Magic Ranjang Mantan
Chapter 1. Sosial media
Melihat sosok suaminya tenga sibuk mengibas rambut basahnya saat keluar dari kamar mandi. Yani bertanya sebelum suaminya berangkat kerja, "Yah, makan dulu...!"
Daus yang tengah menatap cermin menjawab, "Hari ini Ayah nggak usah makan dirumah. Ayah mau melakukan pemeriksaan. Karena ada yang mengambil beberapa alat di kilang minyak, dan diketahui oleh pihak manajemen. Makanya Ayah berangkat agak pagi."
Yani menaikkan kedua alisnya, "Aaagh... kalau dia nggak sarapan dirumah, makanan yang sudah aku bubuhkan ini bagaimana?" tanyanya dalam hati dari balik pintu kamar.
Daus mengambil baju kaos dan baju dinasnya yang sudah tersedia diatas ranjang, matanya melihat putra kesayangan Aditama, yang biasa disapa Adi masih terlelap.
Kemeja hitam disebelah kanan bertuliskan nama panggilan 'Daus Week'.
Kulit putih, bermata coklat, rambut tertata rapi, bak pria idaman yang sangat disenangi wanita, namun tidak memiliki sesuatu yang spesial dari dalam dirinya.
Daus mengenakan sepatu pemberian perusahaan, yang memiliki pelindung besi dibagian depan, agar mudah saat melakukan pekerjaan dalam dinas setiap harinya.
Yani, yang sudah mempersiapkan box lunch berisi makanan memberikannya kepada sang suami. Namun, entah dari mana kehadiran istrinya membuat Daus sedikit kaget.
Karena kaget, Daus menepis pemberian dari istrinya.
Melihat makanan yang sudah dia persiapkan untuk Daus kini berserakan dilantai kamar mereka, Yani terlonjak kaget dan menatap kesal kearah suaminya, "Ayah... ini Ibu buat susah payah lho, kalau misalnya nggak Ayah makan, siapa yang mau makan!!"
Daus terdiam, menundukkan tubuhnya, membantu Yani membersihkan, karena perasaan bersalah pada istri yang selalu memperhatikan makan siang dan kesehatannya.
Sambil membersihkan makanan, Daus menatap aneh pada Yani, "Ya... kan Ibu bisa makan! Kenapa mesti kesal gitu sih? Cuma makanan doang...!"
Yani menarik nafas panjang, mengingat ini adalah hari ke lima dalam melakukan niatnya untuk memberikan sesuatu pada sang suami.
Daus menatap lekat ke mata Yani, hanya karena masalah makanan yang selalu dia persiapkan, mesti mendengar omelan istrinya di pagi hari.
Daus kembali mengalah, dan berkata dengan suara lembut, "Maaf yah, Bu! Ayah enggak sengaja. Nanti Ayah makan di kantin saja, nggak usah repot-repot. Selama Ayah bekerja tidak pernah makan sama teman kantor, selalu membawa masakan Ibu!"
Yani yang masih sibuk membersihkan serpihan makanan hanya terdiam, tidak ingin berdebat dengan sang suami.
Baginya, dengan membawa makanan dari rumah, itu lebih irit dan sangat menyehatkan. Apalagi yang mempersiapkan adalah istri tercinta. Tentu merupakan satu kebahagiaan yang hakiki bagi seorang suami. Dapat membanggakan masakan istrinya pada semua rekan kerja.
Cinta seorang pria bernama Firdaus, yang berusia 30 tahun berprofesi sebagai security disalah satu perusahaan ternama di daerahnya. Jabatanya semakin melejit karena menikahi seorang wanita bernama Yani berusia 28 tahun, yang memilih berkarier sebagai seorang guru SMP.
Pernikahan mereka sudah berjalan selama delapan tahun, dan memiliki satu orang putra berusia lima tahun.
Pagi yang cerah, menambah kesempurnaan untuk memulai hari seperti biasa. Aktifitas sebagai seorang security sangat dia syukuri, karena ini menjadi rumah tangga yang tampak harmonis, bahkan diidamkan banyak orang diluar sana.
Namun, tidak begitu halnya bagi Daus. Sahabat mereka menganggap dirinya seperti kerbau yang ditusuk hidungnya, karena tidak memiliki nyali untuk menolak permintaan istri tercinta.
Daus bergegas mengambil kunci mobil yang berada dimeja rias, mencium kening Yani sambil berkata, "Ayah berangkat dulu. Nanti siang kalau Ayah sempat, kita makan diluar saja, saat Ibu selesai mengajar."
Daus berlalu, meninggalkan kediamannya.
Daus menanti team disebuah persimpangan, untuk melakukan operasi memblokade jalan menuju kilang Pertamina tempat dia bekerja. Menanti pencuri yang menjadi target operasi mereka.
Saat Daus tengah menanti team yang lain datang ke gerbang tempat janjian mereka, dia memeriksa panggilan telpon yang berdering sejak tadi.
Daus menautkan kedua alisnya, melihat layar telfon, sedikit berbisik, "Nomor siapa ini?"
Iseng, pria berusia 30 tahun itu mengangkat panggilan telepon dengan suara yang tegas.
["Ya halo...!"]
["Kak, ini Aline... masih inget nggak?"]
Daus menautkan kedua alisnya kembali, menatap nomor yang muncul, kembali mengingat wanita diseberang sana yang bernama Aline.
["Aline!? Aline anak Pak Zainal?"]
["Iiighs, tega yah! Lupa sama aku, mantan kekasih mu masa sekolah? Masa kamu lupa sama Aline, Kak!?"]
["Yah, nggak lupa. Aline dapat nomor telepon Kakak dari siapa? Udah lama kita nggak komunikasi, semenjak kita lulus sekolah. Apa kabar kamu sekarang?"]
["Hmm, penting yah? Dari Kak Kanipat lah haii.... dari siapa lagi? Kan cuma Kak Kanipat yang masih komunikasi sama Aline melalui facebook."]
["Ooogh, ya-ya-ya.... Kanipat kan tetangga kalian dulu yah? Kok masih ingat sama Kakak?"]
["Hmm, yah ingetlah! Secara kita pernah ada story' yang belum kelar, kan?"]
Daus menggelengkan kepalanya, andaikan saja waktu itu kita sudah pernah melakukannya, pasti sekarang masih bersama.
["Ya, kita putus juga waktu itu hanya karena Mama kamu enggak suka sama Kakak. Suka cabut sekolah, suka ngajakin anak gadisnya kabur-kaburan, gimana mau jadi menantu idaman!"]
Aline tertawa terbahak-bahak, secara sudah sejak usia 18 tahun mereka tidak pernah bertemu, dan kini kembali dipertemukan hanya dari sosial media facebook.
["Aline dimana sekarang? Sudah menikah?"]
["Hmm, aku sudah menikah Kak. Sekarang aku berada di seberang. Mungkin lusa aku akan ke kotamu! Bisa kita bertemu?"]
Daus berfikir sejenak, mengingat jadwalnya lusa. Yah, lusa sedikit ada waktu. Mungkin bisa menghabiskan waktu bersama mantan kekasih masa sekolah.
["Ya, sudah! Kabari saja. Kakak kerja dulu yah? Bye Aline."]
Daus menutup telfonnya, memandang ke langit dunia, menyambut cerahnya mentari, dan bergumam, "Tampaknya hari secerah hati ku!"
Daus sangat berbeda hari ini, wajahnya tampak lebih cerah setelah mendapatkan telpon dari mantan kekasihnya, yang membuat dirinya lebih bergairah tapi dia tidak menyadari.
Disela-sela membayangkan wajah Aline, dan melakukan tugasnya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
Daus tersentak kaget menoleh kebelakang, melihat Burhan tengah berdiri dibelakangnya.
"Hai bro...!" sapa Burhan, "Seger amat pagi ini! Lepas dari santet bini yah...!!!" tawanya seraya mengejek sahabat sendiri.
Daus menautkan kedua alisnya, "Enak aja kenak santet bini. Aku terkena santet mantan tahu...!!!" jawabnya asal.
Burhan kembali membisikkan sesuatu ketelinga Daus, "Tumben nggak bawa bekal? Udah nggak diperhatikan Yani yah...!!!"
Mereka tertawa terbahak-bahak. Namun, seketika Daus berfikir sejenak ucapan Burhan mampu mengganggu pikirannya.
bersambung....
$$$$
My Readers kasih Othor ini dukungan dong, biar up terus setiap hari.
Like
Komen
Terima kasih.
Salam hangat.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
" sarmila"
aku mmpir.ke sini selalu semngat thor.krya2 nya bnr2 top deh
2023-11-01
0
Nurmalida
kebalik y ,klw suami q mlah bangga tiap kerja bwa bkel
2022-12-25
1
lina
masih nyimak
2022-12-22
0