Dia mengangkat kepala menatap Alfonso.

"Iya sayang, Alfonso menyentuh pipi halus putri bungsunya. Lalu, dia berdiri didepan pintu melihat keempat anaknya masuk mobil dengan bantuan Bale. Security yang sudah setia bersama dia. Sejak Alfonso masih kecil itu.

"Terima kasih, Paman Bale." ucap keempatnya serentak.

"Sama-sama." balas Bale tersenyum seraya melambaikan tangan.

Alfonso tersenyum melihat anak-anaknya yang sopan terhadap orang yang lebih tua dari mereka. Dia melangkah ke pintu bagian kiri. Mafia itu masuk dan kembali menutup pintu mobil. Dia mulai menginjak pedal gas mobilnya melaju menuju sekolah taman kanak-kanak miliknya yang letaknya dekat rumah sakit yang dibangunkan atas nama Leticia.

Dalam perjalan Alonzo hanya diam saja.Putra kedua Alfonso dan Leticia itu sedikit berbeda dengan ketiga saudaranya. Di mana mereka masih tertawa lepas jika diajak bercanda Alfonso. Alonzo, dia mewarisi Alfonso wajahnya dingin dan tidak pernah tertawa. Dia akan bicara jika pertanyaan itu ditujukan untuk dia, atau dia akan bicara jika ada hal yang penting saja. Sejak ditinggal mati Leticia Alonzo lebih banyak berdiam dikamar, banyak yang bilang Alonzo sangat terpukul karena dia lebih dekat dengan Leticia.

"Daddy...Nanti pulang kita jadi,'kan main ke rumah Belinda?" Alicia mengingatkan janji Alfonso tadi pagi sebelum memandikan Anak-anaknya.

"Iya sayang jadi. Tadi Daddy uda kabarin papa Glen. Tapi, janji dulu sama Daddy, pulang sekolah makan dulu, setelah itu tidur siang bangun mandi. Baru deh boleh ke rumah papa Glen, setuju?" Alfonso melirik sebentar ke kursi belakang.

"Siap Daddy," sahut ketiganya serentak.

"Sha ngga mau. Hari ini Sha janji mau main di rumah Oma dan Opa." Alisha melipat kedua tangannya didada. Wajahnya menatap keluar jendela mirip Leticia jika ngambek.

Alfonso mengusap lembut rambut Alisha, 'Kamu kenapa mirip sekali dengan Mommy?' batinnya. Rasanya dia ingin menangis, tapi dia sudah berjanji tidak akan menangis lagi.

"Ya udah, Adek ke rumah Oma dan Opa. Kakak mau main dengan Belinda," sahut Alicia.

"Kakak Aleijo temani Alisha!" Dia melirik ke kursi belakang menatap Aleijo.

"Iya...Iya nanti Alisha dengan Kakak ke rumah Oma. Alonzo temani Alicia ke rumah Belinda," Jawab Aleijo.

Akhirnya setelah tiga puluh menit dalam perjalan dan melewati perdebatan kecil didalam mobil. Alfonso membelokkan mobil minicooper itam itu ke halaman sekolah dengan cat berwarna warna ciri khas sekolah taman kanak-kanak.

Security dan para guru sudah berdiri didepan lorong sekolah. Mereka tersenyum menyambut kedatang keempat anak kembar pemilik sekolah itu.

"Hola..Tuan. Selamat pagi." sapa para guru dan security sekolah.

"Pagi." balas Alfonso.

Sikapnya masih dingin jika bertemu dengan orang yang bukan sahabatnya. Walaupun dia duda. Alfonso tau batasannya dan tidak pernah centil terhadap guru wanita yang masih jomblo. Tidak seperti duda lain dimana memanfaatkan status duda mereka untuk menggombali para wanita. Alfonso masih setia dengan janji dan sumpahnya kepada Leticia. Di mana dia akan menduda hingga ajal menjemput dan dia bisa kembali bertemu dengan Leticia di surga.

"Hallo anak cantik. Namanya siapa?" tanya seorang guru muda. Guru itu datang dan menunduk menatap wajah Alisha.

"Alisha!" sahutnya lalu melangkah mundur dan menggandeng tangan Alfonso lagi. Alfonso tertawa melihat reaksi Alisha yang sedikit takut dengan guru itu.

Berbeda dengan ketiga saudaranya yang diajak kenalan langsung menjawab dan mengikuti gurunya diajak bergabung dengan teman-teman yang sudah menunggu dikelas.

"Daddy ikut antar," pintanya merengek.

"Iya sayang, Daddy antar masuk ke kelas," jawab Alfonso. Dia mengikuti ketiga anaknya dan guru kelas itu. Alisha masih enggan melepas genggaman tangannya.

"Selamat pagi. Ini kita ada empat teman baru lagi." Guru itu menjejerkan ke-empatnya berdiri didepan.

"Hallo," sapa dua puluh siswa-siswi dikelas itu.

Alfonso tersenyum melihat keceriaan anak-anak itu. Dalam hati dia menyesal karena kebanyakan yang sekolah miliknya itu orang tuanya korban dari kekejaman dia dimasa lalu. Alfonso berusaha menetralkan emosinya. Biasanya yang memahami perasaan dia hanya Leticia seorang. Namun, kini wanita itu telah tiada.

Terpopuler

Comments

Siti rauhun muhsin Akem

Siti rauhun muhsin Akem

wih ini part 2 yg laticia sm alfonso ya

2022-09-21

2

Sri Wulandari

Sri Wulandari

Thor cerita leticia Ama Alfonso ad juga kah...bagi lah

2022-09-13

1

Leeonel

Leeonel

up up

2022-09-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!