Melihat Alfonso sudah pergi, Felisia dan Mason bergandengan tangan mereka melangkah masuk mansion. Seperti biasa Opa dan Oma keempat kembar itu langsung menuju kamar anak-anak, memastikan keempat cucunya masih tertidur atau sudah bangun.
"Masih tidur dad," ujar Felisia ketika berada disamping ranjang Aleijo. Dia menatap wajah Aleijo dengan tersenyum.
"Ya udah biarin mereka tidur kasihan cucu-cucuku pasti capek setelah pulang sekolah. Mommy temani daddy ke makam Leticia yuk. Daddy kangen besok,'kan Cia tiga bulan meninggal." Mason tertunduk sedih.
"Tapi gimana kalau anak-anak bangun? Alfonso lagi ke markas. Mommy sih nggak kwatir ketiga kakaknya. Alisha ini, pasti histeris kalau bangun nggak lihat daddynya atau kita berdua di kamar," cegah Felisia.
Mason berpikir sejak.
"Ya udah nggak apa-apa kita tunggu disini aja. Nanti cucu-cucuku bangun baru deh kita sama-sama ke makam Cia." Mason menghempaskan tubuhnya di sofa yang tersedia di kamar anak-anak.
Felisia berbaring disamping Alonzo. Putra kedua Leticia itu sedikit berbeda dengan ketiga saudaranya. Sejak kematian Mommy tercintanya dia lebih banyak diam dan tidak seceria dulu lagi.
Felisia mengecup ujung kepala bocah berusia empat tahun itu lalu memeluknya dengan lembut.
"Kamu kenapa lebih banyak murung? Ceria lagi sayangnya Oma. Oma sedih sekali lihat kamu seperti sekarang ini." Felisia menitikkan air matanya. Mason sudah mendengkur halus di sofa. Pria paruh baya itu memang akhir-akhir ini gampang lelah dan sering tidur sembarang, mungkin efek dari diabetes yang dideritanya. Padahal Felisia sering mengingatkan untuk jangan sembarang tidur apalagi dijam 10 pagi seperti ini, membuat diabetes dan kolesterolnya semakin tapi Mason selalu menganggap angin lalu.
♥️♥️♥️♥️♥️
Sementara Alfonso sudah memarkirkan mobil didepan markas. Dia disambut Ethan dan mengawalnya masuk ke dalam markas. Didalam markas sudah ditunggu ketiga sahabatnya kecuali Kevin. Karena, Kevin sejak menikah dia memutuskan menetap di Paris mengurus markas Alfonso yang disana.
"Akhirnya datang juga lu, Al." sapa Gareth dia berdiri memeluk sahabatnya itu.
"Pak duda sekarang kurusan ya," goda Glen.
"Enak kamu ada yang bantu urusin anakmu. Sedangkan aku? Semua aku lakukan sendiri," celetuk Alfonso.
"Salah lu juga, kenapa tidak nikah lagi saja. Udah tau Leticia udah kasih lampu hijau ada surat wasiat yang ditinggal kan Cia. Tapi, masih juga lu bertahan dengan status dudamu. Kan enak lu nikah lagi ada yang bantu urusin keempat anak kembar," timpal Glen.
"Aku udah omong berjaki-kali, untuk perempuan aku sama sekali tidak tertarik lagi. Saat ini yang ada dipikiranku hanya keempat anakku. Aku akan tepati janjiku membesarkan mereka dengan baik dan lihat mereka sukses setelah itu, aku siap mati." Alfonso mendudukkan tubuhnya di sofa. Dia menaikkan kaki kiri diatas kaki kanannya.
"Hmmm..." Alfonso menghela napas.
"Kenapa? Tiba-tiba minta rapat dadakan?" sambung Alfonso lagi. Dia menatap jam yang melingkar ditangannya karena dua jam lagi dia sudah harus kembali ke Mansion berharap dia tiba dimansion nanti anak-anaknya belum bangun.
"Kenapa? Anak-anak dimansion siapa yang jagain?" tanya Andre.
"Ada mertuaku. Tadi sebelum kesini aku minta tolong mereka datang jaga anak-anak sebentar." Alfonso menggosok dagunya.
"Ya udah. Ada mertua yang jaga, kenapa lu kwatir banget? Lu itu sesekali perlu refreshing biar nggak stres. Kuat juga lu dua puluh empat jam ada disamping anak-anak, dimana tiap hari juga lu harus lihat foto-foto Leticia. Apa lu nggak sedih?" Glen menatap sahabatnya itu. Sebenarnya mereka kasihan lihat Alfonso. Mafia berdarah dingin itu berubah 180% setelah Kematian Leticia.
Biasanya seorang duda apalagi duda tajir melintir seperti Alfonso, pasti akan bermain diclub mencari pendamping hidup yang baru, atau sekedar melepas hasrat biar tidak stres. Tapi, berbeda dengan Alfonso dia justru menghabiskan waktunya dengan keempat anaknya dan duduk merenung dimakam Leticia.
"Nggak lah, walaupun ada mertua aku masih tetap kepikiran. Aku rasa kalau aku tinggalin anak-anak. Aku seperti ingkar janjiku kepada Leticia. Lagian Glen lu tau sendiri Alisha itu manjanya seperti apa? Dia persis Leticia banget," ujar Alfonso pandangannya kosong kedepan.
"Ya kalau alasan lu begitu kami bisa apa? Kami hanya bisa berdoa dan berharap semoga kamu tetap sehat dan kuat. Karena lu tau keempat anakmu masih kecil mereka butuh lu," sahut Gareth. Dia tidak ingin terus membahas anak-anak Alfonso, kwatir Ayah empat anak ini akan stres dan berimbas ke moodnya.
"Gini aku dan Andre minta kamu berdua datang ke markas karena ada yang sedang iseng dengan senjata yang saat ini dalam perjalan menuju ke sini," ujar Gareth mengalihkan pembicaraan.
"Siapa?" Alfonso menurunkan kakinya dia mencondongkan tubuhnya ke depan menatap ketiga sahabatnya bergantian.
"Lu ingat nggak? Bella yang waktu itu tembak lu pas acara nikahan Glen dan Steward? Sepertinya ada orang yang ingin balas dendam atas nama dia," jelas Andre.
"Hmm...Bella. Iya aku ingat. Suruh Ethan pancing mereka keluar dari persembunyian. Lalu bawa mereka ke hutan Pinus," titah Alfonso.
"Bukan hanya itu Al. Tapi, saat ini mereka sementara bermain-main dengan paket yang sedang menuju ke sini," sergah Gareth.
Alfonso mengepal, gerahangnya mulai bergerak.
"Perintahkan anak buah sisir mereka sampai dapat. Jika mereka bermain-main didalam laut habiskan mereka didalam laut. Jika mereka bermain-main didaratan habiskan juga. Jangan sampai aku yang turun tangan maka semua aku ratakan. Aku sudah berjanji untuk mendiang istriku. Kalau aku menyerahkan semuanya untuk kalian berdua. Tapi, jika mereka bermain-main maka aku bisa bertindak juga." Alfonso berdiri dia melangkah ke arah kandang harimaunya yang letakajn dekat ruang rapat mereka. Dia menatap keempat harimau itu.
"Sudah lama mereka tidak makan daging manusia," ucapnya.
"Selama ini mereka makan daging sapi kadang ayam," sahut Andre.
"Ya karena itu jika mereka ajak bermain kenapa kalian diam? Bertindak dan bawa daging mereka untuk keempat harimau ini," titah Alfonso.
Glen hanya diam.Dia tidak bisa kasih usulan jika Alfonso sudah memberi perintah tidak ada yang bisa menolak titah Alfonso.
"Terus bagaimana dengan kiriman ke Korea Utara?" tanya Alfonso dia melipat kedua tangannya didada. Lalu menoleh sedikit menatap tajam ke tiga sahabatmya.
"Malam ini kapal berangkat menuju Korea Utara," sahut Andre.
"Ya udah. Aku pikir semua sudah selesai dibahas. Aku harus pulang sekarang, karena satu jam lagi anak-anakku bangun," ucap Alfonso.
"Baiklah. Aku juga harus pulang. Anak-anakmu jadi'kan ke masionku?" tanya Glen.
"Iya jadi. Alicia dan Alonzo yang mau ke Mansionmu. Alisha minta ditemani Aleijo ke Mansion opa omanya," Alfonso memutar kunci mobil dijari telunjuknya.
"Lakukan sesuai perintahku. Oya... besok malam jangan lupa ke Mansion ada acara tiga bulan meninggalnya Leticia." Sebelum melangkah keluar markas, Alfonso mengingatkan Andre dan Gareth.
"Siap!" sahut keduanya serentak.
"Ayo Glen kita beriringan aja," ucap Alfonso.
Keduanya berjalan keluar meninggalkan dua jomblo dimarkas. Karena, sekarang Andre dan Gareth lebih banyak menghabiskan waktu di markas. Alfonso dan Glen masuk ke mobil masing-masing lalu melaju menuju Mansion mereka masing-masing.
****
Sementara di mansion keempat anak Alfonso masih pulas. Felisia yang memang tidak bisa diam sedang berkutat dengan alat dapur.
"Mommy masak apa?" tanya Alfonso yang sudah berdiri didepan wastafel untuk cuci tangan.
"Ini buat camilan untuk Al dan anak-anak," Felisa yang belum menyadari itu Alfonso.
"Mommy kenapa repot-repot. Ada pelayan yang tiap hari masakin," timpal Alfonso.
"Loh Nak Alfonso? sudah pulang?" tanya Felisia yang baru sadar kalau yang daritadi ajak dirinya bicara itu menantunya.
"Sudah. Hanya masalah sepele," jawab Alfonso. Dia menekan kran air.
"Aku pikir masih lama juga nggak apa-apa. Ada mommy dan Daddy disini lagian anak-anakmu pintar," timpal Felisa.
"Al nggak tenang mom. Kalau ninggalin anak-anak lama sendirian dimansion. Al merasa seperti ingkar janji Al," lirihnya.
"Nggak lah nak. Cia juga ngerti kamu butuh refreshing," sambung Felisia.
Alfonso tersenyum sinis.
"Al tidak bisa mom. Ya udah Aku ke kamar anak-anak dulu," pamit Alfonso.
"Iya Nak. Daddymu juga lagi tidur dikamar anak-anak," timpal Felisia.
"Iya mom. Al mau rebahan di kamar Al, nunggu anak-anak bangun," sambung Alfonso.
Kemudian, Alfonso menaiki anak tangga satu persatu menuju kamar dirinya. Felisia menyimpan camilan yang sudah jadi di toplas kaca.
'Nak...kenapa kamu hukum dirimu seperti ini? Tadinya aku pikir kamu akan pulang malam.' gumam Felisia.
Karena, Mason dan Felisia berpikir Al tadi izin akan ke club hanya alasan aja akan ke markas mungkin karena dia malu untuk jujur ke mertuanya untuk menyalurkan hasratnya. Maka itu, Felisia dan Mason berniat akan menginap di mansion Alfonso.
Sayangnya Pendapat Felisia dan Mason bertentangan dengan prinsip Alfonso. Pria yang teguh memegang janjinya itu tidak mau mengingkar janji yang sudah dia buat untuk istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Alvares
Mommy Cia 😢
2022-09-02
3
adrian
kesetiaannya luar biasa....
2022-08-25
2
adara
setia sekali kamu itu al bahkan hanya untuk meninggalkan anak" mu lebih lama saja kamu merasa tidak tenang..
2022-08-04
2